TEMPO.CO, Jakarta - Paris Saint-Germain (PSG) yang sangat mendambakan trofi Liga Champions, bahkan sempat mendatangkan pemain bintang, di antaranya Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe, akhirnya bisa mewujudkan ambisinya. Namun, mereka meraihnya saat para megabintang itu telah hengkang.
Luis Enrique yang berpengalaman membawa Barcelona meraih gelar kelima di Liga Champions pada 2015, menjadi kunci kesuksesan tim Ligue 1 musim ini. Pelatih Spanyol berusia 55 tahun yang didatangkan pada musim panas 2023 lalu, telah mempersembahkan tiga gelar untuk Les Parisien musim ini. Gelar juara kompetisi Eropa ini melengkapi gelar mereka raih di Ligue 1 Prancis dan Piala Prancis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PSG musim ini tak lagi bertabur bintang besar seperti sebelumnya, menyusul kepergian Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe musim lalu. Namun, di bawah Enrique, tim Ligue Prancis ini mampu menaklukkan tim-tim besar dalam perjalanannya sampai di final.
Simak Pula: Revolusi PSG di Bawah Luis Enrique
Pasukan Enrique finis di urutan ke-15 fase liga yang menerapkan klasemen 36 tim untuk pertama kalinya di Liga Champions musim ini. Posisi tersebut diraih setelah tiga kemenangan terakhir, sehingga mengemas 13 poin.
Berikunya, mereka maju ke babak 16 besar setelah mengalahkan rival domestik Brest di babak play-off dengan keunggulan agregat 10-0. Selanjutnya, mereka menyingkirkan Liverpool yang finis di posisi teratas fase liga, dengan membalikkan kekalahan kandang melalui adu penalti. Kemudian, mereka menyingkirkan Aston Villa dengan agregat 5-4 dan Arsenal dengan agregat 3-1. Kemenangan atas Arsenal sekaligus balas dendam dari kekalahan fase liga.
Para pemain Paris Saint-Germain pada laga semifinal Liga Champions 2024-2025. Doc. en.psg.fr.
PSG membawa modal kesuksesan di kompetisi domestik. Mereka menjadi juara Ligue 1 Prancis musim ini dengan mengemas 84 poin unggul 19 poin dari Marseille yang finis sebagai runner-up. Mereka juga menjuarai Piala Prancis usai mengalahkan Reims 3-0 di final yang berlangsung pada Minggu, 25 Mei lalu.
Dengan skuad yang didominasi banyak pemain muda, Enrique membawa PSG mencatatkan sejarah baru di Liga Champions. Mereka menjadi tim ke-24 yang menjadi juara kompetisi Eropa ini. Selain itu, mereka juga menjadi tim Prancis kedua yang bisa mengangkat trofi Si Kuping Besar ini setelah Marseille yang merupakan rival abadi mereka pada 1993.
Tim asuhan Enrique meraih gelar ini dengan mengalahkan Inter Milan dengan skor telak 5-0. Achraf Hakimi mencetak gol ke gawang mantan klubnya untuk membawa PSG unggul pada menit ke-12. Berikutnya, pemain muda Desire Doue mencetak dua gol beruntun setelahnya pada menit 20 dan 63. Tambahan dua gol dibuat oleh Khvicha Kvaratskhelia pada menit ke-73 dan Senny Mayuli menit ke-86.
Inter yang menjadi tim dengan pertahanan bagus di Liga Champions musim ini, dengan hanya kebobolan 11 gol dari 14 pertandingan, di luar prediksi kebobolan lima gol di pertandingan final.
Gelar ini diraih setelah mencapai final untuk kedua kalinya. Sebelumnya, PSG tiba di final pertamanya di ajang ini pada 2020 saat ditangani Thomas Tuchel. Namun, mereka gagal setelah dikalahkan Bayern Munchen 0-1 di Lisbon.
Tantangan Luis Enrique untuk Ciptakan Sejarah di Liga Champions
Dalam konferensi pers menjelang pertandingan, Enrique menyinggung soal timnya yang berpotensi menciptakan sejarah di Liga Champions. "Ketika Anda membuat sejarah, itu berarti melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapa pun di klub sebelumnya," ujarnya, seperti dikutip dari ESPN. "Namun, saya menyukai pola pikir (para pemain) mereka. Kami berada di tempat yang kami inginkan, tetapi kami ingin mencoba sekuat mungkin untuk menang."
Mantan pelatih Barcelona itu mengatakan perjalanan timnya di kompetisi ini tidaklah mudah. "Jalan panjang dan berliku, tetapi kenyataan bahwa kami berjuang menjalani kompetisi ini di pertandingan-pertandingan awal, mungkin telah membantu kami sekarang," ucapnya. Ia juga menegaskan bahwa timnya tidak gentar menghadapi final ini.
Enrique mengatakan bahwa ia sekarang menjadi manajer yang lebih baik dan lebih dewasa daripada saat membawa Barcelona menjuarai Liga Champions pada 2015 dengan mengalahkan Juventus di Berlin.
Sekarang, pelatih berusia 55 tahun ini merasa tenang karena kedewasaan yang dimilikinya. "Saya mempunyai pengalaman lebih dari 10 tahun sejak 2015, saya 10 tahun lebih tua, jadi saya mencoba berbagai pengalaman bersama para pemain saya karena ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi mereka."
Menurut dia, ketika pelatih mengelola skuadnya, hanya ada satu tujuan, yakni memastikan para pemainnya bermain sebaik mungkin untuk menang di lapangan. "Ini adalah tim yang terbiasa bermain di final. Motivasi dan aspek mental sangat penting, tetapi kami sudah terbiasa dengan ini."
Lebih lanjut, Enrique menyebut timnya memiliki keharmonisan dan ia mengaku tidak mengubah apa pun. "Saya memiliki skuad yang luar biasa dan mereka selalu melihat gelas dengan setengah penuh."