TEMPO.CO, Jakarta -Para pemimpin ASEAN dan Gulf Cooperation Council (GCC) secara tegas menyatakan dukungan terhadap solusi dua negara untuk Palestina dalam Pertemuan Puncak ASEAN-GCC kedua di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn mengungkapkan bahwa diskusi politik, khususnya situasi Palestina, menjadi fokus signifikan dalam pertemuan tersebut, bukan hanya aspek ekonomi semata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yang jelas adalah, sebagai pemimpin sekarang, mereka mendukung solusi dua negara untuk Palestina. Mereka ingin melihat berakhirnya kekerasan, dan pembebasan semua sandera," kata Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam keterangannya di kantor ASEAN, Rabu, 28 Mei 2025.
Dukungan ini menunjukkan solidaritas kedua kawasan terhadap penyelesaian damai konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung puluhan tahun. Para pemimpin menegaskan pentingnya mengakhiri segala bentuk kekerasan sebagai prioritas utama.
Pertemuan puncak ASEAN-GCC kini akan diselenggarakan dua kali setahun setiap dua tahun, dengan lokasi bergantian antara kedua kawasan. Tahun 2023, pertemuan berlangsung baik di dalam maupun luar kawasan, sementara tahun ini terpusat di Malaysia sebagai pemegang kepemimpinan.
Kao Kim Hourn juga menyebutkan adanya Pertemuan Puncak ASEAN-GCC-Cina yang memperluas dimensi kerja sama trilateral di kawasan.
Pentingnya isu Palestina dalam agenda diplomatik kawasan tercermin dari dikeluarkannya pernyataan terpisah khusus mengenai hasil Pertemuan Puncak ASEAN-GCC ini.
Selain Palestina, para pemimpin juga membahas berbagai isu politik regional lainnya, termasuk situasi di Timur Tengah yang terus berkembang.
Dukungan eksplisit ASEAN-GCC terhadap solusi dua negara untuk Palestina menandai penguatan peran diplomasi kawasan dalam isu-isu global. Kedua blok regional ini kini semakin aktif dalam mendorong penyelesaian konflik internasional melalui dialog dan diplomasi damai.
Komitmen bersama ini diharapkan dapat memberikan momentum positif bagi upaya perdamaian di Timur Tengah dan memperkuat posisi diplomasi multilateral dalam menyelesaikan konflik berkepanjangan.