Film Dokumenter Ngomi O Obi, Memotret Sisi Lain Industri Nikel di Pulau Obi

1 day ago 3

INFO NASIONAL - Film dokumenter berjudul “Ngomi O Obi” karya sutradara Arfan Sabran bersama TV Tempo secara komprehensif mengemas realitas kehidupan masyarakat di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang hidup berdampingan dengan perusahaan tambang nikel.

Pulau Obi kini menjadi salah satu lokasi Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk pengembangan pertambangan nikel di Indonesia. Sebagai bagian dari agenda hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah, kawasan ini mengalami lonjakan aktivitas pertambangan secara masif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tingginya aktivitas pertambangan ini membuat sutradara Arfan Sabran mencoba menggali realitas di masyarakat Pulau Obi dengan sudut pandang lain yang jarang tersorot. Dia mengatakan, semangat yang ingin diangkat dalam film ini adalah cerita tentang kehidupan sosial yang tidak terlepas dari isu-isu terkini di Pulau Obi.

“Saya mencoba mencari angle yang lain. Bagaimana orang-orang di Pulau Obi dalam pusaran pertambangan nikel. Bagaimana mereka beradaptasi, bagaimana dinamika kehidupan di sana. Itu yang menjadi titik awal atau ide film ini,” ujarnya dalam diskusi film “Ngomi O Obi” yang berlangsung di Perpustakaan dan Galeri Kota Bogor, pada Selasa, 3 Juni 2025.

Film “Ngomi O Obi” mengangkat sudut pandang lain dari perusahaan tambang yang berupaya semaksimal mungkin menekan imbas dari kegiatannya. Arfan menjelaskan, aktivitas pertambangan di wilayah tersebut melibatkan beberapa perusahaan dengan skala dan kesiapan operasional yang beragam. Temuan ini membuka perspektif baru, terutama soal tantangan dalam pengelolaan limbah dan pemberdayaan masyarakat di sekitar pertambangan.

Sutradara Arfan Sabran dalam diskusi film “Ngomi O Obi” di Perpustakaan dan Galeri Kota Bogor, pada Selasa, 3 Juni 2025. Dok. TEMPO

Arfan berharap film ini bisa menjadi bahan literasi baru bagi masyarakat ataupun komunitas yang memiliki kepedulian terhadap isu pertambangan, khususnya nikel di Pulau Obi. “Bukan hitam putih dan bukan pula untuk memicu perdebatan. Film ini bisa menjadi literasi tambahan bahwa ada hal-hal yang juga perlu kita lihat lagi dan membuat sudut pandang, dinamika, fakta lain, atau angle berbeda yang juga harus diperhitungkan,” ucapnya.

Nelayan Pulau Obi, Ibrahim dalam diskusi film “Ngomi O Obi” di Perpustakaan dan Galeri Kota Bogor, pada Selasa, 3 Juni 2025. Dok. TEMPO

Seorang nelayan yang menjadi tokoh utama dalam film, Ibrahim mengatakan hasil tangkapan nelayan di desanya kini diserap oleh pihak katering perusahaan tambang melalui skema pendampingan. Kerja sama ini memastikan hasil laut tidak hanya tertangkap, tetapi juga langsung dibeli, dan bermanfaat. “Kami berharap hasil tangkapan laut mendapatkan perhatian dan sekarang ada kepastian bagi nelayan,” katanya.

Dari TV Tempo, produser Dony Putro Herwanto mengatakan, Tempo berusaha memberikan berbagai informasi, tak terkecuali cerita baik dari Pulau Obi yang menggambarkan kerukunan masyarakat yang hidup berdampingan dengan perusahaan nikel. “Di sana ada proses yang sedang bertumbuh, upaya-upaya perbaikan yang dilakukan,” katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, menurut dia, Tempo sedang mengembangkan praktik jurnalisme konstruktif yang tak hanya mengkritik, namun juga juga memberikan contoh praktik baik sekaligus solusi dari suatu persoalan. “Tetap mengacu pada fakta ditambah riset dan verifikasi,” katanya. (*)

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |