TEMPO.CO, Bali - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) akan memberikan penghargaan ‘Kalpataru Lestari’ kepada para pejuang lingkungan yang pernah menerima Kalpataru dan tetap konsisten menjaga kelestarian lingkungan.
Penghargaan ini akan diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq besok, Kamis, 5 Juni 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Kementerian Rosa Vivien Ratnawati mengatakan bahwa penghargaan ini diberikan kepada individu-individu luar biasa yang tetap setia melestarikan lingkungan, bahkan puluhan tahun setelah menerima Kalpataru.
“Para penerima Kalpataru ini adalah orang-orang yang sudah berdedikasi. Saya yakin kalau saya disuruh menanam kayak Mbah Sadiman enggak sanggup, juga penerima Kalpataru yang lain, ada yang dari Ambon, ada dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali,” kata Vivien dalam acara Sarasehan 45 Tahun Kalpataru di Bali, Rabu, 4 Juni 2025.
Ia menekankan pentingnya meneladani semangat mereka yang tetap bekerja demi lingkungan sehat. "Kita manusia kadang-kadang mau ambil sampah malas, iya kan? Mereka telah memberikan contoh bagi kita untuk bagaimana kita berdedikasi untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Itu tidak mudah,” tuturnya.
Vivien mengatakan Kalpataru telah berusia 45 tahun dan sepanjang itu telah melahirkan 428 pejuang lingkungan. Dari jumlah tersebut, Kementerian menyaring nama-nama dari tahun 1980 hingga 2024 untuk dianugerahi Kalpataru Lestari. Namun, tidak semua masih dapat dilacak keberadaannya. “Ternyata setelah ditelusuri ada yang sudah meninggal, ada yang memang tidak meneruskan atau informasinya juga tidak dapat beliaunya ada di mana,” katanya.
Terkait kriteria Kalpataru Lestari, Vivien menegaskan bahwa penerima harus terbukti aktif dan konsisten setidaknya selama lima tahun, serta mampu mengembangkan dan mereplikasi kegiatannya.
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup Jo Kumala Dewi mengatakan bahwa sarasehan ini merupakan momen refleksi atas peran masyarakat dalam membangun fondasi pembangunan berkelanjutan.
"Selama 4-5 dekade Kalpataru tidak hanya memberi pengakuan, tapi juga telah melahirkan ratusan tokoh pembangunan yang menjadi inspirasi di lingkungan lokal, nasional, hingga internasional,” ucap Jo.
Menurut dia, Kalpataru adalah simbol gerakan kolektif yang harus terus diperjuangkan lintas generasi. “Dari menjaga lingkungan hutan adat, memulihkan sungai, menyelamatkan satwa, hingga membangun ekonomi ramah lingkungan bersama masyarakat,” ujarnya.
Acara sarasehan yang digelar di Bali ini diikuti sekitar 100–150 peserta secara luring, termasuk 12 penerima Kalpataru Lestari, 19 penerima Kalpataru Provinsi Bali, 38 perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, serta mitra usaha dan komunitas lingkungan. Secara daring, acara diikuti oleh lebih dari 300 pegiat lingkungan dari seluruh Indonesia.