TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melelang Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi rupiah pada 20 Mei 2025. Dalam lelang tersebut, pemerintah menawarkan delapan seri SUN dengan tingkat kupon mulai dari 6,5 persen, dan setiap unitnya bernilai Rp 1 juta.
Salah satu rujukan investor dalam membeli surat utang adalah kupon. Dalam dunia investasi, istilah "kupon" kerap digunakan untuk menggambarkan bunga atau imbal hasil yang diterima investor dari penerbit surat utang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari www.dbs.id, istilah ini berasal dari masa ketika obligasi diterbitkan dalam bentuk fisik, lengkap dengan potongan kupon yang harus ditukarkan secara langsung atau dikirim melalui pos pada tanggal jatuh tempo untuk menerima pembayaran. Meskipun sistemnya kini sudah digital, istilah "kupon" tetap digunakan untuk menggambarkan mekanisme pembayaran tersebut dalam investasi obligasi.
Secara umum, kupon obligasi terbagi menjadi dua jenis:
1. Kupon Tetap (Fixed Coupon)
Kupon ini menawarkan tingkat bunga yang bersifat tetap dan dibayarkan secara berkala, biasanya setiap 1, 3, atau 6 bulan. Besaran imbal hasil telah ditentukan oleh penerbit sejak awal sebelum obligasi ditawarkan di pasar perdana. Keunggulan kupon tetap adalah kestabilannya yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi atau gejolak pasar sehingga cocok bagi investor yang menginginkan pendapatan pasti.
2. Kupon Variabel (Variable Coupon)
Kupon ini memiliki pola pembayaran berkala yang sama seperti kupon tetap, namun besarnya dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada suku bunga acuan Bank Indonesia. Ketika suku bunga turun akibat krisis ekonomi, imbal hasil dari kupon variabel pun ikut menurun. Jenis kupon ini lebih sesuai bagi investor yang toleran terhadap fluktuasi pasar.
Dilansir dari www.gripinvest.in, tarif kupon merupakan suku bunga yang dibayarkan secara berkala oleh penerbit surat utang atau obligasi kepada pemegang obligasi, berdasarkan nilai nominal, bukan harga pasar obligasi tersebut. Dalam menetapkan tarif kupon, penerbit mempertimbangkan kondisi suku bunga yang berlaku di pasar saat itu.
Nilai pasar obligasi dapat mengalami fluktuasi seiring dengan perubahan suku bunga acuan. Namun, obligasi dengan kupon lebih tinggi cenderung lebih stabil karena tingkat kuponnya telah ditetapkan dan memberikan perlindungan terhadap potensi kenaikan suku bunga di masa mendatang.
Ilona Estherina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Beda Skema Alih Daya di Indonesia dan Negara Lain