Liputan6.com, Cilacap - Bulan Muharram, salah satu bulan yang paling dimuliakan dalam kalender Hijriyah, membawa berbagai kesempatan bagi umat Muslim untuk meningkatkan amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Di antara amalan yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah puasa Tasua dan Asyura. Puasa ini memiliki sejarah yang panjang dan makna yang mendalam, sebab terkait dengan kejadian-kejadian besar di masa lampau di bulan Muharam.
Puasa Tasua dan Asyura merupakan dua hari puasa yang sangat istimewa dalam kalender Hijriyah. Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sedangkan puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram.
Dengan memahami sejarah puasa Tasua dan Asyura, umat Muslim dapat lebih menghayati dan mengamalkan puasa ini dengan cara yang benar dan ikhlas. Puasa Tasua dan Asyura bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan kesempatan bagi umat Muslim untuk meningkatkan ketakwaan, memperkuat hubungan dengan Allah SWT, dan memperoleh manfaat spiritual yang lebih besar.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang sejarah, keutamaan, niat dan tata cara puasa Tasua dan Asyura seperti dirangkum dari berbagai sumber, Senin (30/06/25).
Simak Video Pilihan Ini:
Melihat Wajah Pahlawan dengan Bantuan AI: Gajah Mada, Cut Nyak Dien, Raden Ajeng Kartini
Sejarah Puasa Tasua dan Asyura
Mencuplik laman muhammadiyah.or.id, berkaitan dengan puasa Tasua dan Asyura ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah di masa lalu. Seputar asal-usul puasa Asyura, ada asumsi yang menyebutkan bahwa puasa ini sebenarnya bukan berasal dari tradisi orisinil umat Islam, melainkan merupakan adaptasi dari ibadah umat Yahudi. Asumsi ini diperkuat oleh hadis Ibnu Abbas:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa Nabi Saw ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) melaksanakan puasa hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa As sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat Beliau untuk mempuasainya (HR. Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas terdapat keterangan bahwa pada 10 Muharram atau 10 Tishrei dalam kalender lunisolar Ibrani, Musa dan Bani Israel berhasil meraih kemenangan gemilang atas Fir’aun dan bala tentaranya. Kemenangan ini menjadi momentum penting dalam sejarah orang-orang Yahudi, sehingga mereka menyebutnya sebagai Hari Suci Yom Kippur.
Selama perayaan Yom Kippur ini, umat Yahudi menahan diri dari berbagai kegiatan sehari-hari, mereka akan berpuasa, tidak mandi atau mencuci, tidak berhubungan seksual, menghindari pemakaian sepatu kulit, serta menghindari penggunaan losion atau krim. Tujuan dari penerapan “penderitaan” ini adalah sebagai bentuk penebusan dosa tahun sebelumnya.
Selain puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, Nabi Muhammad Saw juga memberikan anjuran untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram, yang dikenal sebagai puasa Tasua. Hadis tentang anjuran puasa di tanggal 9 Muharram tercatat dalam riwayat Ibnu Abbas.
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا : حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Abdullah bin Abbas Ra berkata saat Rasulullah Saw berpuasa pada hari Asyura dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah Saw bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah Saw wafat (HR. Muslim).
Berdasarkan hadis di atas, puasa Tasua yang dilakukan pada 9 Muharram merupakan anjuran tambahan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai pembedaan dari tradisi kaum Yahudi.
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Menukil laman nu.or.id, di bulan Muharram, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa. Puasa di bulan ini bahkan memiliki kedudukan lebih utama dibanding puasa yang lain setelah puasa Ramadhan. Sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim). Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in mengatakan bahwa asyhurul hurum (bulan-bulan mulia) merupakan bulan-bulan yang utama untuk berpuasa setelah Ramadhan.
Sementara di antara asyhurul hurum itu, bulan Muharram adalah yang paling utama, kemudian Rajab, Dzulhijah, Dzulqa’dah, Sya’ban, dan puasa ‘Arafah. Di antara puasa Muharram itu ialah puasa Tasu'a dan puasa Asyuro yang jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Berkenaan dengan hal ini, puasa Tasu'a dan Asyuro memiliki keutamaan tersendiri yang luar biasa.
Keutamaaan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Diriwayatkan:
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim).
Niat dan Tata Cara Puasa Tasua dan Asyura
Tata cara puasa Tasua dan Asyura sebagaimana puasa sunah lainnya. Adapun niat untuk melaksanakan puasa Tasu'a dan Asyura adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan contoh lafal niat puasa sunah Asyura sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa Tasu’a atau Asyura diperbolehkan berniat sejak ia berkehendak puasa sunah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i).
Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Tasu’a atau Asyura di siang hari. Berikut ini lafalnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT."
Jadwal Puasa Tasua dan Asyura
Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sedangkan puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Berikut adalah jadwal puasa Tasua dan Asyura untuk tahun 2025. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama, berikut adalah jadwalnya:
- Puasa Tasua (9 Muharram 1447 H): Sabtu, 5 Juli 2025.
- Puasa Asyura (10 Muharram 1447 H): Minggu, 6 Juli 2025.
Selain melaksanakan puasa, seorang muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak puasa sunah di hari-hari lain selama bulan Muharram serta memperbanyak zikir dan membaca Al-Qur'an.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul