Fenomena Unik Tidak Sholat tapi Tak Mau Makan Ayam Tiren, Gus Baha Bilang Begini

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena kesenjangan antara praktik ibadah dan larangan agama sering muncul di masyarakat. Ulama asal Rembang KH Ahmad abahauddin Nursalim atau Gus Baha mengungkap pandangannya terkait hal ini, terutama soal bagaimana umat menjaga larangan, namun abai pada ibadah.

Dalam video yang dikutip dari kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Rabu (14/05/2025), Gus Baha menyebut banyak orang di Indonesia yang tidak sholat atau puasa, namun sangat menjaga diri dari makanan haram seperti ayam tiren.

"Di Indonesia itu orang enggak sholat banyak, enggak poso yo akeh. Tapi nak kon mangan ayam tiren itu ndak mau," ujar Gus Baha, mengkritisi fenomena ini. Ayam tiren merupakan ayam yang mati sebelum disembelih.

Gus Baha menilai bahwa meskipun tidak disiplin dalam ibadah, masyarakat cenderung konsisten menghindari yang haram. Hal ini dianggap sebagai warisan dari ajaran Walisongo yang menanamkan pemahaman kuat tentang larangan agama.

Menurutnya, masyarakat lebih mudah memahami larangan dibandingkan kewajiban ibadah. Misalnya, jika ada warung terkenal menjual ayam tiren, orang langsung menghindarinya.

"Ya misalnya ada warung itu terkenal jual ayam tiren itu mesti diciri. Padahal dekne ora sholat, ora sholat dihukumi fasek ora poso yo fasek," jelas Gus Baha.

Simak Video Pilihan Ini:

Kapal Kilat Maju Jaya-7 Hilang Kontak di Samudra Hindia, 10 ABK dalam Pencarian

Pentingnya Pahami Agama Menyeluruh

Ia juga mengkritisi bagaimana orang yang mengabaikan sholat tetap khawatir pada hal-hal haram yang lebih mudah dikenali. Ini memperlihatkan ketidakseimbangan dalam menjalankan ajaran agama.

Gus Baha mengingatkan pentingnya memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Tidak hanya menjaga larangan, tetapi juga meningkatkan kualitas ibadah.

Ia juga mengutip pandangan Imam Syafi'i tentang mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik. Menurutnya, umat harus lebih sadar dalam meningkatkan ibadah, bukan sekadar menghindari yang haram.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menceritakan pengalaman saat kerusuhan Mai. Ketika itu, ada kejadian pencurian daging, namun masyarakat tetap mempertanyakan kehalalan makanan yang diambil. Daging kambing banyak hilang, daging babi tidak dicuri.

"Maling saja masih bermazhab," ujarnya sambil tertawa, menegaskan bahwa meski dalam kesalahan, orang tetap memikirkan halal dan haramnya makanan.

Bagi Gus Baha, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap yang haram lebih kuat dibandingkan dengan kewajiban ibadah.

Kuncinya Seperti Ini

Ia berharap masyarakat tidak hanya menjaga larangan, tapi juga lebih serius dalam melaksanakan ibadah. Hal ini penting agar tidak terjebak dalam dosa yang lebih besar.

Gus Baha menekankan bahwa menjaga keseimbangan antara ibadah dan larangan adalah kunci hidup yang lebih baik. Jangan sampai terjebak pada pemahaman yang tidak utuh.

Pesan Gus Baha ini relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Banyak yang menghindari hal haram namun lupa pada kewajiban utama sebagai Muslim.

Dalam ceramahnya, Gus Baha mengajak umat untuk lebih memperhatikan ibadah. Bukan hanya menjauhi yang haram, tapi juga berupaya meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari.

Ia mengingatkan bahwa beragama tidak hanya soal menghindari dosa, tapi juga menjalankan perintah Allah dengan baik.

Gus Baha berharap umat Muslim di Indonesia semakin memperbaiki diri, baik dalam menjaga larangan maupun menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh.

Pada akhir ceramah, Gus Baha mendoakan agar semua umat bisa lebih baik dalam menjalankan ajaran Islam secara utuh.

"Kita harus belajar lebih dalam tentang agama, agar tidak terjebak dalam pemahaman yang sepotong-sepotong," pesannya.

Ia mengakhiri dengan doa agar masyarakat selalu diberikan kekuatan untuk beribadah dan menjauhi yang haram.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |