Liputan6.com, Jakarta - Doa merupakan salah satu bentuk komunikasi spiritual yang mendalam bagi banyak kebudayaan di dunia, termasuk di Indonesia. Khususnya di tanah Jawa, tradisi berdoa memiliki kekhasan tersendiri yang tercermin dalam penggunaan doa bahasa Jawa halus.
Bahasa Jawa halus, atau Krama Inggil, digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan yang tinggi kepada Tuhan maupun kepada sesama.
Penggunaan bahasa Jawa halus dalam doa tidak hanya sekadar pilihan kata, melainkan juga cerminan dari filosofi hidup masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi etika dan tata krama.
Mengutip dari Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI), doa adalah bentuk komunikasi dengan Allah SWT di mana manusia memohon, meminta, dan mengungkapkan semua yang diinginkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Oleh karena itu, perpaduan antara nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal Jawa dalam doa bahasa Jawa halus menjadi praktik spiritual yang kaya.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (24/7/2025).
Contoh Doa Bahasa Jawa Halus untuk Memulai Aktivitas
Memulai aktivitas dengan doa adalah kebiasaan baik yang dianjurkan dalam banyak tradisi, termasuk dalam budaya Jawa. Doa ini bertujuan untuk memohon kelancaran, keberkahan, dan petunjuk dari Tuhan agar segala kegiatan dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat. Penggunaan bahasa Jawa halus dalam doa pembuka aktivitas menambah kekhusyukan dan rasa hormat.
Salah satu contoh doa bahasa Jawa halus yang digunakan untuk memulai aktivitas adalah seperti yang dipraktikkan di SMAN 13 Semarang. Doa ini mencerminkan permohonan akan kesehatan, kelancaran dalam menuntut ilmu, dan petunjuk agar tetap istiqamah di jalan ketakwaan.
Doa ini dapat disesuaikan untuk berbagai momentum, seperti memulai pekerjaan, belajar, atau kegiatan sehari-hari lainnya, dengan mengganti bagian yang spesifik sesuai kebutuhan.
Berikut adalah teks doa bahasa Jawa yang digunakan untuk memulai aktivitas, dikutip dari sma13smg.sch.id:
- Ingkang kinurmatan bapak saha ibu guru SMAN 13 Semarang, mangga sak derengipun nglampahi kegiatan ing dinten menika, kita wiwiti manengku puja dateng Allah SWT supados dipun paring kelancaran kegiatan ing dinten menika. Manengku puja dipun wiwiti maos surat Al fatihah.
- Dhuh Gusti ingkang maha kuwaos, Dzat ingkang Maha Welas, Dzat ingkang Maha Asih kanthi nyebut asma panjenengan, kula ngaturaken puji syukur sampun kaparingan kesarasan ngantos dinten menika.
- Ya Allah ingkang kagungan sedhaya kamulyaning jagad, Panjenengan paringi kulo lan keluarga kulo kesehatan jasmani lan kesehatan rohani, Ugi panjenengan paringi kula lan sak keluarga kula sugihing manah lan Iman dumatheng panjenengan ya Allah.
- Ya Allah ya Rab, kula sedhaya nyuwun dumatheng panjenengan pituduh ingkang leres, petunjuk supadoso kula sedhaya sageta istiqomah wonten margi ketakwaan dumatheng panjenengan.
- Ya Allah ya Rab, panjenengan limpahaken wonten manah kula raos ajrih dumatheng panjenengan, raos manah ingkang saged ndadosaken benteng saking lelampahan maksiat.
- Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirat hasanah, waqina adzabannar, Subhaana rabbika rabbil `izzati `amma yashifuun, wasalamun `alal mursaliina wal hamdulillahi rabbil `aalamiin.
Doa ini dapat menjadi inspirasi bagi individu atau institusi lain untuk melestarikan budaya Jawa melalui praktik spiritual sehari-hari.
Contoh Doa Bahasa Jawa Halus untuk Pembukaan Acara
Doa pembukaan acara dalam bahasa Jawa halus memiliki peran penting untuk memohon kelancaran, keberkahan, dan kesuksesan suatu kegiatan. Doa ini biasanya dibacakan di awal acara, sebelum kegiatan inti dimulai, untuk menciptakan suasana yang khusyuk dan memohon ridha Tuhan. Penggunaan Krama Inggil dalam doa ini menunjukkan penghormatan kepada hadirin dan juga kepada Tuhan.
Doa pembukaan acara ini dapat disesuaikan untuk berbagai jenis kegiatan, mulai dari rapat formal, seminar, hingga acara kebudayaan. Inti dari doa ini adalah permohonan bimbingan, petunjuk, dan kekuatan agar seluruh rangkaian acara dapat berjalan sesuai harapan dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Setiap poin doa memiliki makna mendalam yang relevan dengan tujuan acara.
Berikut adalah beberapa contoh bacaan doa pembuka acara dalam bahasa Jawa:
- Allahumma Yaa Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Penguasa Alam Semesta.. Kanthi ngucapake puji syukur, sumangga kita aturaken dumateng ngarsanipun panjenengan sedaya kagem sedaya nikmat ingkang sampun panjenengan paringaken dumateng kito sedoyo.. Sholawat kanti salam mugi katur dumateng junjungan kito junjungan kito Nabi Muhammad SAW, keluarga lan sahabatipun..
- Yaa Allah.. Yaa Muqtadir.. Yaa Rahman.. Yaa Rahim.. Paduka ingkang kagungan 'Dampar ingkang Maha Agung, ingkang nguwaos sadaya, dhumateng Paduka kawula pitados, saha dhumateng Paduka kawula nyuwun pitulungan.
- Allohumma innaa nas aluka min khoiri haazal 'amali, wa khoiri maa fiihi. Wa na'udzubika min syarri haadzal 'amali wa syarri maa fiihi, innaka 'alaa kulli syaiin qodiir. Dhuh Allah, kawula nyuwun kasaenan karya punika lan sedaya kasaenan ingkang wonten. Kawula nyuwun pangayoman dhumateng Paduka saking piawoning pakaryan punika saha sedaya piawon ingkang wonten ing salebetipun. Satemene ing sadhuwure samubarang, Panjenengan kang Maha Kuwasa kang nemtokake.
- Ya allah, kulo panjenengan sedoyo ingkang tliti lan maha pinter, kulo panjenengan sedoyo ingkang Maha Motivasi lan maha kontrol.. Nuduhake kita bebener penting sing bener katon bener ing mripat kita, menehi kita kemampuan kanggo tindakake bebener sing, lan nuduhake kita sing ala pancene katon salah ing mripat kita lan menehi kita kemampuan kanggo tetep adoh saka iku;
Doa-doa ini dapat menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin membuka acara dengan nuansa Jawa yang kental dan penuh makna spiritual.
Contoh Doa Bahasa Jawa Halus untuk Penutup Acara/Rapat
Doa penutup acara atau rapat dalam bahasa Jawa halus merupakan ungkapan rasa syukur atas kelancaran dan keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Selain itu, doa ini juga berisi permohonan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang mungkin terjadi selama acara berlangsung. Pembacaan doa penutup ini menjadi penanda berakhirnya suatu kegiatan dengan harapan keberkahan dan manfaat dari apa yang telah dilakukan.
Dalam tradisi Islam, pembacaan doa di akhir kegiatan adalah bentuk rasa syukur atas terselenggaranya suatu acara, karena terlaksananya acara tidak akan terjadi tanpa ridha Allah SWT.
Berikut adalah beberapa contoh bacaan doa penutup rapat dalam bahasa Jawa:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Arab Latin: Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Tegese: "Puji syukur konjuk dhumateng ngarsanipun Allah SWT, kula nyekseni bilih boten wonten sesembahan kejawi Allah, kula nyuwun pangapunten saha tobat namung dhumateng Paduka".
"Ya Gusti Allah, kula ucapaken sugeng dalu kang ngimami rapat iki. Mugi-mugi kabeh tindak tandukipun diparingi ridho-Mu. Saestu kula sumambat saking padha-padhane ingkang isi, mangkane kula ucapaken ngaturaken sugeng riyadi, lan mengundhang-undhang sak-umbaran puniko. Amin."
Artinya: "Ya Allah Tuhan, kami ucapkan terima kasih atas rapat yang kami lakukan ini. Semoga semua tindakan dan keputusan yang kami ambil mendapat ridho-Mu. Terakhir, kami mohon maaf atas kesalahan yang kami lakukan, dan mohon izin untuk berpamitan. Amin."
Doa-doa ini dapat digunakan untuk mengakhiri berbagai pertemuan atau acara, memberikan kesan yang baik dan penuh keberkahan.
Doa Malam Tirakatan dalam Bahasa Jawa Halus
Malam Tirakatan adalah tradisi perayaan Hari Kemerdekaan di Indonesia, khususnya di Jawa dan Yogyakarta, yang dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan dan mendoakan para pahlawan.
Mengutip dari jurnal Reinforce Nationality Through Religious Local Tradition (Case Study of Malam Tirakatan in Yogyakarta) yang diterbitkan Ibda Jurnal Kebudayaan Islam UIN SAIZU Purwokerto, Malam Tirakatan merupakan tradisi perayaan Hari Kemerdekaan di Indonesia, khususnya di Jawa dan Yogyakarta. Acara ini biasanya diisi dengan doa bersama, tahlilan, dan makan bersama, yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat dari berbagai latar belakang.
Doa dalam Malam Tirakatan seringkali disampaikan dalam bahasa Jawa halus untuk menjaga kekhusyukan dan menghormati tradisi. Tujuan utama dari Malam Tirakatan ialah mempererat tali silaturahmi, karena acara ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat muslim saja, melainkan masyarakat dari agama, suku, budaya, serta bahasa yang berbeda.
Ini menunjukkan bahwa doa dalam konteks Malam Tirakatan berfungsi sebagai perekat sosial yang melampaui batas-batas perbedaan. Doa yang dipanjatkan mencakup permohonan kemakmuran, kesehatan, dan perlindungan bagi bangsa dan negara.
Berikut contoh doa Malam Tirakatan 17 Agustus dalam bahasa Jawa, yang dikutip dari situs resmi Kementerian Agama Kabupaten Grobogan:
- Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, hamdan syakirin hamdan yuwaafii ni'amahu wa yukaafii maziidah, yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhikal kariim, wa 'adhiimi sulthaanik, Allahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihii ajma'iin.
- Ya Allah, Ingkang Moho Wicaksono. Mugi Paduko paring kanugrahan ingkan anumusi dumateng kawicaksanaan menggahing poro pengembating projo, sehinggo saget mahananni kamakmuraning masyarakat, nuso dan bongso, lahir tandesing bathos, dunyo dumugi akhirat.
- Panjenengan ingkang moho kuwaos, mugi kerso paring sedoyo nikmat panjenengan, rahmat penjenengan supados sedoyo wargo saget endha lan uwal saking ujian panjenengan ingkang awrat arupi penyakit, ing tundhone sedoyo wargo saget gumregah malih, saget makaryo, malih kados wingi uni kangge nyekapi kuwajibanipun daten keluarga soho tumrap Bangso lan Negari.
Doa ini menjadi simbol harapan dan persatuan, memohon keberkahan bagi seluruh elemen bangsa.
Adab dan Waktu Terbaik Berdoa dalam Konteks Jawa dan Islam
Dalam berdoa, baik dalam konteks Jawa maupun Islam, terdapat adab atau etika yang perlu diperhatikan agar doa lebih mustajab dan diterima oleh Tuhan. Adab ini mencakup sikap batin, cara penyampaian, dan pemilihan waktu yang tepat. Memahami adab berdoa membantu seseorang untuk lebih khusyuk dan tulus dalam memanjatkan permohonan.
Menurut Imam Al-Ghazali, beberapa adab dalam berdoa meliputi berdoa di tempat dan waktu yang mulia, penuh harap dan khusyuk, mengulang doa dua atau tiga kali, menggunakan susunan doa yang sederhana, serta mengawali dan mengakhiri doa dengan pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Selain itu, seseorang juga harus menanggapi seruan Allah, berdoa hanya kepada-Nya, merendahkan diri, serta berdoa dengan perasaan takut dan penuh harap. Adab-adab ini penting untuk diamalkan agar doa yang dipanjatkan, termasuk doa bahasa Jawa halus, dapat lebih efektif.
Waktu-waktu terbaik untuk berdoa juga sangat penting. Mengutip dari Serambi Tarbawi, beberapa waktu yang mustajab untuk berdoa antara lain Hari Arafah, antara adzan dan iqamah, saat adzan dikumandangkan, bulan Ramadhan, malam Lailatul Qadar, sepertiga malam terakhir, malam Jumat, waktu sahur, di penghujung shalat wajib, saat membaca Al-Qur'an, pada waktu sujud, saat meminum air zam-zam, dan saat berada di majelis ilmu.
Makna dan Keutamaan Berdoa
Doa memiliki makna yang sangat mendalam dalam kehidupan spiritual manusia, tidak hanya sebagai permohonan tetapi juga sebagai bentuk penghambaan dan pengakuan akan kelemahan diri di hadapan Tuhan. Dengan berdoa, manusia menunjukkan ketergantungannya kepada Sang Pencipta, menyadari bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya. Ini adalah inti dari tawadhu' atau kerendahan hati.
Keutamaan berdoa sangatlah banyak, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ajaran agama. Mengutip Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI), doa adalah ibadah, dan tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah selain doa.
Selain itu, doa dapat menjadi tabungan amal di akhirat, menghapus dosa, menjadi perisai orang mukmin, dan bahkan dapat menolak qadha' atau takdir. Doa juga mampu meredam murka Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah swt., maka Allah akan murka kepadanya.”
Dengan demikian, berdoa, termasuk dengan doa bahasa Jawa halus, adalah praktik yang sangat dianjurkan karena membawa banyak manfaat spiritual dan duniawi bagi pelakunya. Doa adalah bukti pengabdian dan kedekatan hamba kepada Tuhannya, yang akan mendatangkan pahala dan keberkahan dalam hidup.
Bentuk-Bentuk Pengabulan Doa dari Allah SWT
Ketika seseorang memanjatkan doa, harapan terbesar adalah agar doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Namun, perlu dipahami bahwa pengabulan doa tidak selalu dalam bentuk yang persis sama dengan apa yang diminta. Allah SWT memiliki cara-Nya sendiri dalam mengabulkan doa, yang terbaik bagi hamba-Nya. Pemahaman ini penting agar seseorang tidak berputus asa jika doanya tidak langsung terkabul sesuai keinginan.
Mengutip dari Jurnal Al-Ulum, ada tiga bentuk pengabulan doa dari Allah SWT.
- Pertama, doa dikabulkan sesuai dengan permohonan yang diajukan.
- Kedua, doa dikabulkan dengan cara menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang tersebut.
- Ketiga, doa dikabulkan dengan cara ditangguhkan sampai pada hari kemudian agar diberi pahala di sisi Allah SWT. Ini menunjukkan kebijaksanaan Allah SWT yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Oleh karena itu, seorang hamba tidak dianjurkan untuk tergesa-gesa dalam meminta pengabulan doa. Keyakinan bahwa Allah SWT akan memilihkan yang terbaik adalah kunci. Jika doa langsung dikabulkan, itu adalah anugerah yang patut disyukuri. Namun, jika tidak, seseorang harus yakin bahwa ada sesuatu yang lebih baik yang akan diberikan, atau pahala yang akan menanti di akhirat. Sikap sabar dan tawakal adalah bagian integral dari proses berdoa.
Daftar Sumber
Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI). "KONSEP DOA DALAM PERSPEKTIF ISLAM". Zhila Jannati, Muhammad Randicha Hamandia. 2022.
sma13smg.sch.id. "Doa Bahasa Jawa Memulai Aktifitas Sekolah di Ruang Guru". SMAN 13 Semarang. Tidak Ada Tanggal.
Serambi Tarbawi. "Urgensi Doa dalam Kehidupan". Cek Khamsiatun. 2015. Tidak Ada URL.
Jurnal Al-Ulum. "Doa dalam perspektif al-qur’an". Mursalim. 2011. Tidak Ada URL.
FAQ
1. Apa itu doa dalam bahasa Jawa halus?
Doa yang menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil sebagai bentuk kesantunan dan penghormatan kepada Tuhan.
2. Mengapa digunakan bahasa Jawa halus dalam doa?
Karena mencerminkan etika, sopan santun, dan falsafah hidup masyarakat Jawa yang menjunjung tata krama.
3. Apakah doa dalam bahasa Jawa halus sesuai dengan ajaran Islam?
Ya, selama isinya tidak bertentangan dengan syariat, doa tersebut tetap sah dan bernilai ibadah.
4. Kapan waktu terbaik untuk membaca doa dalam budaya Jawa dan Islam?
Saat pagi, malam hari, setelah salat, dan dalam momen khusus seperti tirakatan atau selamatan.
5. Apakah anak muda masih perlu belajar doa bahasa Jawa halus?
Perlu, sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus memperdalam nilai spiritual.
6. Apa manfaat doa bahasa Jawa halus dalam acara resmi?
Menciptakan suasana sakral, penuh hormat, dan menanamkan nilai budaya lokal.
7. Bagaimana jika tidak fasih berbahasa Jawa halus, bolehkah tetap berdoa?
Boleh, yang terpenting adalah ketulusan hati; penggunaan bahasa hanyalah medium penyampai.