CANTIKA.COM, Jakarta - Menopause merupakan tonggak penting dalam perjalanan kesehatan seorang perempuan. Rasa panas yang tidak biasa sudah diketahui banyak orang, tetapi dampaknya tidak terbatas hanya pada kesehatan fisik. Bukanlah fakta baru bahwa kesehatan mental sangat erat kaitannya dengan kesehatan fisik, yang sebagian besar dipengaruhi oleh hormon. Terlebih bagi perempuan yang mengalami menopause dini.
Demikian pula, menopause, yang ditandai dengan pergolakan hormonal, juga mencakup periode yang penuh gejolak bagi kesehatan mental. Hal ini semakin memperjelas perlunya perawatan holistik untuk menopause, dengan mempertimbangkan perubahan mental dan fisik.
Dalam wawancara dengan HT Lifestyle, Dr Shashikala Hande, Konsultan Senior, Obstetri dan Ginekologi di Apollo Cradle dan Rumah Sakit Anak, Bangalore, Jayanagar, menguraikan cara menjaga kesehatan mental selama menopause.
Dia menjelaskan hal-hal mendasar, bagaimana selama menopause, terjadi perubahan hormon yang besar, dan berkata menopause adalah berakhirnya periode menstruasi secara permanen karena penurunan alami kadar hormon reproduksi. Ketika periode menstruasi tidak terjadi selama 12 bulan berturut-turut, itu adalah tanda Menopause. Menurut WHO, perubahan alami dalam periode menstruasi biasanya terjadi pada perempuan berusia antara 45 - 55 tahun.
Namun akhir-akhir ini, komunitas medis menemukan tren yang menunjukkan semakin banyak wanita mengalami menopause dini. Dr. Shashikala Hande menanggapi hal ini dan berkata, "Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan, di mana menopause sebelum usia 40 tahun menjadi lebih umum sebagai akibat dari stres, merokok, penyakit autoimun, dan perawatan medis lainnya."
Menopause menandai fenomena mental yang disebut kabut otak, yang disebabkan oleh naik turunnya hormon. Dr. Shashikala Hande menjelaskan lebih lanjut, "Fase menstruasi tidak hanya membawa perubahan fisik, tetapi juga banyak perubahan emosional dan psikologis dalam kehidupan setiap perempuan.
Perubahan tersebut meliputi menstruasi yang tidak teratur, keringat malam, dll. Selain itu, karena perubahan kadar hormon, terutama estrogen dan progesteron, perempuan mengalami hot flashes, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan suasana hati, kecemasan, mudah tersinggung, dalam beberapa kasus, gejala depresi dan kesulitan berkonsentrasi. Semua ini sering disebut sebagai 'kabut otak'.
Cara mendukung kesehatan mental
Dr Hande berbagi beberapa cara penting yang dapat membantu mengatasi kesehatan mental yang bergejolak selama masa perimenopause:
1. Pola makan bergizi termasuk lemak tak jenuh, asam lemak omega-3, Vitamin B, magnesium, dan antioksidan lainnya dapat mendukung dan memelihara kesehatan otak dan perubahan suasana hati.
2. Latihan fisik secara teratur seperti berjalan kaki, yoga, dan lain-lain membantu mengurangi risiko depresi dan kecemasan.
3. Menghindari kafein, merokok, dan membatasi konsumsi alkohol membantu mengurangi perubahan suasana hati dan gangguan tidur.
4. Melakukan aktivitas kesadaran seperti meditasi dan bernapas dalam akan memberikan ketenangan dan membantu menyeimbangkan perubahan emosi.
5. Menghabiskan waktu bersama teman-teman, mendiskusikan pengalaman sulit, dan menikmati aktivitas kelompok dapat membantu menumbuhkan rasa memiliki dan menghilangkan rasa kesepian selama masa-masa sulit ini.
6. Mengambil pendekatan yang efektif seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT), Terapi penggantian hormon (HRT) dapat membantu beberapa wanita yang menderita masalah kesehatan mental ekstrem, seperti perubahan suasana hati dan membantu menstabilkan suasana hati.
Pilihan Editor: Penelitian: Perempuan Sering Bercinta Cegah Menopause Dini
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika