Begini Perbedaan Teknologi 5G dengan 4G

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berbeda pendapat dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dulunya bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika soal teknologi 5G. Rudiantara berpendapat, Indonesia belum membutuhkan teknologi 5G sementara Komdigi terus mendorong pengembangan jaringan internet 5G dengan bekerjasama dengan negara lain.

“Kalau bicara masyarakat akar rumput, Indonesia sebenarnya tidak membutuhkan 5G untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. 4G saja sudah cukup,” ujar Rudiantara dalam perhelatan Amartha Asia Grassroot Forum di Nusa Dua, Bali, Kamis, 22 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, menyatakan Indonesia berminat memperluas konektivitas internasional, termasuk dalam peningkatan kapasitas jaringan (bandwidth) untuk internet dan transmisi data. Ia meyakini bahwa akses internet cepat dengan harga terjangkau bisa diwujudkan lewat kolaborasi tersebut.

Teknologi 5G mulai diperkenalkan pada 2019. Di Indonesia, teknologi 5G mulai tersedia sejak 24 Mei 2021 dan telah beroperasi secara komersial. Namun, jaringan 5G ini belum tersedia secara menyeluruh di wilayah Indonesia.

Merujuk pada laman Tech Target, yang membedakan 5G dari generasi sebelumnya adalah penggunaan spektrum frekuensi radio yang lebih luas, kecepatan yang jauh lebih tinggi, kemampuan network slicing, serta fitur-fitur canggih lainnya.

Infrastruktur 5G terbagi menjadi dua jenis, yaitu standalone (SA) dan non-standalone (NSA). Infrastruktur SA 5G mencakup jaringan akses radio 5G, inti jaringan 5G, dan perangkat yang kompatibel dengan 5G. Sementara itu, NSA 5G menggunakan infrastruktur 4G LTE yang sudah ada dan inti jaringan 4G sebagai dasar saat operator membangun infrastruktur SA 5G mereka. Dengan cara ini, operator dapat menjalankan mode hybrid antara NSA dan SA selama proses pengembangan jaringan. 

Sementara itu, 4G merupakan generasi keempat dari jaringan seluler dan pendahulu dari 5G. Seperti teknologi jaringan seluler pada umumnya, 4G bekerja melalui sistem radio, di mana stasiun pemancar memancarkan sinyal frekuensi radio antara jaringan dan perangkat yang mendukung 4G.

Proses ini mirip dengan cara kerja generasi sebelumnya, namun 4G membawa peningkatan dengan menawarkan kecepatan lebih tinggi, efisiensi spektrum yang lebih baik, serta kapasitas jaringan yang lebih besar.

Beberapa keunggulan 4G antara lain kepadatan sel yang lebih tinggi, kemampuan Voice over IP yang meningkat, serta bandwidth yang lebih luas. Fitur-fitur ini menjadikan 4G sebagai generasi jaringan seluler paling inovatif pada dekade 2010-an dan membuatnya digunakan secara luas di seluruh dunia pada periode tersebut.

Adapun standar broadband nirkabel LTE dikembangkan selama masa kejayaan 4G dan membantu teknologi ini mewujudkan potensinya dalam hal kecepatan yang lebih tinggi serta keandalan jaringan yang lebih baik. Penerapan awal LTE juga menjadi jembatan teknologi antara 3G dan 4G sejati. Oleh sebab itu, istilah 4G LTE sering digunakan bersama, karena LTE adalah standar teknologi yang paling umum digunakan untuk mengimplementasikan jaringan 4G.

Era 4G juga menjadi masa lahirnya berbagai tren jaringan baru, seperti pertumbuhan Internet of Things (IoT), peningkatan jumlah pengguna telpon pintar, serta berkembangnya tenaga kerja jarak jauh dan mobile. Tren ini terus berkembang sepanjang dekade 2010-an, sehingga muncul kebutuhan untuk mendukung kecepatan yang lebih tinggi dan kepadatan sel yang lebih besar.

Hingga kini, jutaan pengguna di seluruh dunia masih menggunakan jaringan 4G. Menurut laporan Desember 2024 dari 5G Americas dan Informa TechTarget’s Omdia, penggunaan 5G diperkirakan akan melampaui koneksi 4G di Amerika Utara pada 2025, sementara 4G akan tetap menjadi opsi konektivitas nirkabel dominan di sebagian besar dunia lainnya

Sebelumnya pada 2023, mengutip Antara, perusahaan teknologi Huawei juga mencatat bahwa pencapaian 5G lebih dari 4G di putaran pertama pengembangan atau tingkat penetrasi pengguna global 5G dalam tiga tahun pertama sama dengan 4G dalam lima tahun pertama. 

Perbedaan 4G dan 5G

Perbedaan utama antara 4G dan 5G terletak pada kemampuan yang ditingkatkan oleh 5G dibandingkan dengan 4G sepertiatensi, kecepatan, dan bandwidth. Sebagai standar teknologi jaringan seluler terbaru, 5G membawa peningkatan signifikan pada ketiga aspek tersebut dibandingkan dengan 4G.

Kecepatan Unduh Potensial
Jaringan 5G mengembangkan dan memperkuat janji kecepatan unduh yang sangat cepat. Kecepatan unduh 4G biasanya berkisar antara 20 Mbps hingga 100 Mbps. Sementara kecepatan unduh maksimum 5G dapat mencapai antara 10 Gbps hingga 20 Gbps dalam kondisi ideal dengan teknologi mmWave, meski secara umum kecepatannya berada di kisaran 1 Gbps hingga 3 Gbps.

Stasiun Pemancar
Perbedaan penting lainnya adalah jenis stasiun pemancar yang digunakan. Seperti generasi sebelumnya, 4G mengirimkan sinyal dari menara seluler. Namun, 5G menggunakan teknologi small-cell karena kecepatan yang jauh lebih tinggi dan frekuensi mmWave yang digunakan. Operator memasang small-cell berukuran sekitar kotak pizza di berbagai lokasi untuk frekuensi tinggi 5G. Namun, untuk spektrum frekuensi rendah, 5G masih menggunakan menara seluler tradisional.

Karena frekuensi mmWave yang tinggi ini, sinyal 5G memiliki jangkauan yang lebih pendek dan daya tembus yang lebih lemah. Oleh karena itu, small-cell harus dipasang secara lebih rapat di area yang mendukung 5G agar sinyal dapat menjangkau pengguna dan bisnis dengan baik.

Pengkodean OFDM
Orthogonal Frequency-Division Multiplexing (OFDM) membagi sinyal nirkabel menjadi beberapa saluran frekuensi lebih sempit yang disebut subcarrier dalam satu bandwidth untuk menghindari gangguan. Setiap subcarrier membawa bagian data yang berbeda, sehingga meningkatkan kecepatan transfer data dan mendukung kecepatan unduh 4G dan 5G.

Pada 4G LTE, channel yang digunakan biasanya berkisar antara 1,4 MHz sampai 20 MHz, sementara pada 5G menggunakan channel 100 MHz sampai 800 MHz saat memakai teknologi mmWave.

Kepadatan Sel (Cell Density)
Teknologi small-cell memungkinkan 5G meningkatkan kepadatan sel dan kapasitas jaringan secara signifikan. Walaupun 4G juga menjanjikan peningkatan kecepatan dan kapasitas, kenyataannya belum sepenuhnya memenuhi target tinggi untuk kebutuhan kecepatan tinggi.

Pada bagian inilah 5G berhasil dengan meningkatkan kepadatan sel guna mendukung lebih banyak pengguna dan perangkat yang terhubung, sehingga kapasitas perangkat dan koneksi mobile juga meningkat.

Pertimbangan Transisi dari 4G ke 5G
Meski 4G masih digunakan secara luas, para ahli teknologi merekomendasikan agar perusahaan beralih ke 5G jika memungkinkan. Selain kecepatan yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah, 5G juga lebih andal dan aman dibanding 4G.

Teknologi ini dinilai sangat cocok untuk industri yang membutuhkan komunikasi real-time, kepadatan tinggi, dan latensi rendah, seperti sektor kesehatan, manufaktur, kendaraan otonom, dan akses nirkabel tetap (fixed wireless access). 

Aulia Ulva berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Apa Dampak Perpanjangan Usia Pensiun ASN

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |