TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 129 jemaah meninggal dalam pelaksanaan ibadah haji 2025. Angka ini merupakan akumulasi dari pertama pelaksanaan haji dimulai pada 2 Mei lalu hingga 3 Juni 2025.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menjelaskan mayoritas penyebab dari kematian tersebut adalah pneumonia yang disertai komplikasi penyakit bawaan, seperti diabetes dan hipertensi. Selain itu, penyebab lain kematian itu juga disebabkan penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga hari ini, Liliek menuturkan ada 151 jemaah yang tengah di rawat di Rumah Sakit Arab Saudi. "Kalau secara akumulatif jumlah jemaah haji yang sakit dan dirawat di rumah sakit mencapai sebanyak 984 orang," kata Liliek saat dihubungi Tempo pada Selasa malam, 3 Juni 2025.
Liliek mengimbau jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit, khususnya jemaah lanjut usia, selalu menggunakan alat pelindung diri seperti masker, payung, kacamata hitam, dan alas kaki, dan minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. "Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi,” tuturnya menjelaskan.
Liliek mengatakan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah pos kesehatan di Arafah dan Mina untuk mengantisipasi banyaknya jemaah yang tumbang dalam pelaksanaan puncak ibadah haji nanti. "Insyaallah pos kesehatan Arafah akan dioperasikan mulai 8 Zulhijah 1446 Hijriah," kata dia.
Secara total, pelaksanaan ibadah haji tahun ini diikuti oleh 221.000 jemaah Indonesia yang yang dibagi menjadi 203.320 haji reguler dan 17.680 haji khusus. Adapun puncak haji akan dimulai dengan pemberangkatan jemaah ke Arafah pada 8 Dzulhijah 1446 H, bertepatan dengan hari ini, Rabu, 4 Juni 2025.
Sekretasi Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin menjelaskan dua skema pergerakan jemaah sebagai upaya mengurai kepadatan Muzdalifah dan Mina, yaitu Murur dan Tanazul. Murur adalah pergerakan jemaah dari Arafah dengan bus yang hanya melewati Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan. Mereka langsung melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melakukan lempar jumrah dan mabit.
Skema ini akan diterapkan secara selektif, khususnya bagi jamaah lansia dan disabilitas. Tahun ini, diperkirakan sekitar 50.000 orang akan mengikuti skema murur.
Sedang tanazul adalah pemulangan lebih awal ke hotel di Makkah setelah selesai lempar jumrah aqabah. Skema ini bertujuan untuk mengurai kepadatan di tenda Mina.
"Sekitar 30.000 orang, terutama dari sektor Syisyah dan Raudhah, dijadwalkan mengikuti tanazul. Mereka yang melempar jumrah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah tidak kembali ke tenda di Mina, tetapi langsung kembali ke hotel masing-masing," kata Kamaruddin sebagaimana dikutip Antara, Ahad, 1 Juni 2025.
Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini