Bisnis karena Ingin Kaya? Harusnya Niatnya Begini Kata UAH, Makbul

2 months ago 53

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia bisnis, banyak orang yang menjadikannya sebagai jalan untuk meraih kekayaan. Berbagai strategi diterapkan, modal besar dikeluarkan, dan keuntungan sebanyak mungkin menjadi target utama. Namun, apakah benar tujuan utama berbisnis hanya sekadar menjadi kaya?

Banyak yang menganggap bahwa sukses dalam bisnis berarti memiliki harta melimpah, rumah megah, dan kendaraan mewah. Padahal, jika dilihat dari sudut pandang Islam, tujuan utama berbisnis tidak hanya tentang menumpuk kekayaan, tetapi juga membawa manfaat bagi orang lain.

Seorang Muslim yang menjalankan bisnis seharusnya memiliki orientasi yang lebih besar dari sekadar kekayaan pribadi. Ada tanggung jawab sosial yang harus diperhatikan, termasuk bagaimana bisnis tersebut bisa memberikan maslahat bagi keluarga, masyarakat, dan agamanya.

Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa tujuan bisnis bagi seorang Muslim seharusnya bukan hanya untuk menjadi kaya. Bisnis dalam Islam memiliki nilai yang jauh lebih tinggi, yaitu sebagai jalan untuk bisa menunaikan zakat, infak, sedekah, serta membahagiakan orang tua dan kerabat.

Dikutip dari kanal YouTube @suasvideos, UAH menegaskan bahwa jika seseorang berbisnis hanya dengan niat menjadi kaya, maka niat tersebut perlu dikoreksi.

Orang yang berbisnis hanya demi harta akan kehilangan esensi iman dalam usahanya. Kekayaan yang diperoleh mungkin melimpah, tetapi jika tidak membawa manfaat bagi sesama, maka nilai bisnisnya menjadi sia-sia di sisi Allah.

Berbeda dengan seorang Muslim yang memahami bahwa bisnis adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setiap keuntungan yang diperoleh bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga sebagai sarana ibadah.

Simak Video Pilihan Ini:

Luka di Tanah Merah, Kisah Penyintas Usai Peristiwa 65 hingga Kuburan Massal PKI

Promosi 1

Titik Akhir Usaha adalah Mendekatkan Diri

UAH menjelaskan bahwa titik akhir dari setiap usaha yang dilakukan seorang Muslim seharusnya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Jika seseorang hanya mengejar dunia, maka ia telah kehilangan arah tujuan yang sebenarnya.

Islam tidak melarang seseorang menjadi kaya, tetapi kekayaan tersebut harus dikelola dengan baik. Harta bukan hanya untuk dinikmati sendiri, tetapi juga untuk membantu sesama dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Seorang Muslim yang memiliki iman kuat dan diberi rezeki berlimpah akan tahu bagaimana mengelola hartanya dengan benar. Harta tersebut tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga dijadikan sebagai sarana kebaikan.

Dalam sejarah Islam, banyak contoh para sahabat Nabi yang memiliki kekayaan besar, tetapi mereka tidak menjadikannya sebagai tujuan utama. Mereka memahami bahwa harta hanyalah alat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Abdurrahman bin Auf, misalnya, dikenal sebagai salah satu sahabat yang sangat kaya, tetapi ia juga seorang dermawan yang selalu menggunakan hartanya untuk kepentingan umat Islam.

Begitu pula dengan Utsman bin Affan yang sering menggunakan hartanya untuk membantu perjuangan Islam, termasuk membiayai pasukan perang dan menyediakan sumur untuk kaum Muslimin.

Hal ini menunjukkan bahwa menjadi kaya bukanlah masalah, asalkan harta tersebut digunakan dengan niat yang benar. Seorang Muslim yang memiliki bisnis harus selalu mengingat bahwa rezeki yang diperoleh berasal dari Allah dan harus dikembalikan kepada-Nya dalam bentuk kebaikan.

Jangan Sekadar Cari Uang, Cari Keberkahan lebih Penting

Jika bisnis hanya dijadikan sebagai sarana untuk menumpuk kekayaan tanpa memperhatikan keberkahan, maka dikhawatirkan usaha tersebut tidak membawa manfaat di akhirat. Sebaliknya, bisnis yang diniatkan untuk ibadah akan membawa keberkahan dalam hidup.

UAH menegaskan bahwa jika seseorang berbisnis dengan iman yang kuat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam segala aspek. Harta yang diperoleh tidak hanya cukup untuk dirinya sendiri, tetapi juga cukup untuk berbagi dengan orang lain.

Keberkahan dalam bisnis tidak selalu diukur dari seberapa besar keuntungan yang didapatkan, tetapi dari seberapa banyak manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain.

Oleh karena itu, seorang Muslim harus memastikan bahwa niat dalam berbisnis benar-benar lurus. Jika niatnya hanya untuk menjadi kaya, maka ia sudah ketinggalan jauh dalam memahami esensi iman.

Kesimpulannya, bisnis bukan sekadar tentang mencari keuntungan dan kekayaan, tetapi juga tentang bagaimana harta tersebut bisa membawa maslahat bagi banyak orang. Dengan niat yang benar, bisnis akan menjadi jalan menuju keberkahan dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |