Perusahaan Keluarga Luhut Diduga Terlibat dalam Rencana Perdagangan Karbon

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan milik keluarga Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), diduga terlibat dalam rencana perdagangan karbon yang disiapkan oleh Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Anak usaha TOBA, PT Kreasi Terbarukan TBS, menjadi investor Fairatmos International Pte Ltd, yang muncul dalam dokumen desain proyek (PDD) karbon.

Adapun Luhut melalui PT Toba Sejahtra pernah menjadi pemegang saham mayoritas TOBA, yang kala itu masih bernama PT Toba Bara Sejahtra Tbk. Dalam dokumen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum (Kemenkum), Luhut masih tercatat sebagai pemilik manfaat Toba Sejahtra. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan laporan Tempo berjudul “Siapa Saja Konglomerat Pengincar Bisnis Perdagangan Karbon”, nama Fairatmos ditemukan pada situs Verified Carbon Standard (Verra Carbon), yaitu lembaga validasi dan verifikasi pasar karbon. Fairatmos adalah perusahaan rintisan (startup) teknologi iklim yang didirikan oleh Dyota M. Marsudi, anak mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, bersama istrinya, Natalia Rialucky Marsudi, pada 2022. 

Fairatmos disebut menjadi pengusul proyek karbon PT Austral Byna bernama Muara Teweh Conservation Project, yang menargetkan 171,7 ribu hektare. Merujuk pada PDD yang diunggah di laman Verra Carbon pada 2024, bisnis itu akan menyimpan 30,27 juta ton setara karbon dioksida (CO2e), yang dimulai sejak 1 Januari 2025 hingga 39 tahun ke depan. 

Pada Desember 2022, Fairatmos diketahui mendapatkan suntikan modal sebesar US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 74 miliar. Para investornya adalah PT Kreasi Terbarukan TBS dan Go-Ventures. 

Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Fairatmos Natalia Rialucky Marsudi membenarkan bahwa Austral Byna menjadi mitra kerja perdagangan karbon. Fairatmos hadir sebagai konsultan untuk memastikan proyek kredit karbon yang dicanangkan oleh Austral Byna bisa terlaksana. 

“Tanggung jawab kami memastikan proyek memenuhi kriteria sertifikasi sesuai metodologi yang ada,” kata Natalia kepada Tempo, Rabu, 28 Mei 2025. 

Adapun terkait hubungan Fairatmos dengan TOBA, Natalia mengatakan bahwa perusahaan itu hanya menjadi pemegang saham minoritas. Dia tidak merinci besaran investasi TOBA, tetapi hanya menyebut modal itu sangat membantu perusahaan rintisannya dalam berkontribusi untuk membangun pasar karbon di Indonesia. 

Senada dengan itu, Senior Vice President (SVP) Corporate Communication TOBA Ratri Wuryandari menyebut investasi TOBA melalui PT Kreasi Terbarukan TBS ke Fairatmos adalah dengan kepemilikan saham minoritas. Dia menjelaskan bahwa pertimbangannya ialah Fairatmos menjadi penyedia layanan teknologi karbon yang membantu pemegang proyek kredit karbon dalam menghimpun data hingga penyusunan dokumen. 

Ratri juga menuturkan bahwa kepemilikan saham Luhut pada TOBA melalui Toba Sejahtra hanya 8,6 persen. “Bersifat minoritas dan pasif,” tulis Ratri. 

Agoeng Wijaya dan Fachri Hamzah berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |