Liputan6.com, Cilacap - Presiden RI Prabowo Subianto, menyampaikan pidato yang sangat inspiratif dan penuh makna, pada Konferensi Persatuan Parlemen Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (PUIC) ke-19 di Jakarta, Rabu malam (14/5/2025),
Dalam pidatonya, Prabowo mengenang sosok kepemimpinan Khalid bin Walid, seorang jenderal hebat yang tercatat dalam tinta emas sejarah Islam dan dikenal dengan julukan ‘Pedang Allah’, karena keberanian dan ketangguhannya di medan perang.
Tak hanya keberaniannya, Prabowo juga mengenang keikhlasannya. Khalid bin Walid adalah salah satu contoh teladan bagi umat Islam dalam hal keberanian dan keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah.
Dengan latar belakang sejarah dan keberhasilannya dalam berbagai pertempuran, Khalid bin Walid menjadi simbol kekuatan dan ketangguhan umat Islam.
Dalam pidatonya, Prabowo Subianto menyampaikan pandangannya mengenai sosok Khalid bin Walid, seorang panglima besar dalam sejarah Islam. Prabowo mengatakan, Khalid bin Walid ialah simbol pengabdian total terhadap umat Islam, seorang tokoh militer legendaris yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam setiap pertempuran yang dipimpinnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Terharu, Polisi Pensiun Diarak Naik Vespa
Simbol Keikhlasan dan Keberanian
“Khalid bin Walid, simbol pengabdian total bagi umat Islam. Seorang tokoh militer yang tidak pernah kalah dalam setiap peperangan dan pertempuran yang ia pimpin,” tegas Prabowo, seperti dikutip dari tayangan YouTube Short @ProjecttoJannah1993, Sabtu (19/07/25).
Namun, menurut Prabowo, kehebatan Khalid tidak hanya terletak pada strategi militernya, melainkan juga pada sikap ikhlas dan tunduk kepada otoritas. Ketika diminta untuk melepaskan jabatannya, Khalid bin Walid menerimanya dengan penuh kepatuhan, tanpa keraguan sedikit pun—menunjukkan loyalitas bukan hanya kepada pemimpin, tetapi juga kepada umat.
Prabowo menekankan bahwa sikap keikhlasan tersebut mencerminkan pelajaran penting bagi para pemimpin masa kini bahwa kekuasaan bukanlah tujuan akhir, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan kerendahan hati.
“Tidak ada satupun pertempuran yang ia kalah. Namun, ketika diminta turun dari jabatannya, ia menerima keputusan itu tanpa ragu-ragu dan patuh kepada pemimpin dan kepada umatnya,” tegasnya.
“Keikhlasan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuasaan bukan tujuan, melainkan suatu amanah, suatu pelajaran penting bagi kita semua yang memegang peran kepemimpinan hari ini,” imbuhnya.
Sekilas tentang Khalid bin Walid
Menukil dompetdhuafa.org, Khalid bin Walid, atau lebih dikenal sebagai “Sayyidina Khalid,” adalah salah satu sahabat terkemuka Rasulullah SAW dan panglima perang terkenal dalam sejarah Islam.
Lahir di Mekah pada tahun 592 Masehi, Khalid bin Walid memulai kariernya sebagai pemimpin pasukan Quraisy yang bertentangan dengan Islam. Ia berasal dari suku Quraisy dan memiliki keturunan yang mulia. Ibunya, Al-Shayma, adalah saudara perempuan dari Abdul Malik bin Hisham, ayah Khalid. Ini membuat Khalid memiliki hubungan keluarga yang dekat dengan Rasulullah SAW.
Namun, segalanya berubah ketika Khalid menerima Islam pada tahun ke-8 Hijriah, setelah penaklukan Mekah. Dikenal sebagai “Sayfullah” atau “Pedang Allah,” Khalid bin Walid menjadi salah satu panglima perang utama yang ikut serta dalam berbagai peperangan penting pada masa awal Islam, termasuk peran kuncinya dalam Pertempuran Mu’tah, Pertempuran Uhud, dan Pertempuran Khandaq.
Sebelum memeluk Islam, Khalid dikenal sebagai prajurit yang ulung dan pemberani. Ia bahkan pernah bertarung dalam Pertempuran Uhud sebagai musuh Islam. Namun, takdir berkata lain, dan perubahan besar terjadi dalam hidup Khalid ketika ia menyatakan keislamannya pada tahun ke-8 Hijriah.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul