Ini Sumber Kekayaan Bos Sritex yang Menjadi Tersangka Kejaksaan Agung

8 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Setiawan Lukminto resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Iwan diduga menyalahgunakan dana kredit dari beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bank daerah yang seharusnya digunakan untuk modal usaha Sritex.

“Dana tersebut tidak dipergunakan sebagaimana tujuan dari pemberian kredit untuk modal kerja, tetapi disalahgunakan,” kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Abdul Qohar dalam konferensi pers di Gedung Kejagung, Jakarta, Rabu, 21 Mei 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas, berapa harta kekayaan Iwan

Harta Kekayaan Iwan Setiawan Lukminto

Mengacu pada Laporan Tahunan 2023 Sritex, kepemilikan saham Sritex oleh Iwan sebanyak 109.116.884 lembar. Sementara adiknya, Iwan Kurniawan Lukminto atau Wawan, yang menjabat sebagai Direktur Utama Sritex memegang kendali atas 107.636.884 lembar saham. 

Pemegang saham terbesar Sritex adalah PT Huddleston Indonesia, yaitu 12.072.841.076 lembar atau sekitar 59,03 persen. Sedangkan 40,97 persen atau 8.379.335.763 lembar saham ditawarkan ke publik dengan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp 100 per lembar pada 7 Juni 2013. 

Sritex yang dikomandoi Iwan dan Wawan membawahi lima anak perusahaan. Perusahaan itu meliputi PT Sinar Pantja Djaja di bidang pemintalan benang dengan aset US$ 46,6 juta, PT Primayudha Mandirijaya di bidang pemintalan benang dengan aset US$ 101,9 juta, PT Bitratex Industries di bidang pemintalan benang dengan aset US$ 99,4 juta, Golden Legacy di bidang perdagangan dengan aset US$ 415,8 juta, dan Golden Mountain Textile and Trading di bidang perdagangan grosir dengan aset US$ 550,3 juta. 

Sumber Kekayaan Iwan Setiawan Keluarga Lukminto

Sritex didirikan oleh ayah Iwan dan Wawan, yaitu pengusaha asal Solo, HM Lukminto atau Muhammad Lukminto. Setelah Lukminto meninggal dunia pada 2014, perusahaan dilanjutkan oleh Iwan dan Wawan. 

Melansir Antara, selain industri tekstil, keluarga Lukminto juga memiliki beragam unit usaha lain. Salah satunya adalah Gedung Olahraga Sritex yang berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah. GOR itu menjadi tujuan utama untuk kegiatan bola voli dan basket, serta berbagai acara publik. 

Sampai sekarang, GOR Sritex masih sering digunakan sebagai lokasi berbagai turnamen olahraga. Terbaru, gedung yang berada di pusat Kota Surakarta itu menjadi salah satu tempat penyelenggaraan pertandingan bola basket Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024.

Keluarga Lukminto juga mengelola Museum Tumurun, yang menyimpan berbagai koleksi seni. Museum yang didirikan oleh putra keempat Lukminto, Wawan, pada tahun 2008 itu beralamat di Jalan Kebangkitan Nasional Nomor 2, Sriwedari, Laweyan, Kota Solo. 

Di Museum Tumurun, pengunjung dapat menemukan beragam karya seni seperti instalasi, seni kontemporer, lukisan, hingga mobil-mobil antik. Awalnya, museum itu merupakan koleksi pribadi keluarga Lukminto, tetapi kini telah dibuka untuk umum dengan memberlakukan biaya masuk. 

Melalui anak perusahaan Sritex Group, yaitu PT Wisma Utama Binaloka, keluarga Lukminto menjalankan beberapa hotel dan restoran yang tersebar di berbagai wilayah. Beberapa contohnya adalah Restoran dan Hotel Diamond, @Hom, Grand Orchid, serta salah satu Hotel Grand Quality di Yogyakarta. 

Di samping itu, terdapat pula dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta Horison, Holiday Inn, Holiday Inn Express, dan Solo Mansion. 

Keluarga Lukminto juga memiliki bisnis pabrik kertas yang dikelola oleh PT Sriwahana Adityakarta Tbk. Perusahaan yang berdiri sejak 2 Juli 1990 itu memiliki luas bangunan lebih dari 4.200 meter persegi dan berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah. 

Vedro Imanuel Girsang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |