Liputan6.com, Jakarta - Ada kabar menarik dari ST Pusat, Blitar pertengahan Mei 2025 ini. Di tengah kesibukan sebagai pendakwah, sang bos Muhammad Iqdam Kholid atau biasa disapa Gus Iqdam mengambil langkah mengejutkan.
Sosok yang dikenal sebagai pengasuh Majelis Sabilu Taubah (ST Nyell) itu kini terjun ke dunia akting. Gus Iqdam main film.
"Saya cuma mau cari hiburan. Kadang di dunia dakwah ini repot, salah omong gampang digoreng," ujarnya, dikutip Jumat (16/5/2025).
Gus Iqdam memutuskan ikut bermain dalam sebuah film komedi berjudul 'Urip Ojo Nuruti Cocote Tonggo'. Film tersebut diproduksi oleh Leslar Entertainment, dan ia tidak sendiri, melainkan beradu akting dengan komedian Bayu Skak. Dari beberapa foto dan video yang beredar, terlihat keseruan para pemain dalam proses syuting.
"Film ini lucu, tentang kehidupan sehari-hari. Saya cuma muncul sebentar, jadi bendahara RT," kata Gus Iqdam sambil tersenyum. Ia mengaku awalnya ragu, tetapi rasa penasaran membuatnya menerima tawaran tersebut.
Gus Iqdam menceritakan bahwa perannya tidaklah besar, hanya sebagai figuran. "Akhirnya aku coba drama, beberapa waktu ikut syuting. Tapi cuma sebentar, cuma figuran bagian dipukuli," selorohnya saat pengajian rutin Majelis Sabilu Taubah.
Simak Video Pilihan Ini:
Innalillah, Kecelakaan Maut Kendaraan dan Motor di Bawen Semarang
Gus Iqdam Akting Begini
Menariknya, dalam film tersebut, Gus Iqdam tampil dengan dandanan yang berbeda dari biasanya. Ia bahkan mengenakan tahi lalat dan tompel palsu untuk memperkuat karakter yang diperankannya. "Akhirnya lumayan, harus didandani pakai tompel, tahi lalat, perannya jadi anak buah Pak RT," jelasnya.
Gus Iqdam mengaku peran tersebut cukup menggelitik karena karakter bendahara RT yang alim justru bertolak belakang dengan kepribadiannya. "Di situ aku muncul sebentar, menarik jadi ceritanya saya menjadi bendaharanya Pak RT. Kebetulan, Pak RT suka sama cewek, terus aku akting saleh.
'Ya Allah, RT itu harusnya mengayomi masyarakatnya kok ini malah naksir cewek'," ungkapnya sambil tertawa.
Menurutnya, menjadi orang alim di film itu seperti tantangan tersendiri. "Terus aku macak saleh, kan itu bukan aku banget. Orang aku aslinya gak saleh, kebetulan saja punya teman salawatan dan ngaji," katanya jujur.
Humoris Serba Bisa
Walaupun hanya sebentar muncul di layar, pengalaman syuting film tersebut memberikan warna baru bagi Gus Iqdam. "Berkahnya syuting film ya senang. Oh dunia luar seperti ini, menarik. Aku jarang pakai celana panjang, jadi pakai, senang. Yang penting bukan maksiat, hiburan apa saja gak masalah," ujarnya santai.
Tak pelak, keterlibatan Gus Iqdam dalam dunia perfilman ini mendapat perhatian dari para penggemarnya. Banyak yang penasaran dengan aktingnya sebagai bendahara Pak RT.
Di kalangan jemaahnya, Gus Iqdam memang dikenal sebagai sosok yang humoris. Tak heran, ketika ia mengumumkan ikut syuting film, banyak yang mendukung langkahnya. "Aku cuma pengin tahu rasanya akting, ternyata lucu juga," katanya sambil terkekeh.
Film Urip Ojo Nuruti Cocote Tonggo sendiri mengangkat tema kehidupan masyarakat desa yang penuh drama keseharian. Gus Iqdam yang memainkan peran bendahara RT menambah warna dalam cerita.
Sisi Lain Gus Iqdam
Sebagai seorang pendakwah yang aktif di Majelis Sabilu Taubah, Gus Iqdam merasa perlu memberikan contoh bahwa hiburan selama tidak melanggar syariat adalah hal yang wajar. "Yang penting nggak maksiat. Kita kan juga manusia biasa, kadang butuh hiburan," jelasnya.
Ia juga berpesan agar masyarakat tidak mudah menghakimi seseorang hanya dari penampilan. "Jangan gampang nge-judge. Kadang kita butuh refreshing juga," katanya tegas.
Para penggemar pun penasaran apakah Gus Iqdam akan kembali tampil dalam film atau drama lain. Namun, hingga kini, ia masih fokus pada dakwah dan mengisi pengajian.
Bagi Gus Iqdam, terjun ke dunia akting bukan berarti melupakan dakwah. "Justru ini cara buat menambah pengalaman. Jadi tahu dunia luar, tapi tetap ingat batas," katanya.
Keterlibatan Gus Iqdam dalam dunia film ini menunjukkan sisi lain dari sosoknya. Meski dikenal sebagai pendakwah, ia tetaplah manusia biasa yang juga butuh hiburan. "Selama bukan maksiat, apa saja boleh, kan?" tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul