TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman, menepis isu yang menyatakan berkurangnya omzet para pedagang di pasar tradisional akibat penurunan daya beli masyarakat. Menurut dia, berkurangnya omzet itu lebih karena imbas dari keterlambatan UMKM beradaptasi di tengah perkembangan digitalisasi dan keuangan digital.
Maman mengajak pedagang di pasar tradisional untuk memanfaatkan teknologi keuangan digital dalam memajukan bisnis mereka. Sebab di masa sekarang, sudah sangat jarang masyarakat yang membawa uang tunai, sehingga menyulitkan mereka ketika ingin bertransaksi di pasar tradisional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tadi disampaikan omzet penjualan menurun, selalu dikambing hitamkan itu salah satunya daya beli masyarakat. Saya ingin sampaikan, bukan daya beli yang menyebabkan penjualan itu menurun,” kata Maman dalam agenda Digitalisasi Pasar Tradisional Berbasis AI, di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa, 27 Mei 2025.
Dalam agenda itu, Maman memaparkan kondisi sosial masyarakat yang kini juga sudah mulai berubah setelah munculnya kemudahan bertransaksi. Menurut dia, pasar sekarang ini bukan lagi menjadi ajang berkumpul atau pusat keramaian seperti dahulu kala. Sebab itu, dia mengajak pedagang untuk memahami dan mengubah pola bisnis mereka.
“Kami tidak meminta pedagang meninggalkan pola dagang tradisional. Kami mau menambah pola dan cara berdagang itu dengan mendigitalisasinya. Jadi, masyarakat Indonesia yang ingin berbelanja bisa menggunakan sistem yang dibuat dengan mekanisme QRIS dan AI,” ucap Maman.
Adapun pengguna QRIS di Tanah Air, hingga kini sudah mencapai lebih dari 56 juta pengguna. Sedangkan jumlah merchant atau toko yang terdaftar mencapai lebih dari 38 juta. Bank Indonesia sebelumnya menyatakan volume transaksi QRIS untuk tahun ini meningkat 173 persen ketimbang tahun lalu, atau mencapai lebih dari 1 miliar transaksi.
Grace Gandhi, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.