Liputan6.com, Jakarta - Dalam setiap menjelang Idul Adha, pertanyaan seputar kurban selalu mencuat ke permukaan. Salah satunya yang cukup sering ditanyakan masyarakat adalah tentang jenis kelamin hewan kurban, khususnya kambing. Apakah kambing jantan lebih utama daripada kambing betina? Atau sebaliknya, tidak ada perbedaan selama syarat sah kurban terpenuhi?
Umat Islam pun mencari rujukan yang jelas dalam hal ini. Sebagian besar pasar dan peternak memang menjual kambing jantan dengan harga lebih tinggi. Di sisi lain, kambing betina tampak kurang diminati meskipun sebenarnya juga memenuhi kriteria kurban.
KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya menjawab pertanyaan ini secara gamblang. Dalam penjelasannya, ia menegaskan bahwa dari sisi hukum, tidak ada larangan menyembelih kambing betina sebagai hewan kurban.
“Nyembelih kurban kambing betina sah, tidak harus kambing jantan. Sudah cukup itu,” ujar Buya Yahya menegaskan bahwa secara syariat, kedua jenis kelamin sah-sah saja digunakan.
Dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV, Kamis (22/5/2025), Buya Yahya menjelaskan, yang membuat masyarakat cenderung memilih kambing jantan adalah karena penilaian secara visual. Kambing jantan umumnya terlihat lebih gagah, besar, dan meyakinkan saat dikurbankan.
Simak Video Pilihan Ini:
Luncuran Guguran Lava Pijar Gunung Merapi -Video Warga-
Begini Persepsi Masyarakat
Menurutnya, persepsi yang berkembang di masyarakat adalah hasil penafsiran semata. Biasanya kambing jantan tampak lebih menarik karena bertubuh besar dan memiliki tanduk yang mencolok.
Namun ia mengingatkan, jangan sampai penampilan luar menjadi standar utama dalam beribadah. "Kadang-kadang termasuk tanduk juga jadi pertimbangan. Padahal itu bukan tolok ukur utama," ujarnya.
Buya juga menjelaskan tentang ciri-ciri hewan kurban yang ideal, yaitu yang sudah cukup umur. Dalam istilah Jawa, disebut "poel", yaitu ketika gigi depan kambing mulai tanggal, pertanda usia sudah matang.
“Kalau giginya jatuh itu tandanya sudah tua. Biasanya kalau tua dagingnya lebih banyak. Tapi kalau tua tapi kurus, ya pilih yang gemuk dong,” ujar Buya sambil tersenyum dalam penjelasannya.
Ia menegaskan bahwa kambing betina tetap layak dan sah sebagai hewan kurban, bahkan jika ukurannya lebih besar daripada kambing jantan yang kecil. Yang utama adalah manfaat dagingnya bagi umat.
Jangan Jadi Perdebatan
“Kalau pengin yang lebih bagus, utamakan yang lebih besar, lebih bermanfaat buat umat Nabi Muhammad,” ungkap Buya. Dalam pandangannya, tidak ada keutamaan mutlak berdasarkan jenis kelamin kambing.
Buya pun mengingatkan agar umat Islam tidak terlalu memperdebatkan hal-hal yang tidak prinsipil seperti ini. “Ini debatnya masih mending, antara kambing jantan atau betina. Yang ruwet itu loh, yang enggak mau kurban,” katanya.
Ia menyayangkan jika ada anggapan bahwa kurban kambing betina itu salah atau kurang afdhal. Padahal tidak ada dalil yang membenarkan pendapat semacam itu secara mutlak.
Buya menyarankan agar setiap muslim memilih hewan terbaik dari ternak yang dimiliki. Jika tidak bisa memilih yang terbaik, maka pilihlah yang baik, bukan yang paling jelek.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul