Liputan6.com, Jakarta - Ibadah kurban menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam yang sarat nilai ibadah dan kepedulian sosial pada momen Idul Adha. Setiap tahun, jutaan hewan kurban disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat.
Namun, masih banyak yang mempertanyakan tentang berapa kilogram pembagian daging kurban yang ideal dan sesuai syariat.
Secara garis besar, syariat Islam membagi daging kurban menjadi tiga bagian utama. Satu bagian untuk yang berkurban, satu bagian untuk kerabat atau tetangga, dan satu bagian untuk fakir miskin. Pembagian ini bertujuan agar manfaat dari kurban dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat.
Untuk menjawab pertanyaan "berapa kg pembagian daging kurban yang ideal?", kita perlu melihat jenis hewan kurban. Kambing, misalnya, menghasilkan sekitar 20 hingga 25 kg daging bersih setelah disembelih. Sedangkan sapi bisa mencapai 120 hingga 140 kg daging bersih.
Jika satu ekor sapi dikurbankan oleh tujuh orang, maka setiap orang mendapatkan jatah sekitar 17 hingga 20 kg daging. Bagian ini bisa dibagikan lagi kepada yang membutuhkan, sesuai dengan prinsip keadilan dalam Islam.
Penting untuk diingat bahwa pembagian daging kurban tidak sekadar soal angka. Tujuan utama dari pembagian ini adalah untuk memberikan manfaat dan menyebarkan kebahagiaan, terutama kepada mereka yang jarang menikmati daging.
Dikutip Jumat (30/05/2025) dari situs resmi BAZNAS, pembagian daging kurban dilakukan secara tertib, adil, dan merata. Hal ini bertujuan agar keberkahan kurban dapat tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk wilayah 3T.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik sebelum Tragedi Ledakan Amunisi Kedaluwarsa yang Tewaskan 13 Orang di Garut
Anjurannya di Angka Ini
Banyak ulama menganjurkan agar pembagian daging kurban kepada masyarakat dilakukan dalam takaran 1 hingga 2 kg per kepala keluarga. Jumlah ini dianggap cukup layak untuk satu atau dua kali konsumsi.
Dalam praktik di lapangan, panitia kurban biasanya membagi daging dalam kantong plastik berukuran 1–2 kg. Cara ini dinilai praktis dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara efisien.
Namun demikian, masih banyak kesalahan yang terjadi dalam proses pembagian. Salah satunya adalah pembagian daging tanpa ditimbang, yang menyebabkan ketimpangan antara penerima satu dengan yang lain.
Terkadang panitia juga menyimpan sebagian besar daging untuk konsumsi pribadi atau para donatur, sehingga masyarakat hanya mendapat sedikit. Hal ini berpotensi merusak esensi dari ibadah kurban.
Ada juga kasus di mana daging dibagikan kepada orang yang mampu, sementara fakir miskin tidak tersentuh. Untuk itu, penting bagi panitia memahami siapa yang layak menerima bagian kurban.
Pembagian sebaiknya memperhatikan juga jumlah anggota keluarga penerima. Keluarga besar tentu membutuhkan lebih banyak daging dibanding keluarga kecil, agar manfaatnya benar-benar terasa.
Beribadah Sekaligus Berbagi
Panitia dianjurkan menggunakan alat penimbang agar distribusi daging bisa dilakukan secara akurat dan adil. Ini sekaligus memberikan jawaban konkret atas pertanyaan berapa kg ideal daging kurban yang dibagikan.
Jenis hewan juga menjadi pertimbangan. Jika kambing dibagi kepada tiga golongan, masing-masing bisa mendapat sekitar 6–8 kg. Sedangkan sapi bisa dibagi hingga puluhan penerima jika dikemas dalam paket kecil.
Dalam kasus hewan kurban yang besar seperti unta (walau jarang di Indonesia), pembagian daging bisa mencapai lebih dari 300 kg. Ini memberikan peluang untuk menjangkau lebih banyak mustahik.
Melalui kurban, umat Islam diajarkan bukan hanya beribadah, tapi juga berbagi. Jawaban atas pertanyaan “berapa kg daging kurban dibagikan” seharusnya tidak hanya berdasar kalkulasi, tapi juga niat untuk memberi sebesar-besarnya manfaat.
Akhirnya, ibadah kurban adalah wujud ketakwaan dan solidaritas sosial. Pembagian daging secara adil dan tepat sasaran akan menjadikan ibadah ini sempurna, bukan hanya secara ritual tapi juga secara sosial.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul