Kenapa Ada Konten Facebook Gagal Dimonetisasi? Ini Penjelasannya

7 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Di era digital saat ini, banyak kreator menggantungkan harapan pada platform media sosial sebagai ladang penghasilan. Salah satu platform itu adalah Facebook yang kini juga bisa menjadi pilihan untuk menghasilkan uang.

Namun, tak sedikit kreator yang mendapati kontennya tidak memenuhi syarat monetisasi, meskipun telah memenuhi kriteria dasar. Lalu mengapa konten Facebook gagal dimonetisasi? Artikel ini akan membahas poin penting kenapa konten gagal beri cuan.

Kenapa Konten Facebook Saya Tidak Bisa Dimonetisasi?

Sebelum membahas lebih dalam, perlu dipahami bahwa Facebook memiliki kebijakan cukup ketat dalam monetisasi konten. Program seperti In Stream Ads, dan Subscriptions menuntut kreator konten untuk tidak hanya aktif, tetapi juga mematuhi aturan yang telah dibuat Facebook. Berikut ini alasan kenapa konten Facebook Anda mungkin termasuk yang tidak bisa dimonetisasi.

1. Tidak Memenuhi Standar Kelayakan

Salah satu penyebab konten gagal dimonetisasi adalah karena pelanggaran terhadap standar kelayakan monetisasi Facebook (Monetization Eligibility Standards). Ini mencakup banyak hal seperti isi konten, interaksi penonton, hingga riwayat pelanggaran akun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Misalnya video yang mengandung ujaran kebencian, kekerasan, atau sekadar clickbait video yang menyesatkan. Seluruhnya bisa langsung didiskualifikasi dari in stream ads

Selain itu, akun pengguna juga harus memiliki rekam jejak yang bersih. Konten yang sempat ditandai sebagai pelanggaran hak cipta atau mengandung materi yang dilaporkan sebagai “hoax” bisa berdampak cukup panjang terhadap kelayakan monetisasi.

2. Aktivitas dan Engagement yang Inkonsisten

Faktor lainnya adalah tidak ada keterlibatan (engagement) dan konsistensi dari publikasi konten. Facebook menilai performa akun secara keseluruhan, bukan berdasarkan satu atau dua unggahan saja. 

Jika akun jarang aktif atau engagement rate dari audiens rendah, maka algoritme Facebook akan menilai akun tidak layak untuk dimonetisasi. Meskipun jumlah pengikut pengguna terlihat mencukupi untuk membuka monetisasi.

3. Hambatan Teknis

Selain faktor konten dan keterlibatan, hambatan teknis juga bisa menjadi penyebab konten Anda tidak bisa dimonetisasi. Misalnya, kesalahan pada pengaturan halaman dan akun yang tidak diatur sebagai “page” (halaman bisnis).

4. Kurangnya Transparansi dari Sistem Peninjauan Facebook

Meski Facebook menyediakan dasbor profesional untuk para kreator konten, mekanisme peninjauan monetisasi sering kali tidak memberikan penjelasan rinci ketika suatu konten ditolak. 

Kreator hanya mendapatkan notifikasi bahwa video tidak memenuhi syarat atau regulasi, tanpa disertai alasan teknis yang jelas. Jika ini yang terjadi, tentu menimbulkan frustasi dan kesulitan memperbaiki konten bagi para kreator di Facebook.

Tips agar Konten Facebook Layak Dimonetisasi

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diikuti agar konten dapat dimonetisasi:

  • Pahami dan patuhi Standar Monetisasi Facebook, baca pedoman komunitas atau  regulasi Facebook agar konten dapat dimonetisasi.
  • Ubah akun menjadi halaman (page), Monetisasi hanya tersedia untuk Halaman Facebook, bukan akun pribadi. Jadi, buat halaman agar kreator dapat memonetisasi konten.
  • Penuhi syarat minimum monetisasi, seperti memiliki 10 ribu pengikut di halaman, 600.000 menit total penayangan seluruh konten dalam 60 hari terakhir.
  • Minimal 5 video aktif yang ada di halaman (page) .
  • Berdomilsili di negara yang mendukung monetisasi Facebook.

Untuk fitur stars pada kreator:

  • Minimal 500 pengikut .
  • Aktif dalam 30 hari terakhir.
  • Tidak ada pelanggaran pada konten atau halaman kreator.

Lalu, jangan lupa untuk hindari mengambil konten yang memiliki hak cipta seperti musik, animasi dan lainnya. Banyak kreator gagal monetisasi karena menggunakan musik populer tanpa lisensi.

Pada akhirnya, monetisasi di Facebook bukan sekadar soal memenuhi syarat teknis, melainkan juga soal membangun reputasi dan kredibilitas sebagai kreator.

Di tengah persaingan digital yang semakin ketat, konsistensi dan kepatuhan terhadap kebijakan bukan hanya kunci untuk meraih penghasilan, tetapi juga fondasi untuk bertahan dan tumbuh di ekosistem yang terus berkembang ini. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |