Wanitanya Berhijab tapi Bukan Muslimah, 3 Agama Ini Penampilannya Mirip Islam

20 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kehidupan beragama yang beragam, ada fenomena menarik yang sering kali membingungkan masyarakat, yaitu adanya agama yang memiliki ciri penampilan mirip Islam. Mulai dari penggunaan sorban hingga hijab layaknya muslimah, bahkan ritual ibadahnya pun terlihat serupa. Hal ini bisa membuat sebagian orang terkecoh jika tidak mengetahui lebih dalam.

Banyak umat Islam merasa heran ketika melihat orang dengan ciri khas muslim, namun ternyata bukan seorang muslim. Fakta ini menunjukkan bahwa ada agama lain yang memiliki kemiripan dalam hal berpakaian maupun ritual ibadah dengan ajaran Islam.

Salah satu agama tersebut adalah Mandaisme. Agama ini mungkin jarang didengar, namun nyatanya telah ada sejak lama dan masih bertahan di Irak dan Iran. Mandaisme dikenal sebagai agama gnostik monoteistik dengan ajaran yang berbeda dari Islam.

Menariknya, Mandaisme menghormati sejumlah tokoh yang juga dikenal dalam ajaran Islam, seperti Adam, Habil, Seth, Enos, Nuh, Sem, Aram, dan terutama Yohanes Pembaptis. Bagi penganutnya, Yohanes Pembaptis dianggap sebagai guru terbesar dan pembaharu iman mereka.

Dilansir dari tayangan video di kanal YouTube @TukangSurveyPicture pada Sabtu (10/05/2025), penganut Mandaisme sangat mengutamakan ritual air dalam kehidupan beragama mereka. Setiap minggu, mereka melaksanakan ritual baptis yang dinamakan "Maskuta." Bagi mereka, air dianggap sebagai elemen paling murni dan menjadi pusat dalam setiap prosesi keagamaan.

Selain Maskuta, ada juga ritual lain bernama "Meseta." Pada ritual ini, para pengikut Mandaisme berkumpul, membaca kitab suci, dan melaksanakan prosesi spiritual bersama. Dari segi penampilan, para penganut Mandaisme sering terlihat mirip dengan muslim dan muslimah, sehingga tidak jarang masyarakat awam mengira mereka adalah umat Islam.

Simak Video Pilihan Ini:

Berkah, Kursi Roda untuk Nenek Lumpuh

Sikhisme dan Kristen Ortodoks

Agama kedua yang juga memiliki ciri penampilan mirip Islam adalah Sikhisme. Sikhisme merupakan agama monoteistik yang berasal dari Punjab, India, dan didirikan oleh Guru Nanak pada abad ke-15. Meskipun terkesan mirip dengan Islam dalam hal penggunaan sorban dan janggut, Sikhisme sebenarnya sangat berbeda.

Pria Sikh umumnya memakai sorban sebagai simbol keimanan mereka, sementara kaum wanitanya juga sering kali mengenakan kain penutup kepala. Perbedaan lainnya adalah, Sikhisme mengakui satu Tuhan yang disebut "Wahai Guru" dan tidak mengakui konsep kenabian seperti dalam Islam.

Penampilan fisik para pria Sikh yang berjanggut panjang dan memakai sorban sering kali disalahartikan sebagai muslim oleh sebagian masyarakat. Padahal, dalam ajaran Sikhisme, penggunaan sorban merupakan kewajiban sebagai simbol ketaatan kepada Tuhan mereka.

Agama ketiga yang sering dikira Islam adalah Kristen Ortodoks. Berbeda dengan Kristen pada umumnya, cabang Ortodoks ini mempertahankan tradisi gereja Kristen awal dan menjaga ajaran serta praktik keagamaan yang sudah ada sejak lama.

Pada saat peribadatan, khususnya Liturgi Ilahi yang berlangsung pada hari Minggu, para wanita Kristen Ortodoks biasanya mengenakan kerudung. Tidak hanya itu, dalam doa mereka, umat akan mengangkat tangan ke atas dan melakukan gerakan berlutut yang sekilas mirip dengan sujud dalam sholat.

Pentingnya Sikap Toleransi

Keunikan tersebut membuat Kristen Ortodoks sering dianggap memiliki kesamaan dengan Islam oleh masyarakat yang tidak begitu mengenal agamanya. Padahal, agama ini jelas berpegang pada konsep Tritunggal, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus, yang sama sekali berbeda dengan akidah Islam.

Tidak hanya di Indonesia, kesalahpahaman ini juga terjadi di negara lain. Dalam beberapa kasus, masyarakat mengira bahwa orang-orang Sikh atau Mandais adalah muslim hanya karena pakaian dan ritual yang mirip.

Sebagai umat beragama, penting untuk memahami dan menghormati perbedaan keyakinan yang ada. Kesadaran akan pluralitas agama bisa membantu mengurangi salah paham serta meningkatkan kerukunan antarumat.

Melalui kisah-kisah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menilai seseorang dari penampilannya saja. Terlebih lagi, tidak semua yang tampak seperti muslim berarti menganut agama Islam.

Selain itu, perlu juga menanamkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal lebih jauh tentang agama lain akan membuka wawasan sekaligus memperkokoh kerukunan umat beragama.

Keberagaman ini sejatinya bukan menjadi penghalang untuk hidup rukun. Justru sebaliknya, dengan memahami agama lain, kita bisa lebih menghargai pilihan kepercayaan setiap individu.

Dalam konteks sosial, mengenal tradisi dan simbol agama lain juga penting agar tidak salah kaprah. Sikap terbuka dan edukasi lintas agama akan mengurangi potensi konflik akibat kesalahpahaman.

Mari kita jaga persatuan dengan saling menghormati dan memperkuat toleransi antarumat beragama. Jangan mudah terjebak dalam prasangka hanya karena kemiripan penampilan. Sebagai masyarakat yang hidup dalam kebhinekaan, mari kita terus belajar memahami satu sama lain.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |