Penyebab Tawuran Manggarai dari Petasan Hingga Pengalihan Narkoba

3 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran kembali pecah di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Ahad malam, 4 Mei 2025. Peristiwa bentrok antarwarga Jakarta ini adalah untuk kali ke sekian yang terjadi di bilangan tersebut. Berdasarkan penelusuran Tempo, tawuran Manggarai memang nyaris terjadi saban tahun.

Lantas apa sebenarnya penyebab tawuran di Manggarai dan bagaimana upaya pemerintah menanganinya?

Tawuran Karena Alasan Sepele

Menurut Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal, aksi tawuran di kawasan Manggarai sudah membudaya sejak 1970-an. Ade mengatakan, penyulutnya beragam, tapi umumnya karena alasan sepele. Mulai dari masalah petasan, masalah tak sengaja bersenggolan di jalan, hingga masalah perempuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau dicari di Google kan itu sejak 1970. Ya kadang karena masalah kecil, masalah petasan, masalah senggolan, kadang masalah cewek,” kata Ade kepada awak media, Jumat, 9 Mei 2025.

Termasuk kejadian teranyar, menurut penyelidikan polisi, tawuran yang terjadi antarwarga RW 12 dan RW 04 di Manggarai pada Ahad malam lalu tersebut ternyata hanya dipicu letusan petasan. Informasi ini disampaikan Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Murodih kepada wartawan di Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.

“Jadi dipicu dari bunyi petasan, informasinya dari RW 12 yang diarahkan ke RW 04,” kata Murodih, dikutip dari Antara, Senin lalu.

Di sisi lain, Murodih yang merupakan mantan Kapolsek Tebet mengatakan selama 15 tahun menjabat, peristiwa seperti ini seharusnya bukan hal yang ekstrem. Terlebih, tawuran seperti ini terjadi begitu saja secara turun temurun. Murodih mengatakan, konflik antarwarga muncul dari rasa egois warga yang ingin kampungnya lebih unggul dari yang lain.

“Kalau dilihat, tidak ada yang mungkin direbutkan di sana. Memang kalau di Manggarai itu sudah dari dulu, ya, sering terjadi tawuran. Karena memang tidak ada selesainya, ya, sampai sekarang bergantian terus,” katanya.

Adapun bentrok antarwarga itu berlaku sekitar pukul 20.00 WIB. Rekaman bentroknya beredar di media sosial. Dari video tersebut, terlihat sejumlah warga membawa senjata tajam dan senjata api hingga kembang api. Ketika anggota kepolisian datang ke TKP pada pukul 20.30 WIB, tawuran sudah bubar. Polisi mendapatkan informasi ada seorang juru parkir menjadi korban bacok.

“Korban ada satu, lagi dalam perawatan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Luka bacok,” kata Murodih saat dihubungi lewat telepon pada Senin, 5 Mei 2025.

Pengalihan Isu Masuknya Narkoba

Sementara itu, psikolog dan ahli forensik Reza Indragiri pernah mengungkapkan kepada Tempo pada 2019 lalu bahwa ada sindikat pengedaran narkoba dalam aksi tawuran Manggarai. Indra, sapaannya, mengaku mendapat informasi itu dari sejumlah tokoh masyarakat setempat. Tawuran, kata dia, kerap dirancang sebagai pengalih perhatian menjelang masuknya narkoba dalam jumlah besar ke wilayah itu.

Menurut Indra, berbagai faktor ditengarai menjadi pemicu bagi kelompok-kelompok warga di sana untuk saling serang. Tapi bukan hanya faktor kurir dan para bandar narkoba di balik tawuran Manggarai. Dia membagi penyebab tawuran dalam tiga faktor, yakni faktor mendasar, menengah, dan puncak. Faktor paling mendasar, kata dia, adalah kemiskinan.

“Level paling dasar adalah kemiskinan, tata wilayah yang buruk, dan faktor-faktor lain yang biasanya menjadi sasaran kerja preventif kepolisian,” ujar Indra kepada Tempo, Jumat, 20 September 2019.

Level menengah, Indra melanjutkan, adalah kerawanan sosial yang terbentuk dari dinamika in-group out-group atau fenomena kubu-kubuan. Sedangkan narkoba disebutnya sebagai level puncak faktor penyebab tawuran. Tawuran disulut seiring masusknya barang haram untuk mengalihkan perhatian pihak penegak hukum. Cara menanganinya, menurut dia, tidak ada cara selain, “Ringkus para bandar dan pengedar!”

Perebutan Lahan

Pekerja sosial di Manggarai, Sunarto, menuturkan lebih spesifik bahwa tawuran di daerah itu dipicu perebutan lahan. Selain kebencian antara warga yang sudah tertanam selama menahun dan indikasi pengalihan masuknya narkoba tersebut. Menurut dia, gesekan yang terjadi melibatkan banyak kelompok warga. Masing-masing kelompok memiliki musuh bebuyutan hingga kerap bentrok.

“Contohnya, warga Manggarai dengan Menteng Tenggulun dan warga Menteng Sukabumi dengan warga Pasar Rumput,” kata dia.

Untuk mengatasi doktrin musuh bebuyutan antara kelompok warga yang memicu tawuran, Sunarto menekankan pentingnya bantuan sosial berupa penyelenggaraan kegiatan positif dan produktif untuk warga secara konsisten. Khususnya untuk warga usia di bawah 18 tahun agar tak ikut terbentuk kebencian.

“Kalau yang sudah umur dewasa, permusuhannya sudah abadi. Kita sasar yang belum terjangkit,” ujar Sunarto.

Upaya Pihak Berwenang Atasi Tawuran Manggarai

Pemerintah Kota Jakarta Selatan bersama kepolisian sebenarnya pernah membentuk tim antitawuran untuk mengatasi maraknya konflik antarwarga di Manggarai. Tim ini dikukuhkan oleh Kapolda Metro Jaya saat itu Inspektur Jenderal Fadil Imran. Ia menjelaskan tim ini berperan merangkul para pelaku tawuran yang kerap terjadi di Manggarai.

“Harapan saya ini bukan hanya sekedar rompi, karena kita, ya, Pak Ade Ary (Kapolres Jakarta Selatan), saya ingatkan betul dari awal kita bukan mau seremonial kita mau ini betul-betul gerakan dari akar rumput yang sifatnya substansial,” katanya, Selasa, 11 Oktober 2022 seperti dikutip dari Antara.

Tim tersebut terdiri dari perwakilan 10 orang dari 12 RW yang berada di bawah pembinaan Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), dan kelurahan. Tim ini berjaga di dua pos pantau dekat terowongan Stasiun Manggarai.

Fadil menyampaikan para petugas ini nantinya tidak berfokus menangkap pelaku tawuran, tapi merangkul warga yang terlibat untuk dibina. Polda Metro Jaya, kata Fadil, telah mensosialisasikan, memberikan cara khusus, serta memotivasi dalam menangani masalah tawuran kepada pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).

Polres Metro Jakarta Selatan juga membangun dua pos pantau di terowongan guna menghapus stigma tawuran di Manggarai. Total ada 11 kamera pengintai atau CCTV untuk memantau lokasi yang kerap menjadi tempat tawuran warga. Kapolres Metro Jakarta Selatan saat itu Kombes Ade Ary Syam Indradi berharap pemasangan 11 CCTV ini bisa mencegah terjadinya tawuran.

“Ada 11 CCTV ini kami harapkan juga bisa sebagai sarana untuk pencegahan (tawuran),” katanya saat ditemui di Pos Pantau Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 25 Oktober 2023.

Kendati suda dibentuk tim antitawuran dan pos pengawasan, tapi tampaknya cara ini tak cukup mumpuni. Sebulan berselang sejak pemasangan CCTV, pada dini hari, Senin, 27 November 2023, tawuran kembali pecah. Polisi yang mencoba membubarkan tawuran di pun ikut terkena lemparan batu.

Tanggapan Pemerintah Jakarta

Gubernur Jakarta Pramono Anung mengaku ngeri melihat maraknya aksi tawuran di Jakarta, terutama setelah menyaksikan konten-konten kekerasan yang beredar di media sosial. Menurutnya, persoalan tawuran harus segera ditangani.

“Saya terus terang melihat di YouTube konten tawuran itu saya ngeri, karena banyak yang membawa senjata tajam, dan untuk yang seperti ini segera akan kita tangani,” kata Pramono dalam konferensi pers usai meresmikan Rumah Susun Sewa Jagakarsa, di Jalan Margasatwa Raya, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Mei 2025.

Pernyataan ini disampaikan menyusul peristiwa tawuran yang terjadi dalam sepekan terakhir di kawasan Manggarai. Pramono menegaskan Pemprov DKI tidak tinggal diam. Ia telah meminta Dinas Satpol PP yang kini memiliki pimpinan definitif untuk berkoordinasi langsung dengan aparat kepolisian guna mencegah aksi terulang.

 “Sekarang Kepala Dinas Satpol PP khusus, maka saya minta untuk berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mencegah tawuran,” ucapnya.

Selain tindakan represif, Pramono menyebut bahwa penanganan tawuran juga membutuhkan langkah preventif dan sosial. Ia mengungkapkan informasi dari lapangan bahwa sebagian pelaku tawuran diduga tidak dalam keadaan sadar saat beraksi. “Biasanya yang melakukan tawuran itu kondisinya tidak sepenuhnya dalam keadaan sadar. Karena itu, operasi pencegahan terus kami lakukan,” kata dia.

Nabiila Azzahra, M Julnis Firmansyah, M Yusuf Manurung, dan Dani Aswara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |