TEMPO.CO, Jakarta - Kuil menjadi salah satu objek wisata yang banyak menarik turis di Thailand. Negeri Gajah Putih memiliki lebih dari 33.000 kuil, dari yang kecil hingga yang megah milik keluarga kerajaan. Di antara kuil yang banyak dikunjungi antara lain Wat Arun di Bangkok dan kuil putih pucat Wat Rong Khun di provinsi utara Chiang Rai.
Mengunjungi kuil tidak sama dengan berkunjung ke museum atau pantai. Pengunjung perlu mematuhi etika yang berlaku di sana. Berikut beberapa etika yang harus diketahui pengunjung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Jangan pakai pakaian terbuka
Dilansir Bangkok Post, Uma Puacksumran, pemandu wisata di Thailand, menyarankan untuk mengenakan pakaian tertutup. Staf di Wat Kalayanamit tidak ketat dengan aturan berpakaian, tetapi staf di Wat Pho mengharuskan pengunjung untuk berpakaian sopan. Bagi yang memakai pakaian terbuka, petugas kuil menyediakan jubah bagi wisatawan. Aturan umum yang harus diikuti adalah menutupi kaki dan bahu.
2. Memberi penghormatan dan sumbangan
Puacksumran mengatakan bahwa penduduk setempat mempersembahkan bunga dan lilin untuk memberi penghormatan di kuil, disebut dengan wai phra. Menurut situs berita lokal Inspire Bangkok, pengunjung non-Buddha juga dipersilakan untuk melakukan wai phra. Pengunjung dapat membawa karangan bunga sendiri dan meletakkannya di altar dan tempat pemujaan yang sesuai. Tapi jika menggunakan bunga dan lilin yang disediakan oleh kuil, jangan lupa memberikan sedikit sumbangan.
3. Jangan pernah menginjak ambang pintu
Melepas sepatu ketika memasuki kuil sudah menjadi aturan yang banyak diketahui turis, tapi tak banyak yang tahu bahwa pengunjung juga dilarang menginjak ambang pintu. Puacksumran menjelaskan bahwa menginjak ambang pintu dianggap membawa sial.
Menurut situs berita lokal Thaizer, ambang pintu merupakan penghalang untuk mengusir roh jahat. Penduduk lokal menganggap menginjaknya merupakan tindakan yang tidak sopan.
4. Membunyikan lonceng
Menurut Bangkok Post, lonceng secara tradisional digunakan oleh para biksu untuk memberi tahu waktu. Meskipun Puacksumran mengatakan lonceng harus dibunyikan dengan keras agar dapat didengar oleh manusia dan roh, tapi pengunjung juga perlu hati-hati membunyikannya. Bangkok Post menulis dalam sebuah artikel tahun 2018 bahwa orang Thailand sangat sensitif terhadap suara. Jadi sebagai turis, sebaiknya bersikap bijaksana saat membunyikan lonceng.
5. Menajaga sikap
Bersikap sopan saat berada di lingkungan kuil. Situs Thailand.go.th menuliskan agar pengunjung menjaga sikap, ucapan, dan pikiran saat memasuki area kuil. Matikan telepon genggam atau nyalakan mode senyap, agar telepon tidak mengganggu orang lain yang datang untuk melakukan berdoa, bermeditasi, atau melakukan kegiatan keagamaan.
Selain itu, jangan berbicara atau membuat suara keras saat berjalan di sekitar vihara atau duduk di kapel. Jangan mengambil foto di tempat yang dilarang, hanya di tempat yang diperbolehkan. Jika ingin mengambil foto patung Buddha, lakukan dengan tenang, sopan, dan penuh rasa hormat.
6. Patuhi larangan kuil
Ada beberapa larangan yang harus dipatuhi pengunjung di kuil.
- Jangan merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan zat narkotika, untuk menghormati tempat tersebut dan menghargai agama Buddha.
- Jangan menulis, merusak, menghancurkan, atau mencuri barang apa pun di dalam kuil, seperti dinding, mural, patung Buddha, atau artefak.
- Jangan menunjuk orang atau benda, karena itu tidak sopan. Jika ingin menunjukkan bagian-bagian kuil, gunakan isyarat dengan seluruh tangan.
- Jangan mengambil foto orang lain yang sedang melakukan kegiatan keagamaan.
- Jangan melakukan swafoto dengan gambar Buddha, karena itu tidak sopan.
- Jangan duduk atau memanjat situs bersejarah di dalam kuil, karena dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan.
- Jangan duduk dengan kaki mengarah ke Buddha atau biksu. Sebaliknya, tekuk lutut dengan kaki mengarah ke belakang atau duduk bersila.