Idul Adha Adalah Hari Raya Kurban, Simak Makna, Sejarah, & Hikmah di Baliknya

11 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Idul Adha adalah perayaan penting dalam Islam yang jatuh pada 10 Dzulhijjah setiap tahun Hijriah. Perayaan ini menandai puncak ibadah haji di Mekkah dan memperingati kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, atas perintah Allah SWT. Allah SWT kemudian mengganti Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang ketaatan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. 

Idul Adha lebih dari sekadar penyembelihan hewan kurban; hari raya ini merupakan manifestasi keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Perayaan ini juga menekankan pentingnya berbagi dan kepedulian sosial, di mana daging kurban dibagikan kepada yang membutuhkan. Dengan memahami makna Idul Adha, kita dapat merenungkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai salah satu hari raya besar Islam, Idul Adha memiliki signifikansi yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Perayaan ini menyatukan umat dalam semangat pengorbanan dan kebersamaan, sekaligus menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan kepedulian sosial. Mari kita telusuri lebih dalam makna dan sejarah Idul Adha, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (16/5/2025).

Sapi kurban milik Presiden Prabowo Subianto di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat mendadak mati jelang Idul Adha. Diduga sapi berbobot 1 ton itu mati akibat keracunan.

Pengertian dan Makna Idul Adha

Kata "Idul Adha" berasal dari bahasa Arab. 'Id' berarti "perayaan" atau "kembali", sementara 'Adha' berarti "kurban" atau "sembelihan". Oleh karena itu, Idul Adha secara harfiah berarti "Hari Raya Kurban". Idul Adha juga dikenal dengan sebutan lain, seperti Hari Raya Kurban, Lebaran Haji, atau Idul Kubra (hari raya besar) di kalangan masyarakat Arab, dibandingkan dengan Idul Fitri yang disebut Idul Shughra (hari raya kecil).

Idul Adha dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah, berbeda dengan Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan Ramadhan. Perbedaan ini menunjukkan makna dan tujuan yang berbeda dari kedua hari raya besar Islam tersebut. Idul Fitri lebih fokus pada kemenangan atas hawa nafsu setelah berpuasa, sedangkan Idul Adha menekankan nilai pengorbanan dan ketaatan.

Perbandingan dengan Idul Fitri juga penting untuk memahami konteks Idul Adha. Jika Idul Fitri lebih bersifat pribadi, Idul Adha lebih menekankan pada aspek sosial dan kebersamaan, melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan.

Makna spiritual Idul Adha terletak pada pengorbanan dan ketaatan. Kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, atas perintah Allah SWT, menjadi inti dari perayaan ini. Ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS menjadi teladan bagi umat Islam.

Idul Adha mengingatkan kita akan pentingnya keikhlasan dalam beribadah dan menghadapi cobaan hidup. Nilai pengorbanan ini relevan dalam kehidupan modern, di mana kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang menuntut pengorbanan dan keikhlasan.

Esensi ketaatan dan keikhlasan dalam ibadah kurban menjadi kunci utama dalam memahami makna Idul Adha. Bukan sekadar ritual semata, tetapi juga merupakan ungkapan rasa syukur dan ketaatan kepada Allah SWT.

Sejarah Idul Adha dalam Islam

Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, merupakan inti dari Idul Adha. Allah SWT menguji keimanan Nabi Ibrahim AS dengan memerintahkannya untuk mengorbankan putranya yang sangat dicintainya. Nabi Ibrahim AS, dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, siap melaksanakan perintah tersebut.

Keikhlasan Nabi Ismail AS yang rela dikorbankan juga merupakan teladan yang luar biasa. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan dan kepasrahan kepada Allah SWT, bahkan dalam menghadapi cobaan yang sangat berat.

Pada saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Nabi Ismail AS, Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba sebagai pengganti kurban. Peristiwa ini menunjukkan kasih sayang dan rahmat Allah SWT yang tak terhingga.

Pengujian keimanan Nabi Ibrahim AS dan keikhlasan Nabi Ismail AS mengajarkan kita tentang arti sebenarnya dari pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Kisah ini menjadi landasan utama dari syariat kurban dalam Islam.

Awal Mula Syariat Kurban dalam Islam

Syariat kurban dalam Islam berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS. Allah SWT telah menurunkan perintah untuk berkurban dalam Al-Qur'an, seperti yang tercantum dalam QS Al Hajj ayat 34:

 وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكاً لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Wa likulli ummatin ja'alnaa mansakan liyazkuruu ismallaahi 'alaa maa razaqahum min bahiimati al-'an'aami fa ilaahukum ilaahun waahidun fala hu aslimuu wa basysyiril mukhibtiin.

Artinya: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."

Rasulullah SAW juga melaksanakan ibadah kurban dan mengajarkannya kepada umatnya. Tradisi kurban kemudian berkembang dari masa ke masa, menjadi bagian integral dari perayaan Idul Adha.

Pelaksanaan Idul Adha dalam Ajaran Islam

Rangkaian ibadah Idul Adha diawali dengan salat Idul Adha yang dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah. Setelah salat, dibacakan khutbah yang biasanya berisi pesan-pesan moral dan ajaran agama.

Takbir dan tahmid dikumandangkan sejak malam Idul Adha hingga hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah salat Idul Adha atau pada hari-hari tasyrik.

Hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah) merupakan hari-hari yang dianjurkan untuk memperbanyak takbir dan berdoa. Pembagian daging kurban juga dilakukan pada hari-hari tersebut.

Hukum berkurban adalah sunnah muakkadah (sunnah yang dianjurkan). Hewan yang boleh dikurbankan adalah unta, sapi, kambing, atau domba yang memenuhi syarat tertentu.

Syarat hewan kurban antara lain sehat, tidak cacat, dan telah mencapai usia tertentu. Waktu penyembelihan hewan kurban adalah pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Daging kurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga yang berkurban, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, dan sepertiga untuk fakir miskin. Ada larangan bagi orang yang berkurban untuk memakan daging kurbannya sebelum dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Hubungan Idul Adha dengan Ibadah Haji

Idul Adha merupakan puncak dari rangkaian ibadah haji. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, yang merupakan rukun utama haji.

Keterkaitan simbolis antara kurban dan haji sangat erat. Kurban Nabi Ibrahim AS sebagai simbol pengorbanan dan ketaatan, sejalan dengan semangat jamaah haji yang menjalankan ibadah dengan penuh pengorbanan.

Pelaksanaan Idul Adha bagi jamaah haji berbeda dengan non-jamaah haji. Jamaah haji melaksanakan salat Idul Adha di Arafah, sementara non-jamaah haji melaksanakannya di masjid atau tempat lain.

Idul Adha menjadi perwujudan universal ibadah haji, menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu momen spiritual. Nilai solidaritas dan persaudaraan sangat terasa dalam perayaan ini.

Idul Adha juga menjadi alternatif bagi mereka yang belum mampu menunaikan ibadah haji. Melalui ibadah kurban, mereka dapat turut serta dalam semangat pengorbanan dan ketaatan.

Simbolisme spiritual haji tercermin dalam perayaan Idul Adha. Nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan kepasrahan kepada Allah SWT menjadi inti dari kedua ibadah tersebut.

Lima Hikmah Agung Syariat Kurban dalam Idul Adha

Ibadah kurban memiliki hikmah yang sangat agung. Lebih dari sekadar ritual, kurban merupakan bentuk pengabdian dan pengorbanan yang memiliki dampak luas bagi kehidupan manusia.

Berikut ini lima hikmah utama syariat kurban dalam Idul Adha:

Hikmah Pertama: Ekspresi Cinta kepada Allah

Kurban merupakan bentuk nyata ekspresi cinta dan syukur kepada Allah SWT. Dengan mengorbankan sebagian harta, kita menunjukkan ketaatan dan kepasrahan kepada-Nya.

Surat Al-Kautsar (QS 108:1-2) menjadi penguat makna ini:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Innaa a'thainaaka al-kautsar

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Fa shalli li rabbika wa nḥar.

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." 

Hikmah Kedua: Penghilangan Sifat Egois dan Mementingkan Diri Sendiri

Kurban mengajarkan kita untuk mengendalikan kecintaan pada harta dan melepaskan sifat egois. Dengan berbagi, kita belajar untuk mementingkan orang lain.

Melalui kurban, kita dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan sifat serakah, serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

Hikmah Ketiga: Implementasi Kepedulian Sosial

Kurban merupakan wujud kepedulian sosial yang nyata. Dengan membagikan daging kurban kepada yang membutuhkan, kita mempererat tali silaturahmi dan mengurangi kesenjangan sosial.

Ibadah kurban menjadi sarana untuk membangun solidaritas sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis.

Hikmah Keempat: Kurban sebagai Investasi Akhirat

Hewan kurban menjadi saksi amal ibadah kita di akhirat. Hadits berikut menjelaskan keutamaan hewan kurban:

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari raya kurban yang lebih dicintai Allah SWT daripada mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah itu akan sampai kepada Allah SWT sebelum jatuh ke bumi. Maka sucikanlah diri kalian dengannya.” (HR. Ibnu Majah)

Hikmah Kelima: Balasan Pahala yang Berlimpah

Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah bagi mereka yang berkurban dengan ikhlas. Pahala tersebut tidak hanya terbatas pada dunia, tetapi juga akhirat.

Hadits lain menyebutkan bahwa setiap helai bulu hewan kurban akan mendapatkan pahala. Hal ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk berkurban dengan penuh keikhlasan.

Idul Adha adalah hari raya yang sarat makna, mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, dan kepedulian sosial. Ibadah kurban bukan hanya ritual semata, tetapi juga merupakan bentuk pengabdian dan investasi akhirat.

Mari kita hayati makna Idul Adha dan mengimplementasikan nilai-nilai luhurnya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk berkorban dan berbagi kepada sesama, meneladani kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |