Awas! Sifat Pelit Gampang Banget Menular, Ini Akibatnya Kata Buya Yahya

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Pelit bukan hanya sifat buruk yang mengganggu hubungan sosial, tetapi juga bisa menyebar seperti penyakit. Hal ini disampaikan secara tegas oleh pendakwah kondang KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya dalam sebuah kajian terbaru yang menyentuh sisi kehidupan sehari-hari.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menekankan bahwa pelit adalah karakter yang tidak boleh dianggap remeh. Seseorang yang terlalu sering bergaul dengan orang pelit akan secara perlahan meniru kebiasaan buruk itu, bahkan tanpa sadar.

"Kalau duduk sama orang pelit, pasti menular," tegas Buya Yahya. Ia mencontohkan bagaimana seseorang bisa awalnya merasa aneh saat melihat temannya tidak berbagi makanan, namun setelah beberapa kali mengalami hal yang sama, ia pun menjadi biasa dan akhirnya ikut tidak berbagi.

Fenomena ini dijelaskan oleh Buya Yahya sebagai proses pembiasaan yang perlahan mengikis nilai-nilai kebaikan dalam diri seseorang. Jika sebelumnya merasa risih melihat orang tidak berbagi, lama-lama seseorang justru menirunya.

Dikutip Selasa (17/06/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya mengingatkan bahwa keteladanan sangat memengaruhi pembentukan karakter. Lingkungan yang pelit bisa mengikis semangat untuk berbagi dan peduli.

Simak Video Pilihan Ini:

Kendala Evakuasi 8 Pekerja di Sumur Tambang Emas Banyumas, Debit Air Tak Kunjung Turun

Didik Diri Sendiri untuk Sedekah

Dalam video itu, Buya menggambarkan situasi saat seseorang duduk bersama rekan kerja yang enggan berbagi makanan. "Awalnya merasa aneh, keterlaluan amat ya. Tapi setelah ketemu lagi dan lagi, akhirnya dia sendiri enggak nawarin makanan juga," jelasnya.

Ia menyebut bahwa pelit itu dekat dengan setan, dan setan dekat dengan neraka. Karenanya, sifat ini bukan hanya soal perilaku sosial, melainkan berimplikasi pada sisi spiritual seorang muslim.

Lebih lanjut, Buya Yahya menegaskan bahwa bergaul dengan orang dermawan bisa membawa pengaruh sebaliknya. "Dekat orang dermawan, nular juga. Ingin berbuat baik, ingin ikut senang berbagi," tuturnya.

Menurutnya, sifat dermawan adalah karakter mulia yang sangat dijunjung dalam ajaran Islam. Orang yang senang memberi akan lebih dekat dengan rahmat Allah, dan kebiasaannya bisa menginspirasi orang di sekitarnya.

Namun demikian, Buya Yahya juga mengingatkan agar tidak sembarangan dalam berbagi. Anak-anak, misalnya, harus dididik untuk bersedekah secara bijak, bukan sekadar menghabiskan uang tanpa tanggung jawab.

"Berbaginya jangan ngacau, jangan sampai uang orang tua habis karena dibagi-bagi sembarangan. Harus ada ilmunya," ujarnya menasihati para orang tua dalam mendidik anak.

Penting Pendidikan Dermawan

Pentingnya mendidik anak untuk tidak pelit dan sekaligus tidak boros menjadi sorotan penting dalam nasihat tersebut. Menurut Buya Yahya, keseimbangan adalah kunci dalam membentuk kepribadian anak yang sehat secara sosial dan spiritual.

Ia menambahkan bahwa lingkungan sekitar sangat menentukan kepribadian seseorang. Oleh sebab itu, memilih teman yang baik dan dermawan adalah langkah strategis dalam membentengi diri dari sifat buruk.

Buya juga menyoroti fenomena sosial di mana banyak orang tua membiarkan anak-anak tumbuh dengan sikap cuek terhadap sesama. Padahal, dari kecil anak harus dibiasakan berbagi meski hanya sedikit.

Dalam kehidupan modern yang cenderung individualistis, pesan Buya Yahya ini menjadi sangat relevan. Banyak orang terlalu sibuk dengan urusan pribadi hingga lupa pentingnya saling peduli.

"Kalau enggak dibiasakan dari kecil, nanti dewasa jadi orang pelit yang keras hati. Susah menolong, susah memberi," pungkasnya.

Ceramah Buya Yahya ini menjadi pengingat agar kita lebih berhati-hati dalam memilih lingkungan pergaulan. Sifat baik maupun buruk bisa menular, tergantung siapa yang menjadi teman sehari-hari.

Kebiasaan berbagi, menurut Buya Yahya, harus dimulai dari hal-hal kecil. Bahkan hanya dengan menawarkan makanan, seseorang bisa menumbuhkan nilai kasih sayang dan kepedulian.

Pada akhirnya, Buya Yahya menegaskan bahwa mendidik diri dan anak untuk tidak pelit adalah bagian dari jalan menuju kebaikan. Sebab, sifat pelit bukan hanya merugikan orang lain, tapi juga merusak diri sendiri.

Dengan pesan tersebut, umat Islam diingatkan kembali tentang pentingnya nilai-nilai sosial dalam ajaran agama. Islam tidak hanya mengatur hubungan dengan Allah, tapi juga dengan sesama manusia.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |