3 Dai di Wilayah 3T Jadi Pemenang Anugerah Syiar Ramadan 2025, Kisahnya Inspiratif

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Tiga dai yang mengabdi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menerima penghargaan dari Kementerian Agama (Kemenag) dalam ajang Anugerah Syiar Ramadan (ASR) 2025 di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Ketiga dai tersebut adalah Atropal Asparina, Abdul Latif, dan Aji Suprapto. Para pendakwah tersebut menunjukkan dedikasi dan ketulusan dalam menjalankan dakwah Islam yang membumi dan berdampak di daerah 3T.

Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi menyebut, penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan atas peran para dai sebagai ujung tombak dakwah Islam di pelosok negeri.

“Para dai yang bertugas di wilayah 3T adalah ujung tombak dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin di pelosok negeri. Mereka hadir mengisi ruang kosong dakwah dengan pendekatan yang edukatif dan moderat,” ujar Zayadi di sela kegiatan ASR 2025.

Ia menjelaskan, penilaian Dai 3T Inspiratif dilakukan oleh tim internal Subdirektorat Dakwah dan HBI berdasarkan laporan kegiatan para dai. Ketiga dai yang terpilih dinilai dari program dakwah yang inovatif.

Dakwah yang Membumi

Aji Suprapto (35), asal Bekasi, tidak menyangka namanya akan disebut di panggung ASR. Selama Ramadan, ia mengabdi di Kampung Zakat, Desa Selajambe, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ia hanya menjalani misi dakwah dengan sepenuh hati, tanpa pernah membayangkan akan mendapat penghargaan.

“Saya benar-benar terharu. Tidak pernah punya ekspektasi apa pun. Ini rezeki yang datang dari arah yang tak disangka,” katanya.

Bagi Aji, dakwah adalah jalan pengabdian. Ia menjangkau masyarakat desa dengan pendekatan yang membumi dan humanis. Ia menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami, menyelipkan nilai-nilai Islam dalam percakapan sehari-hari, dan menyapa masyarakat tidak hanya di masjid, tetapi juga di sawah, warung kopi, serta kegiatan gotong royong.

Metode yang ia gunakan menekankan pada dakwah kultural, yakni mendekati masyarakat melalui adat dan tradisi setempat. Ia tidak datang dengan pendekatan formal dan menggurui, melainkan dengan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Aji juga aktif menggelar pengajian keluarga dari rumah ke rumah, pelatihan ibadah praktis untuk remaja dan lansia, serta kegiatan sosial seperti berbagi sembako, bersih-bersih masjid, dan bimbingan keluarga sakinah.

“Saya tidak ingin mereka hanya mendengar ceramah, tetapi juga merasakan manfaat kehadiran dai dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Berdakwah di Tanah Siaga

Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Kabupaten Keerom, Papua, Atropal Asparina (32) menjalankan tugas dakwah di tengah suasana siaga. Selama Ramadan lalu, TNI menginstruksikan masyarakat untuk tidak melakukan takbiran keliling, pemukulan beduk, atau kegiatan lain menjelang Idulfitri, demi menjaga keamanan.

Meski kondisi darurat, Atropal tidak surut langkah. Ia tetap berpindah dari satu masjid ke masjid lainnya, menyampaikan ilmu fikih dan membina masyarakat. Salah satu fokusnya adalah edukasi pengurusan jenazah.

“Di sana, angka kematian ibu hamil dan anak tinggi karena malaria. Tapi harga kain kafan bisa sampai satu juta rupiah. Saya berusaha menghubungkan Dompet Dhuafa Papua dengan Jawa untuk membantu pengadaan kain kafan,” ungkapnya.

Tawarkan Al-Qur’an sebagai Obat Jiwa

Abdul Latif (37) berasal dari Banten, tetapi dakwah membawanya ke Desa Wayabula, Pulau Morotai, Maluku Utara. Di wilayah ini, ia mendapati kebutuhan keagamaan masyarakat lebih bersifat spiritual daripada ritual.

Setelah berdialog dengan tokoh adat dan pemerintah setempat, Latif memilih pendekatan tasawuf. Ia memperkenalkan konsep Al-Qur’an sebagai obat, baik untuk jiwa maupun kehidupan sosial.

“Di sini, masyarakat sangat merespons pendekatan yang menenangkan dan menyentuh batin. Mereka membutuhkan kedamaian,” tuturnya.

Latif berharap jumlah dai yang ditugaskan ke wilayah 3T bisa terus ditambah. “Kalau tahun ini ada seribu dai, mudah-mudahan tahun depan lebih banyak lagi. Masyarakat sangat membutuhkan kehadiran mereka,” tandasnya.

Program Dai 3T merupakan program pengiriman pendakwah yang rutin digelar Kemenag selama Ramadan, bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama, memperkuat harmoni masyarakat berbasis nilai agama dan kearifan lokal.

Program ini telah berjalan sejak 2022 dengan jumlah dai yang terus meningkat setiap tahun. Pada 2022, Kemenag mengirim sebanyak 8 dai, meningkat menjadi 50 dai pada 2023, dan 500 dai pada 2024. Di 2025, Kemenag mengirimkan 1.000 dai ke wilayah 3T di 35 provinsi.

Infografis

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |