Serangan Israel Tewaskan Lebih dari 60 Orang, Klaim Targetkan Pemimpin Hamas

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 61 orang sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari 14 Mei 2025, menargetkan warga sipil di tempat-tempat ramai. Serangan ini hanya beberapa jam setelah kelompok perjuangan Palestina Hamas membebaskan satu-satunya sandera Amerika Serikat-Israel yang masih hidup, Edan Alexander.

Serangan drone pengintai menargetkan area dekat restoran Thailand dan Palmyra di Jalan al-Wehda di Kota Gaza pada Rabu. Dua rudal ditembakkan di dua lokasi pada saat yang sama, berjarak 100 meter satu di dalam restoran dan satu lagi di persimpangan jalan, menewaskan sedikitnya 17 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilaporkan dari Kota Gaza, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan serangan itu menghantam salah satu dari sedikit tempat di mana warga Palestina bisa mendapatkan makanan.

"Meja dan kursi semuanya berhamburan, dan darah mengotori tanah akibat pendarahan hebat," kata Mahmoud, melaporkan dari kerumunan warga dan pedagang kaki lima yang memeriksa kerusakan setelah serangan itu.

Di lokasi serangan di persimpangan terdekat, Mahmoud mengatakan orang-orang tergeletak di tanah "berlumuran darah dan tercabik-cabik".

Serangan lain di Kota Gaza menewaskan 13 orang di Sekolah al-Karama di lingkungan Tuffah

Serangan Israel lainnya pada Rabu tersebar di seluruh Gaza. Tiga orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan terhadap sebuah rumah di Jabalia di Gaza utara.

Delapan orang lainnya – termasuk seorang ayah, anak-anaknya, dan sepupunya – tewas di kota selatan Khan Younis. Lima orang tewas dalam serangan terhadap satu rumah.

Tiga orang lainnya, termasuk seorang anak, tewas ketika sebuah tenda penampungan diserang di Deir el-Balah di Jalur Gaza bagian tengah. Seorang suami dan istri juga tewas ketika sebuah rumah diserang di desa Bani Suheila di Gaza bagian timur.

Korban tewas juga termasuk empat orang yang jasadnya ditemukan di bawah reruntuhan serangan Israel awal minggu ini di sebuah sekolah yang menampung orang-orang terlantar di kamp pengungsi Bureij di Gaza bagian tengah.

Badan Pertahanan Sipil Palestina mengatakan pada Selasa malam bahwa lebih dari 30 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di sana.

Israel juga menyerang rumah sakit di Gaza selatan pada Selasa malam, dengan klaim menargetkan pemimpin Hamas Mohammed Sinwar, menurut seorang pejabat senior Israel dan dua sumber yang mengetahui masalah tersebut seperti dilansir CNN.

Ia menjadi pemimpin de facto kelompok militan tersebut setelah militer Israel membunuh saudaranya, Yahya Sinwar, Oktober lalu.

Serangan Selasa tersebut menewaskan 28 warga Palestina dan melukai sedikitnya 40 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim melakukan serangan terhadap rumah sakit Eropa di Khan Younis, yang menargetkan "teroris Hamas di pusat komando dan kendali" di infrastruktur bawah tanah di bawah rumah sakit tersebut. IDF tidak mengidentifikasi target serangan tersebut.

Beberapa serangan udara menghantam halaman rumah sakit, menurut Dr. Saleh Al Hams, kepala keperawatan. Beberapa orang terkubur di bawah reruntuhan, katanya, menyebutnya sebagai "bencana." Tim medis mencoba memindahkan pasien ke unit yang aman di dalam rumah sakit.

Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan pilar-pilar asap dan debu yang menjulang tinggi dari apa yang tampak sebagai beberapa serangan terbesar di Gaza dalam beberapa minggu terakhir.

Hamas menolak klaim Israel tentang Sinwar, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Hanya perlawanan Palestina, melalui platform resminya, adalah otoritas yang berwenang untuk mengonfirmasi atau menyangkal apa yang dipublikasikan."

Serangan Israel yang semakin intensif itu diperparah oleh blokade Israel terhadap pasokan penting sejak 2 Maret, yang menyebabkan daerah kantong itu kekurangan bahan bakar dan makanan, termasuk tepung. Kelompok-kelompok bantuan mengatakan pasokan makanan hampir habis total.

Lembaga amal World Central Kitchen yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan telah menghentikan pekerjaan di Jalur Gaza setelah Israel melarangnya membawa bantuan dan kehabisan pasokan.

"Setelah menyajikan lebih dari 130 juta makanan dan 26 juta roti selama 18 bulan terakhir, World Central Kitchen tidak lagi memiliki persediaan untuk memasak atau memanggang roti di Gaza," katanya pada Rabu dalam sebuah posting di X.

Seorang ibu dari enam anak yang berlindung di sebuah fasilitas yang dikelola oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan kepada badan tersebut bahwa keluarganya hanya punya roti setelah mereka kehabisan semua jenis makanan lainnya.

"Negara Israel harus menghentikan pengepungan," tulis UNRWA di X pada Rabu.

"Harus ada upaya internasional yang terpadu untuk menghentikan bencana kemanusiaan ini agar tidak mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya.

Sektor kesehatan Gaza juga menanggung beban serangan dan blokade yang sedang berlangsung. Setidaknya 88 persen tempat tidur di rumah sakit terisi, dan staf mereka berusaha merawat pasien karena mereka menghadapi kekurangan pasokan medis.

Pembicaraan Gencatan Senjata

Pada Rabu, Mesir dan Qatar—yang keduanya menjadi penengah gencatan senjata tahun ini bersama AS— menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kesepakatan. Ini bertujuan untuk mengakhiri "krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan meringankan penderitaan warga sipil dengan mendorong kondisi yang diperlukan untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif".

"Kedua negara menekankan bahwa upaya untuk menabur perselisihan di antara negara-negara yang bersaudara – baik melalui penyebaran keraguan, distorsi, atau eskalasi media – tidak akan berhasil. Ini juga tidak akan menghalangi kedua negara untuk melanjutkan upaya bersama mereka untuk mengakhiri perang dan bencana kemanusiaan yang diakibatkannya," demikian bunyi pernyataan bersama.

Mereka menambahkan bahwa kedua negara bekerja sama dengan AS untuk mencapai kesepakatan genctan senjata Hamas-Israel.

Sementara Israel mengumumkan bahwa serangan militer yang lebih intens akan dimulai di Gaza kecuali gencatan senjata ditandatangani, Hamas mengatakan pembicaraan itu tidak ada gunanya.

"Tidak ada gunanya terlibat dalam perundingan atau mempertimbangkan usulan gencatan senjata baru selama perang kelaparan dan perang pemusnahan terus berlanjut di Jalur Gaza," kata pejabat Hamas Basem Naim pada Selasa.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |