TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM, Widodo, menetapkan jajaran pengurus baru PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang saat ini dipimpin oleh Gregory Hendra Lembong sebagai presiden direktur sejak Senin, 2 Juni 2025 menggantikan Jahja Setiaatmadja .
Penetapan tersebut tercantum dalam Surat Direktorat Jenderal AHU Kementerian Hukum Nomor AHU-AH.01.09-0278618. Widodo menjelaskan bahwa penetapan ini berdasarkan isian perubahan pengurus Bank BCA yang dibuat Notaris Christina Dwi Utama dalam sistem Administrasi Badan Hukum. “Telah diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum,” kata Widodo dalam suratnya, dikutip Selasa, 3 Juni 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Hendra Lembong ditunjuk sebagai presiden direktur dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank BCA pada Rabu, 12 Maret 2025. Hendra yang berstatus sebagai Wakil Presiden Direktur sejak 2022, menggantikan Jahja Setiaatmadja yang kini terpilih sebagai Presiden Komisaris BCA. “Mengangkat Bapak Hendra Lembong selaku Presiden Direktur Perseroan, yang berlaku efektif pada tanggal yang ditentukan oleh Perseroan,” demikian petikan keterangan tertulis Group Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Rabu, 12 Maret 2025.
Berikut ini profil dan perjalanan karier presiden direktur baru BCA, Hendra Lembong dan mantan presdir Jahja Setiaatmadja .
Profil Hendra Lembong
Dilansir dari laman resmi BCA, Gregory Hendra Lembong merupakan seorang bankir senior yang telah memiliki pengalaman bekerja di sektor perbankan lebih dari 30 tahun. Terkait pendidikannya, kelahiran 23 Januari 1972 itu meraih gelar Bachelor of Science (BSc) di bidang Teknik Kimia dari University of Washington dan Master of Science (MSc) di bidang Sistem Ekonomi Teknik (EES) dari Stanford University di Amerika Serikat.
Sebelum bergabung dengan BCA sebagai Wakil Presiden Direktur pada 2022, Hendra pernah menjabat sebagai Chief Transformation Officer (CTO) PT Bank CIMB Niaga Tbk sejak Januari 2019. Dia juga sempat menduduki kursi Chief Fintech Officer CIMB Group Malaysia (Juni-Desember 2018) dan Chief Executive Officer (CEO) Group of Transaction Banking CIMB Group Malaysia (Juli 2016 hingga Desember 2018).
Lama berkarier di CIMB Niaga, Hendra pernah bekerja sebagai Chief of Transaction Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk (Agustus 2013 hingga Desember 2018). Dia juga pernah mengisi kursi Regional Head of Transaction Service Asia Pacific di JP Morgan Singapura (2010-2013), Global COO & Head of Business Development di Deutsche Bank London (2009-2010).
Pada 1990-an, Hendra juga berkarier di Citibank sejak 1994 hingga 2009. Dia memegang beberapa peran penting di bidang strategi dan manajemen produk di Asia dan Eropa.
CEO BCA Jahja Setiaatmadja di sela kegiatan Leadership Sharing Session 100 Bankir di Hotel J.W. Marriot Mega Kuningan, Jakarta Pusat, 28 November 2017. TEMPO Yohanes Paskalis Pae Dale
Profil Jahja Setiaatmadja
Jahja Setiaatmadja yang kini terpilih sebagai Presiden Komisaris BCA mengawali kariernya sebagai seorang akuntan level junior di Price Waterhouse Coopers pada 1979 seusai tamat kuliah dari jurusan akuntansi, Universitas Indonesia.
Pada 1980, Jahja berpindah karier dari kantor akuntan ke korporasi. Ia merintis karier sebagai akuntan di PT Kalbe Farma. Kariernya terus berkembang hingga ia mampu menduduki level Direktur Keuangan di usia yang tergolong masih sangat muda, yakni 33 tahun.
Jahja kemudian direkrut oleh PT Indomobil pada 1989 untuk mengurusi bagian keuangan. Saat itu, ia menempati posisi Direktur Keuangan Indomobil hingga 1990. Satu tahun berselang, ia kemudian ditawari untuk mengurusi Bank BCA, bisnis Grup Salim yang lain. Jahja menerima tawaran tersebut meskipun ia harus turun pangkat menjadi Wakil Kepala Divisi Keuangan Bank BCA.
Pada 1996, ia mendapatkan promosi menjadi Kepala Divisi Treasury hingga mendapatkan posisi sebagai Direktur Bank BCA pada 1999. Dia juga dianggap memilki peran vital ketika BCA berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena nyaris ambruk.
Untuk diketahui, bank swasta ini pernah nyaris bangkrut karena adanya rush money dan penjarahan besar-besaran dalam peristiwa 1998. Pada 28 Mei 1998 ,BCA sempat diambilalih oleh BPPN untuk menyelamatkannya agar tidak memberikan efek domino yang lebih besar kepada perekonomian negara.
Sejak saat itu, karier Jahja terus menanjak. Hingga akhirnya ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur dan ditunjuk menjadi Presiden Direktur BCA sejak 2011. Pada 2021, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan BCA, ia kembali ditunjuk untuk memegang kendali sebagai Presiden Direktur BCA.