10 Sunnah Sholat Idul Adha yang Perlu Diketahui untuk Kesempurnaan Ibadah

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebagai hari raya yang memperingati pengorbanan Nabi Ibrahim AS, pelaksanaan sunnah sholat Idul Adha menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian ibadah pada momen tersebut. Mengikuti sunnah sholat Idul Adha berarti kita berusaha mencontoh tata cara ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yang menjadi panutan utama dalam beribadah.

Menjalankan sunnah sholat Idul Adha memang tidak bersifat wajib, namun memiliki nilai kebaikan yang sangat dianjurkan. Meski tidak mendapatkan dosa jika meninggalkannya, mengamalkan rangkaian sunnah sholat Idul Adha akan membawa keberkahan dan pahala yang berlimpah. Sunnah-sunnah ini didasarkan pada perkataan, perbuatan, dan kebiasaan Rasulullah SAW selama melaksanakan ibadah pada hari raya kurban.

Para ulama telah mengkaji dan menghimpun berbagai amalan sunnah sholat Idul Adha yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah tersebut, ibadah yang kita lakukan akan lebih sempurna dan mendapatkan keutamaan. 

Berikut ini, telah Liputan6.com rangkum 10 sunnah sholat Idul Adha yang perlu diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim saat perayaan Hari Raya Idul Adha, pada Rabu (21/5).

Jamaah An-Nadzir hari ini melaksanakan sholat Idul Adha di Kelurahan Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

1. Tidak Makan Sebelum Sholat Idul Adha

Berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri, pada Hari Raya Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat. Hal ini berdasarkan kebiasaan Rasulullah SAW yang menahan diri untuk tidak makan sebelum menyelesaikan ibadah sholat Idul Adha. Setelah melaksanakan sholat dan menyembelih hewan kurban, barulah Rasulullah SAW menyantap makanan.

Sunnah ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang menyebutkan: 

"Nabi tidak keluar menuju lapangan di hari Idul Fitri hingga beliau makan dulu. Dan beliau tidak makan di hari Idul Adha hingga beliau melaksanakan Sholat." (HR. Tirmidzi). 

Begitu juga hadits dari Buraidah yang berbunyi: 

"Nabi Muhammad SAW tidak berangkat pagi pada hari raya Idul Fitri kecuali makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha kecuali setelah pulang, kemudian makan hasil penyembelihannya." (HR. Ahmad). 

Makanan yang dianjurkan setelah sholat Idul Adha adalah daging kurban sebagai bentuk keberkahan.

2. Mandi Sebelum Berangkat Sholat Idul Adha

Mandi sebelum melaksanakan sholat Idul Adha merupakan sunnah yang dianjurkan. Tidak hanya membersihkan tubuh dari kotoran dan najis, mandi juga merupakan simbol kesucian sebelum menghadap Allah SWT dalam ibadah sholat. Dengan badan yang bersih dan segar, kita dapat lebih khusyuk dalam melaksanakan ibadah.

Sunnah ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Majah, di mana sahabat Al Faqih bin Sa'ad RA berkata: 

"Rasulullah SAW biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha." 

Mandi Idul Adha tidak hanya dianjurkan bagi mereka yang akan melaksanakan sholat, tetapi juga bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, dan orang-orang yang memiliki halangan lainnya. Ini menunjukkan bahwa mandi sebelum Idul Adha adalah bagian dari persiapan menyambut hari raya, terlepas dari apakah seseorang akan melaksanakan sholat atau tidak.

3. Memakai Pakaian Terbaik dan Wewangian

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk menghormati hari raya dengan mengenakan pakaian terbaik dan memakai wewangian. Pakaian terbaik yang dimaksud bukanlah selalu pakaian baru atau mahal, melainkan pakaian terbaik yang dimiliki seseorang. Penggunaan pakaian terbaik dan wewangian merupakan bentuk penghormatan terhadap keagungan hari raya dan simbol kegembiraan dalam menyambut rahmat Allah.

Sunnah ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu'anhu, di mana beliau berkata: 

"Rasulullah SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya." (HR Al-Hakim). 

Hadits lain yang mendukung sunnah ini adalah: 

"Rasulullah SAW mempunyai jubah sangat bagus yang selalu beliau pakai pada dua hari raya dan hari Jumat." (HR Ibnu Abdil Bar dan Ibnu Khuzaimah). 

Mengenakan pakaian terbaik dan wewangian pada hari raya menunjukkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

4. Berangkat dan Pulang dari Tempat Sholat dengan Jalan Berbeda

Salah satu sunnah yang mungkin tidak banyak diketahui adalah kebiasaan Rasulullah SAW untuk mengambil rute yang berbeda saat berangkat dan pulang dari tempat sholat Idul Adha. Meskipun terlihat sepele, praktek ini memiliki hikmah yang dalam, termasuk memperluas penyebaran rahmat dan kesempatan bersilaturahmi dengan lebih banyak muslim.

Sunnah ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu:

"Apabila Nabi Muhammad SAW pergi sholat Id (Hari Raya), ketika pulang, Beliau menempuh jalan yang berlainan dengan jalan yang Beliau lalui ketika pergi." (HR Ibnu Majah). 

Beberapa ulama menjelaskan bahwa hikmah dari praktek ini adalah agar sedekah Rasulullah SAW dapat lebih merata. Selain itu, banyak orang yang ingin melihat wajah Rasulullah SAW karena merupakan sebuah rahmat dan kebahagiaan tersendiri, sehingga dengan mengambil jalan berbeda, lebih banyak orang yang memiliki kesempatan tersebut.

5. Menghidupkan Malam Idul Adha dengan Beribadah

Malam Idul Adha merupakan malam yang istimewa dan dianjurkan untuk "dihidupkan" dengan berbagai bentuk ibadah. Di Indonesia, salah satu tradisi untuk menghidupkan malam Idul Adha adalah dengan takbir keliling, meskipun hukumnya mubah (boleh dilakukan). Namun, lebih dari itu, malam Idul Adha dapat dimanfaatkan dengan ibadah-ibadah lain seperti membaca Al-Quran, berzikir, beristighfar, dan berdoa.

Anjuran untuk menghidupkan malam Idul Adha didasarkan pada hadits: 

"Siapa yang menghidupkan malam Idul Fitri dan Idul Adha karena mengharap pahala dari Allah, hatinya tidak akan mati pada hari semua hati itu mati." (HR. Ibnu Majah, no. 1782). 

Meskipun beberapa ulama seperti Al-Hafizh Abu Thahir, Al-Bushiri, dan Al-'Iraqi menganggap sanad hadits ini lemah (daif), Imam Syafi'i tetap menganjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan beribadah, karena inti dari hadits tersebut adalah menjelaskan keutamaan sebuah amal.

Jika tempat sholat Idul Adha dekat dan mudah dijangkau, dianjurkan untuk berangkat dengan berjalan kaki. Hal ini merupakan sunnah yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Berjalan kaki menuju tempat sholat tidak hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga memberikan kesempatan untuk merenung dan mempersiapkan hati sebelum melaksanakan sholat.

Sunnah ini berdasarkan hadits: 

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berangkat shalat 'id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki." (HR. Ibnu Majah). 

Berjalan kaki menuju tempat sholat Idul Adha merupakan bentuk ketawadhuan (kerendahan hati) serta menunjukkan semangat dan antusiasme dalam menyambut perayaan hari raya. Selain itu, berjalan kaki juga memberikan kesempatan untuk mengumandangkan takbir sepanjang perjalanan, sehingga menambah syiar Islam pada hari yang istimewa tersebut.

7. Memperbanyak Takbir

Memperbanyak takbir merupakan salah satu sunnah yang sangat dianjurkan pada perayaan Idul Adha. Berbeda dengan Idul Fitri, takbir pada Idul Adha memiliki waktu pelaksanaan yang lebih panjang dan tata cara yang sedikit berbeda. Ada dua macam takbir pada Idul Adha, yaitu takbir mutlak (yang dapat dilakukan kapan saja) dan takbir muqayyad (yang dilakukan setelah sholat wajib).

Takbir muqayyad dimulai sejak Subuh pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga Asar pada hari Tasyrik terakhir (13 Dzulhijjah). Sementara takbir mutlak dapat dilakukan sepanjang waktu. Dalam hadits dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Tiada hari yang lebih agung dan amal pada hari-hari tersebut yang lebih disukai oleh Allah melebihi sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu." (HR. Ahmad, no. 5446 dan 6154, sahih menurut Ahmad Syakir). 

Lafaz takbir Idul Adha yang dapat diamalkan adalah:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

"Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar."

Artinya: "Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore hari. Kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya dengan memurnikan beragama karena-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak suka. Tidak ada Tuhan selain Allah semata yang membuktikan janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan sekutu sendirian. Tidak ada Tuhan selain Allah."

8. Berangkat Lebih Awal ke Tempat Sholat

Berangkat lebih awal ke tempat sholat Idul Adha merupakan sunnah yang dianjurkan. Dengan datang lebih awal, kita memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri, mencari tempat yang nyaman, dan melakukan ibadah-ibadah sunah lainnya seperti berzikir dan bertakbir sebelum sholat dimulai. Hal ini juga menunjukkan semangat dan antusiasme dalam menyambut hari raya.

Sunnah ini sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW yang selalu menganjurkan umatnya untuk bersegera dalam kebaikan. Dengan berangkat lebih awal, kita juga menghindari ketergesa-gesaan yang dapat mengurangi kekhusyukan ibadah. Mengingat sholat Idul Adha hanya dilaksanakan setahun sekali, berangkat lebih awal memberikan kesempatan untuk menikmati suasana keagamaan yang khas pada hari tersebut dan memaksimalkan ibadah kita.

9. Mengajak Wanita dan Anak-anak ke Tempat Sholat

Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengajak wanita dan anak-anak ke tempat sholat Id, termasuk Idul Adha. Bahkan wanita yang sedang berhalangan (haid) pun dianjurkan untuk hadir di pinggir lapangan tempat sholat untuk mendengarkan khutbah, meskipun tidak ikut sholat. Hal ini menunjukkan pentingnya khotbah Idul Adha yang berisi nasehat dan pengingat bagi seluruh umat Islam.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa sholat Idul Adha adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Rasulullah SAW pernah memerintahkan wanita dan anak-anak untuk ikut ke tempat sholat Id, sebagaimana dalam hadits: 

"Pada hari raya, Rasulullah SAW memerintahkan kepada gadis-gadis, wanita-wanita yang sedang haid, dan wanita yang dipingit untuk keluar menghadiri jamaah kaum muslimin dan doa mereka. Namun wanita yang sedang haid menjauhi tempat sholat." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Ini menunjukkan bahwa hari raya adalah momen penting bagi seluruh umat Islam, termasuk wanita dan anak-anak, untuk mendengarkan nasehat dan mengambil pelajaran dari khutbah yang disampaikan.

10. Menampakkan Kegembiraan dan Memperkuat Silaturahmi

Menampakkan kegembiraan dan memperkuat silaturahmi merupakan sunnah yang dianjurkan pada Hari Raya Idul Adha. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk menunjukkan wajah ceria, berpakaian rapi, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama pada hari raya. Setelah menunaikan sholat Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk saling mengunjungi, mengucapkan selamat, dan berbagi kebahagiaan melalui hidangan kurban.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran: 

"... dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisa: 1).

 Rasulullah SAW juga bersabda: 

"Sesungguhnya di setiap umat ada hari raya, dan ini (Iduladha dan Idulfitri) adalah hari raya kita." (HR Bukhari dan Muslim). 

Menampakkan kegembiraan pada hari raya bukan sekadar tradisi, tetapi juga bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya. Dengan memperkuat silaturahmi, umat Islam juga membangun persaudaraan dan memperkukuh hubungan sosial, yang merupakan nilai luhur dalam ajaran Islam.

Sepuluh sunnah sholat Idul Adha di atas merupakan amalan yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Meskipun bersifat sunnah dan tidak wajib, mengamalkannya akan membawa keberkahan dan pahala yang berlimpah. Sunnah-sunnah ini juga mengandung hikmah yang mendalam, baik untuk kebaikan individu maupun masyarakat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |