3 Amalan Sunnah yang Dianjurkan pada Hari Tasyrik setelah Idul Adha, Apa Saja?

15 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tiga hari setelah Lebaran hari Idul Adha, tepatnya pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah disebut sebagai hari Tasyrik.

Hari Tasyrik juga menjadi waktu bagi mereka yang melaksanakan ibadah kurban. Pada ketiga hari ini, penyembelihan hewan kurban masih diperbolehkan dan menjadi bagian dari rangkaian ibadah setelah Hari Raya Idul Adha.

Selain itu, pada waktu ini umat Islam dianjurkan untuk dapat melaksanakan berbagai amalan sunnah agar dapat terus menjaga kekhusyukan dan semangat beribadah.

Lantas apa saja amalan yang dapat dilakukan pada hari Tasyrik? Berikut uraiannya, lengkap dengan dalil dan penjelasan hikmahnya, dilansir dari laman NU Onlie Jabar pada Jumat (6/6/2025).

Saksikan Video Pilihan ini:

Kisah SMK Komputama Pesahangan Dekatkan Teknologi ke Pegunungan Cilacap

1. Memperbanyak Takbir

Imam Bukhari meriwayatkan hadis perihal amal pada Hari Tasyrik. Ia mengutip pandangan Ibnu Abbas ra. perihal perintah zikir pada hari-hari tertentu yang dipahami sebagai Hari Tasyrik di surah Al-Baqarah ayat 203.

“Ibnu Abbas ra. mengatakan, ‘Sebutlah nama Allah (zikirlah) pada hari tertentu,’ (surah Al-Baqarah ayat 203). ‘Hari 10 dan hari-hari tertentu adalah Hari Tasyrik.’ Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra. keluar ke pasar pada hari 10 sambil bertakbir. Orang-orang pun ikut bertakbir karena takbir keduanya. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah sholat sunnah,”

Imam Bukhari dalam bab ini juga mengutip sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah yang bertakbir pada Hari Tasyrik. Ia juga meriwayatkan Muhammad bin Ali yang bertakbir setelah melaksanakan sholat sunnah.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mengutip pandangan serupa sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari perihal anjuran takbir selesai sholat. Kali ini ia mengutip pandangan Imam Abu Hanifah perihal pembacaan takbir seusai sholat pada Hari Tasyrik.

“Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa amal pada Hari Tasyrik adalah takbir setelah sholat,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/525).

Ibnu Bathal yang juga mensyarahkan Shahih Bukhari mengutip pendapat Mahlab. Menurutnya, amal utama pada Hari Tasyrik adalah pembacaan takbir sebagaimana lafal takbir yang dianjurkan. Bahkan menurutnya, zikir takbir pada Hari Tasyrik lebih utama daripada sholat sunnah.

“Al-Muhallib mengatakan, ‘Amal pada Hari Tasyrik adalah pembacaan takbir yang disunnahkan. Itu (takbiran) lebih utama dari sholat sunnah,’” (Ibnu Bathal, Syarhu Shahihil Bukhari libni Bathal, [Riyadh, Maktabatur Rusyd: tanpa tahun], juz II, halaman 561).

2. Memperbanyak Tahlil, Tahmid dan Takbir

Ibnu Hajar Al-Asqalani pada akhir pembahasan amal pada Hari Tasyrik mengutip riwayat hadits yang menganjurkan umat Islam untuk membaca tahlil, tahmid, dan takbir.

وقد وقع في رواية بن عمر من الزيادة في آخره فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ

Artinya: “Pada riwayat Ibnu Umar ada tambahan kalimat di akhir, ‘Perbanyaklah tahlil, tahmid, dan takbir pada Hari Tasyrik,’” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/529).

3. Melaksanakan Amalan Lainnya

Al-Asqalani mengutip pendapat Ibnu Abi Jamrah. Menurutnya, Islam tidak menentukan amal atau dzikir tertentu pada Hari Tasyrik. Menurutnya, amal apapun asal dilakukan pada Hari Tasyrik tetap lebih utama daripada amal yang sama di luar Hari Tasyrik.

وقال بن أبي جمرة الحديث دال على أن العمل في أيام التشريق أفضل من العمل في غيره 

Artinya: “Ibnu Abi Jamrah mengatakan, ‘Hadis ini menunjukkan bahwa amal apapun pada Hari Tasyrik lebih utama daripada amal yang sama di luar Hari Tasyrik,’” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/527).

Pada prinsipnya, Hari Tasyrik memang waktu istimewa untuk ibadah sehingga apapun amal ibadahnya asal dilakukan pada waktu-waktu yang istimewa maka ganjarannya juga istimewa. Hadis riwayat Imam Bukhari di atas menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan waktu-waktu tertentu, sebagaimana Dia mengistimewakan tempat-tempat tertentu.

وأن الغاية القصوى فيه بذل النفس لله وفيه تفضيل بعض الأزمنة على بعض كالأمكنة

Artinya: “Tujuan tertinggi dari hadis ini adalah penghambaan diri sepenuhnya kepada Allah. Hadis ini juga menjadi dalil pengutamaan waktu-waktu tertentu dalam ibadah dibanding waktu lainnya, sebagaimana pengistimewaan tempat-tempat tertentu,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/528). Wallahu a’lam.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |