Alasan Asosiasi Driver Ojol Tuntut Potongan Tarif Maksimal 10 Persen

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia Raden Igun Wicaksono menjelaskan alasan pengemudi ojol menuntut potongan tarif turun dari maksimal 20 persen menjadi 10 persen. Ia berujar, angka tersebut menjadi kesepakatan para driver ojol karena selama ini aplikator memotong tarif lebih dari 20 persen alias melanggar regulasi.

“Kami berhitung dari kerugian-kerugian sejauh ini,” kata Igun saat ditemui usai rapat dengar pendapat umum dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 21 Mei 2025.

Asosiasi driver ojol memilih angka 10 persen setelah membandingkan dengan potongan tarif di negara lain, seperti Malaysia yang hanya 6 persen. Menurut dia, tidak ada negara yang menetapkan aturan potongan tarif lebih dari 10 persen. “Kami masih memberikan kesempatan kepada mereka (aplikator) untuk mendapatkan keuntungan,” ujar dia.

Tuntutan potongan tarif maksimal 10 persen berulang kali disampaikan asosiasi driver ojol, termasuk ketika berunjuk rasa pada Selasa, 20 Mei 2025. Namun, tuntutan itu ditolak aplikator. Government Relations Specialist Maxim Indonesia Muhammad Rafi Assagaf mengatakan potongan tarif 10 persen akan berdampak pada ekosistem transportasi online. “Karena akan sulit untuk inovasi,” ujarnya dalam pertemuan bersama Menteri Perhubungan di Jakarta Pusat pada Senin, 19 Mei 2025.

Hal serupa disampaikan Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza R Munusamy. Ia mengklaim potongan tarif yang selama ini mencapai 20 persen salah satunya digunakan untuk pengembangan teknologi. Selain itu, untuk keselamatan melalui pembiayaan asuransi bagi mitra pengemudi maupun penumpang. Penggunaan lainnya, yaitu untuk program bantuan operasional bagi pengemudi ojol. “Misalnya, ganti oli, tamban ban. Untuk meringankan mitra pengemudi sehari-hari,” ucapnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengakui bisa merevisi peraturan untuk memenuhi tuntutan ojol soal potongan tarif 10 persen. Namun, ia juga ingin mewadahi aspirasi perusahaan layanan transportasi daring atau aplikator. Menurut dia, aspirasi harus diserap demi menjaga keberlanjutan ekosistem transportasi online.

“Bisa tidak (potongan komisi) diturunkan? Kalau saya tidak berpikir keseimbangan berkelanjutan, bisa saja,” kata Dudy Purwagandhi. “Tapi, rasanya tidak arif kalau kami tidak mendengar semuanya.” 

Pilihan Editor:  Sejarah Baru: Investasi Domestik Lebih Besar Dibanding Asing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |