INFO BISNIS - Bagi umat Islam, kurban merupakan simbol kerelaan untuk melepaskan hal-hal duniawi demi nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi. Namun, di zaman modern yang diselimuti dengan budaya konsumtif, makna kurban ini terasa makin relevan untuk direfleksikan secara lebih luas.
Esensinya, kurban bukan hanya sebatas menyembelih hewan semata, tapi juga mengorbankan sisi konsumtif dalam diri kita, yaitu gaya hidup berlebihan yang tanpa sadar telah merusak lingkungan, meminggirkan kaum lemah, dan menciptakan jurang kesenjangan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurban pun telah menjadi simbol pengendalian nafsu. Dalam tradisinya, kurban dilakukan dengan memilih hewan terbaik untuk disembelih. Ini adalah simbol bahwa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, kita harus berani “menyembelih” apa yang kita cintai, seperti harta, status, bahkan kenyamanan diri.
Dengan berkurban melalui penyembelihan hewan ternak juga dapat dimaknai sebagai penyembelihan sifat hewani, ego konsumtif, gaya hidup boros energi, makanan, dan barang yang mendorong eksploitasi alam. Jika di masa lalu, Nabi Ibrahim diuji untuk mengorbankan anaknya, maka di masa kini, kita diuji untuk mengorbankan kenikmatan duniawi yang menimbulkan kesenjangan sosial.
Laporan Global Footprint Network menunjukkan bahwa manusia kini mengonsumsi sumber daya alam 1,7 kali lebih cepat dari kapasitas regenerasi bumi. Artinya, gaya hidup kita hari ini sedang mengorbankan masa depan generasi yang akan datang. Ironisnya, banyak dari konsumsi itu didorong bukan oleh kebutuhan, tetapi oleh budaya pamer dan dorongan psikologis untuk merasa lebih dari orang lain.
Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa datang sebagai sarana untuk menantang arus besar ini. Kurban di Dompet Dhuafa mengajarkan kita, bahwa harta terbaik bukan untuk ditumpuk, tetapi untuk dibagikan. Bahwa kenikmatan sejati bukan pada berapa banyak yang kita miliki, tetapi berapa besar manfaat yang kita tebarkan.
Beberapa pihak pun kini mulai mengaitkan ibadah kurban dengan misi keberlanjutan, termasuk program Tebar Hewan Kurban (THK) yang digagas Dompet Dhuafa. Program ini tak hanya mendistribusikan daging kurban ke wilayah defisit, tetapi juga memberdayakan peternak kecil secara ekonomi, bukan peternakan massal yang eksploitatif.
Selain itu juga THK mendorong pola kurban yang lebih adil, bukan menumpuk di kota-kota besar saja. Melalui jaringan-jaringan cabang dan mitra Dompet Dhuafa di pelosok-pelosok daerah, THK juga mampu menghidupkan ekonomi di pedesaan tanpa harus memperbesar jejak karbon secara masif. Dengan skema ini, kurban menjadi lebih dari ritual. Kurban menjadi alat transformasi sosial sekaligus komitmen ekologis global.
Meski begitu, mengaitkan kurban dengan pengorbanan gaya hidup konsumtif bukan berarti menolak kemajuan atau menafikan kenikmatan hidup. Justru, ini adalah ajakan untuk mengubah orientasi konsumtif dari sekadar memuaskan diri menjadi lebih bermanfaat bagi banyak pihak. Artinya, membelanjakan harta yang dimiliki itu boleh, asalkan bukan hanya untuk memuaskan nafsu diri, melainkan untuk bermanfaat bagi orang lain.
Oleh itu, Iduladha seharusnya tak hanya menyentuh relung spiritual, tetapi juga memantik kita untuk membentuk ulang gaya hidup sehari-hari. Setiap daging kurban yang kita bagikan, setiap peternak yang kita berdayakan, setiap anak pelosok yang tersenyum menerima daging segar, semua itu adalah buah dari keberanian kita dalam berkurban dan juga mengorbankan diri yang lama menuju diri baru yang lebih peduli dan berkeadilan.
Simak penuturan pasangan Sri dan Omar, suami istri yang tinggal di Bogor, Jawa Barat. Alasan pasangan ini berkurban melalui Dompet Dhuafa adalah karena distribusinya yang sangat baik. Mereka melihat portofolio Dompet Dhuafa dalam menjaga Amanah kurban ini sangat bagus. Keduanya juga berpikir dan memilih memang lebih arif jika kurban dikelola secara profesional daripada dilakukan sendiri secara individual.
“Kekuatan umat itu akan lebih maksimal apabila terorganisir dengan baik. Kalau kita lakukan sendiri-sendiri, mungkin ya hanya itu-itu saja yang kita jangkau. Sementara kalua terorganisir melalui Dompet Dhuafa, maka pasti akan lebih efektif dan tepat sasaran, serta dampaknya lebih besar,” ucap Omar saat menunaikan kurbannya kepada Dompet Dhuafa.
Sri juga menuturkan, “Kalau di lingkungan sini kan semuanya sama ya. Banyak orang mampu. Setiap tahunnya juga selalu berkurban. Para penerima daging kurbannya juga sama, baik yang kaya maupun miskin. Sementara di luar sana banyak orang-orang yang menikmati daging saja harus menunggu Iduladha.”
Begitulah kurban di Dompet Dhuafa memiliki dampak dan pengaruh yang besar bagi pandangan para pekurban terhadap sosial. Setiap pekurban yang berkurban di Dompet Dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) memiliki nilai sosial dan kepedulian terhadap para peternak kecil, maupun penerima manfaat di daerah-daerah pelosok. Sengaruh itulah kurban melalui Dompet Dhuafa? Buktikan melalui Tebar Hewan Kurban 1446 H. (*)