Liputan6.com, Jakarta - Keutamaan kalimat Lailahaillallah bukan hanya menjadi simbol keimanan, tetapi juga menjadi poros utama penciptaan surga dan neraka. Hal ini disampaikan oleh ulama karismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha.
Dalam sebuah pengajian, Gus Baha menjelaskan secara mendalam tentang posisi kalimat tauhid sebagai inti dari ajaran Islam. Ia menegaskan bahwa kalimat tersebut bukan sekadar lafaz, melainkan fondasi yang menentukan nasib akhirat seseorang.
Gus Baha mengatakan, Lailahaillallah adalah kalimat yang menjadi dasar penciptaan surga dan neraka. Surga yang begitu mewah disiapkan untuk orang-orang yang mengucapkannya dengan keyakinan, sedangkan neraka yang mengerikan dipersiapkan bagi mereka yang menolaknya.
Menurut Gus Baha, orang yang menolak kalimat Lailahaillallah berarti telah berpaling dari kebenaran paling hakiki. Karena itulah neraka diciptakan sebagai bentuk keadilan atas penolakan terhadap kalimat tersebut.
Dikutip Selasa (17/06/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @yunushidayat416, Gus Baha menjabarkan tentang kedahsyatan kalimat tauhid dengan gaya yang lugas namun mengena.
Simak Video Pilihan Ini:
KOCAK!! Barisan Pramuka Anak SD Bubar Cerai Berai Gara-gara Serbuan Domba
Ini Bukan Kalimat Biasa
Dalam video itu, Gus Baha mengajak umat Islam untuk membayangkan betapa mengerikannya neraka. Ia menyebutkan bahwa jika ada benda dijatuhkan dari atas neraka, maka waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke dasar adalah 70 tahun.
"Bisa kamu bayangkan, kalau kamu di dalamnya bagaimana? Naiknya susah," ucap Gus Baha sambil menekankan bahwa neraka bukan sekadar tempat siksa biasa, melainkan bentuk azab paling nyata bagi yang menolak kebenaran.
Dari penjelasan itu, Gus Baha menegaskan bahwa kalimat Lailahaillallah bukan kalimat biasa. Surga dan neraka diciptakan atas dasar penerimaan atau penolakan terhadap kalimat tersebut.
Lebih jauh, Gus Baha menyebut bahwa kalimat ini memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa. Ia menjadi pembeda antara keimanan dan kekufuran, antara keselamatan dan kebinasaan.
Menurutnya, siapa pun yang mengucapkan Lailahaillallah dengan ilmu dan pemahaman, maka ia telah menapaki jalan keselamatan. Sebaliknya, penolakan terhadap kalimat ini adalah jalan yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan.
Ia juga menjelaskan bahwa banyak orang yang mengucapkannya hanya di lisan, namun tidak disertai ilmu dan keyakinan. Padahal, dasar dari kalimat ini adalah ilmu, bukan hanya tradisi.
Sebagai Akar Kebaikan
Gus Baha mengingatkan bahwa dalam Islam, keimanan bukan sekadar simbol, tetapi kesadaran penuh terhadap kebenaran yang diikrarkan. Dan kesadaran itu lahir dari ilmu.
Oleh sebab itu, menurut Gus Baha, umat Islam harus terus belajar dan memahami makna dari setiap kalimat dzikir, khususnya Lailahaillallah, agar tidak terjebak pada pengucapan tanpa pemahaman.
Kalimat tauhid, lanjut Gus Baha, adalah akar dari seluruh kebaikan. Ia menghubungkan hamba dengan Tuhannya secara langsung, dan menjadi pembuka pintu-pintu rahmat.
Tak hanya itu, Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk tidak meremehkan dzikir ini. Meski terlihat sederhana, kalimat ini memiliki nilai yang tak ternilai di sisi Allah.
Ia pun mengajak untuk memperbanyak dzikir ini dalam berbagai keadaan. Menurutnya, kalimat ini dapat menjadi pelindung dari bahaya dunia maupun akhirat.
Dalam penutup ceramahnya, Gus Baha menyampaikan bahwa Lailahaillallah adalah harta tak ternilai. Barang siapa menjaganya hingga akhir hayat, maka surga akan menjadi tempat kembalinya.
Penting bagi umat Islam untuk tidak sekadar hafal lafaznya, tetapi juga memahami kedalaman maknanya. Karena kalimat ini bukan hanya pengakuan, tetapi juga bukti cinta kepada Allah.
Dengan menyadari keagungan kalimat tauhid ini, Gus Baha berharap umat Islam semakin sadar akan pentingnya membangun iman yang kokoh, berbasis ilmu dan kesadaran yang lurus.
Pesan Gus Baha ini sekaligus menjadi pengingat agar jangan pernah meremehkan kalimat yang menjadi syarat utama keselamatan di akhirat. Sebab, dari sinilah segalanya bermula.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul