Kunjungi Indonesia, Kandidat Dirjen UNESCO Perkenalkan Program Kerja

1 week ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli Mesir Kuno sekaligus mantan Menteri Pariwisata dan Peninggalan Purbakala Mesir, Khaled el-Enany, tiba di Jakarta pada Selasa, 6 Mei 2025. Kunjungan itu merupakan bagian dari kampanye Khaled yang kini menjadi kandidat direktur jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNESCO.

Khaled menuturkan bahwa dia telah mengunjungi puluhan negara untuk memperkenalkan program-programnya ke seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang perjalanan itu, dia juga mengaku telah menyimak berbagai aspirasi tentang pendidikan, sains, dan kebudayaan dari berbagai komunitas masyarakat internasional. Adapun pemilihan pemimpin baru UNESCO akan digelar pada Oktober mendatang. 

"Saya telah berkeliling dunia untuk mendengarkan orang-orang. Saya ingin belajar dari mereka," kata Khaled saat ditemui Tempo di rumah dinas Kedutaan Besar Mesir, Jakarta Pusat, Selasa petang. 

Khaled menuturkan bahwa UNESCO kini memiliki legitimasi, kepemimpinan intelektual, dan potensi yang luar biasa. Namun, kata dia, UNESCO tetap harus mendapatkan kembali kapasitas operasionalnya secara penuh. 

Dalam keadaan ini, Khaled menyebut bahwa prioritas pertamanya ialah membawa UNESCO lebih dampak nyata dan terukur dalam bidang pendidikan, budaya, sains, dan informasi. Khaled turut mendorong adanya perubahan mendasar di lapangan, termasuk memberdayakan kantor-kantor regional secara lebih optimal. . 

"UNESCO tidak mampu merancang program secara terpisah dari mereka yang seharusnya dilayani. Pekerjaan kami harus berakar pada realitas lokal, dibangun bersama dengan universitas, masyarakat sipil, dan lembaga budaya," ujarnya. 

Lebih lanjut, Khaled menginginkan setiap program dan setiap sumber daya UNESCO dapat menjawab kebutuhan yang nyata dan terukur melalui metode, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih baik. 

Tak sampai di situ, Khaled menegaskan bahwa dia menginginkan UNESCO berjalan dengan inklusif. Oleh sebab itu, dia menawarkan gaya kepemimpinan dengan kebijakan pintu terbuka yang membukan kesempatan bagi semua pihak untuk berkontribusi.

"Saya ingin terlibat dengan semua delegasi, untuk mendengarkan, belajar, menyesuaikan, dan membantu mewujudkan perubahan yang diserukan UNESCO dan negara anggotanya," ujarnya. 

Dilansir dari The African Report, Khaled, 53 tahun, lahir dan tumbuh di distrik Roda, sebuah pulau permukiman di Sungai Nil di ibu kota Mesir. Dia merupakan putra insinyur dan guru bahasa Prancis. 

Sebelum menjadi ahli Mesir Kuno, Khaled memulai kariernya sebagai pemandu wisata. Setelah memperoleh gelar sarjana, Khaled memutuskan untuk melanjutkan studinya, dengan gelar master dalam bidang Egyptologi di Universitas Helwan, Mesir, pada1996 dan gelar doktor dalam bidang Egyptologi di Universitas Montpellier III, Prancis pada 1997-2001. 

Khaled akhirnya bergabung dengan Institut Arkeologi Oriental Prancis yang terkenal di Kairo pada 2002 sebagai rekan peneliti dan anggota dewan administratif dan ilmiah.

Sebagai anggota kehormatan Masyarakat Mesir Kuno Prancis dan Institut Arkeologi Jerman, ia diangkat menjadi direktur jenderal Museum Nasional Peradaban Mesir pada 2014, dan kemudian Museum Mesir di Kairo pada 2015-2016.

Khaled kemudian menjadi menteri peninggalan purbakala dari 2016 hingga 2019, dan kemudian menteri pariwisata dari tahun 2019 hingga 2022.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |