BPS: Perekonomian Indonesia Deflasi 0,37 Persen per Mei 2025

1 day ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian nasional mengalami deflasi 0,37 persen secara bulanan (mtm) per Mei 2025. Hal ini disampaikan oleh Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.

BPS mencatat terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,47 pada April 2025 menjadi 108,07 pada Mei 2025. "Inflasi tahunan tercatat 1,6 persen (yoy) dan inflasi tahun kalender 1,19 persen (ytd)," seperti dikutip dari Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Center of Economic and Law Studies (Celios) memprediksikan indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,5 persen secara month to month (mtm) pada Mei 2025. “Deflasi bukan hanya soal faktor usai Lebaran tapi juga berlanjutnya tekanan pada sisi permintaan,” kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira, Senin, 2 Juni 2025.

Prediksi itu disampaikan menjelang pengumuman IHK periode bulan ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Bhima mencatat inflasi makanan, minuman, dan produk tembakau masih rendah. Selain itu, kata Bhima, inflasi transportasi juga melandai. “Jadi demand pull inflation memang belum terlihat,” ujar dia.

Bhima mengatakan, kelompok menengah ke atas masih menahan diri untuk belanja, sedangkan kaum menengah ke bawah terhambat oleh rendahnya pendapatan mereka.

Ia juga menyoroti terbatasnya kesempatan kerja dan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diperkirakan mencapai 280 ribu orang pada akhir ini. Hal itu, kata Bhima, menambah tekanan konsumsi rumah tangga secara agregat.

Menurut Bhima, pemerintah harus melihat rendahnya inflasi sebagai peringatan dini yang diakibatkan oleh sikap menahan belanja oleh swasta dan rumah tangga. Sebagai solusi, Bhima menyarankan agar pemerintah tidak irit belanja.

Prediksi deflasi juga disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Dalam hitungannya, IHK per Mei 2025 akan mencatatkan deflasi sebesar -0,27 persen secara bulanan (mom).

“Pada bulan Mei 2025 diperkirakan akan mengalami deflasi secara bulanan, dengan estimasi sebesar -0,27 persen mom, setelah pada April tercatat inflasi tinggi 1,17 persen mom akibat lonjakan musiman selama periode Lebaran,” kata Josua.

Penurunan harga ini terutama didorong oleh normalisasi harga pangan pasca-Idulfitri, termasuk penurunan harga komoditas volatile seperti cabai merah dan cabai rawit. Adapun komoditas pangan utama seperti beras dan produk unggas diperkirakan masih mencatatkan inflasi, namun dalam skala moderat.

Sementara itu, di luar kelompok pangan bergejolak, Josua memperkirakan harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami deflasi, meskipun tidak sedalam kelompok pangan. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga BBM non-subsidi akibat pelemahan harga minyak global di April serta penurunan tarif angkutan udara menyusul berakhirnya lonjakan permintaan saat Lebaran.

Alfitria Nefi berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |