Pertumbuhan Ekonomi Jepang Q1 Tertekan Ketidakpastian Tarif dan Konsumsi Lesu

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Jepang menghadapi tantangan serius di tengah ketidakpastian global. Data terbaru menunjukkan ekonomi negara ini mulai merasakan tekanan dari tarif perdagangan Amerika Serikat, sementara konsumsi domestik tetap lesu di tengah tingginya biaya hidup.

Dinukil dari Finimize.com, Indeks Manajer Pembelian (PMI) gabungan Jepang beranjak dari kontraksi pada bulan April, naik menjadi 51,2 dari 48,9, menandakan ekspansi yang lambat.

Namun, kenaikan ini sebagian besar didorong oleh sektor jasa yang melonjak menjadi 52,4 dari 50,0 pada Maret, sementara sektor manufaktur tetap tertekan di 48,7, masih di bawah ambang batas ekspansi, menurut data yang dikutip dari Finimize. Kenaikan tipis sektor manufaktur ini, dari 48,4 pada Maret, masih mencerminkan penurunan tajam dalam pesanan ekspor baru, yang mencapai titik terendah dalam enam bulan terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tekanan eksternal semakin terasa setelah Bank of Japan (BoJ) menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tahun fiskal 2025 dari 1,1% menjadi 0,5%. BoJ juga memangkas proyeksi tahun 2026 dari 1,0% menjadi 0,7%, dengan alasan ketidakpastian tarif perdagangan yang dikenakan Amerika Serikat serta tindakan pembalasan dari negara-negara yang terdampak, seperti dilaporkan oleh Tech in Asia.

Sementara itu, laporan dari Macenews memperkirakan bahwa ekonomi Jepang mungkin mencatat kontraksi pertama dalam empat kuartal pada kuartal Januari-Maret 2025, dengan penurunan sebesar 0,1% kuartal ke kuartal atau 0,4% secara tahunan. Ini mengikuti pertumbuhan yang solid pada kuartal Oktober-Desember sebesar 0,6% (2,2% tahunan), yang didorong oleh pemulihan teknis dalam ekspor neto akibat penurunan impor yang lebih tajam dari perkiraan. Namun, konsumsi domestik yang lesu dan biaya hidup yang tinggi kini membebani ekonomi.

Tekanan ini diperparah oleh data yang menunjukkan bahwa permintaan eksternal kemungkinan telah menurunkan PDB Q1 sebesar 0,6 poin persentase, setelah berkontribusi positif 0,7 poin pada kuartal sebelumnya. Ekspor Jepang ke Amerika Serikat memang mencatat kenaikan pertama dalam dua kuartal, namun analis memperingatkan bahwa ini mungkin hanya bersifat sementara, mengingat tarif tinggi pada impor mobil yang akan segera berlaku.

"Permintaan eksternal menekan laju pertumbuhan secara tajam karena ekspor barang dan jasa turun 0,6% per kuartal sementara impor meningkat tajam 2,5% sebagai reaksi terhadap kemerosotan pada kuartal sebelumnya," kata Taro Saito, Kepala Ekonom NLI Research Institute, dalam sebuah laporan.

Ia memperkirakan bahwa volume ekspor mencatat penurunan 0,8% pada kuartal pertama, dengan permintaan yang lemah dari Uni Eropa dan pengiriman yang datar ke Asia.

Ke depan, ekonomi Jepang mungkin akan menghadapi kontraksi kedua berturut-turut pada kuartal April-Juni, didorong oleh tekanan dari tarif tinggi dan konsumsi domestik yang lemah. ekonom eksekutif senior di Dai-Ichi Life Research Institute, Yoshiki Shinke, memperingatkan bahwa bea impor yang lebih tinggi akan semakin menekan ekspor otomotif dan meredam rencana belanja modal perusahaan. “Skenario utama kami saat ini adalah kemerosotan ekonomi, tetapi kami tidak menutup kemungkinan ekonomi memasuki fase resesi, tergantung pada tingkat tekanan ke bawah akibat tarif,” katanya dalam sebuah laporan.

Di tengah semua ini, ekonomi Jepang perlu mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian global yang terus meningkat, sambil mencari cara untuk memperkuat konsumsi domestik dan memperluas pasar ekspor untuk menjaga momentum pertumbuhannya di tahun-tahun mendatang.

Ringkasan Kinerja Ekonomi Jepang Q1 2025

PDB kuartal ke kuartal: -0,1% (+0,6%); penurunan pertama dalam 4 kuartal

PDB tahunan: -0,4% (+2,2%); penurunan pertama dalam 4 kuartal

PDB thn/thn: +1,6% (+1,1%); kenaikan ketiga berturut-turut

Permintaan domestik: +0,4 poin (-0,2 poin); kenaikan pertama dalam 2 kuartal

Konsumsi swasta: +0,1% (+0,0%); kenaikan berturut-turut ke-3 (kenaikan jelas pertama dalam 2 kuartal)

Investasi bisnis: +0,8% (+0,6%); kenaikan kedua berturut-turut

Investasi publik: -1,1% (-0,7%); penurunan ketiga berturut-turut

Persediaan swasta: +0,2 poin (-0,3 poin); kenaikan pertama dalam 2 kuartal

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |