Riset UMN Ungkap AI Belum Gantikan Peran Kreatif Manusia

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Riset kolaboratif Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Serikat Sindikasi mengungkapkan bahwa teknologi AI belum bisa menggantikan kreativitas manusia, meski sudah terbukti membantu pekerjaan di sektor media dan industri kreatif. Studi bertajuk Studi Persepsi dan Adopsi Teknologi Kecerdasan Buatan di Kalangan Pekerja Media dan Kreatif Indonesia ini melibatkan 217 responden survei dan 40 informan dari tiga wilayah utama, yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar.

“Walau digunakan sebagai alat bantu atau asisten sehari-hari, para pekerja media dan kreatif melihat fungsi AI masih terbatas untuk pekerjaan yang sifatnya periferal (tambahan),” begitu bunyi salah satu kesimpulan laporan tersebut, dikutip pada Kamis, 29 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merujuk laporan tersebut, para pekerja media dan kreatif memakai teknologi berbasis AI untuk keperluan teknis seperti transkripsi, riset awal, hingga pembuatan dummy atau model awal desain. Namun, kecerdasan buatan hanya menjadi alat bantu, tanpa menggantikan peran kreatif manusia secara langsung. Sejumlah kekhawatiran terhadap dampak teknologi menimbulkan sikap waspada di kalangan pekerja.

Dari hasil survei, dua pernyataan dengan nilai tertinggi adalah “Saya terkesan dengan apa yang dapat dilakukan oleh AI” serta “Ada banyak keuntungan dari penggunaan AI”, yang masing-masing memperoleh skor 3,79 dari skala 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju).

Sebaliknya, pernyataan dengan skor terendah adalah “untuk kegiatan rutin, saya lebih suka berurusan dengan AI daripada dengan manusia”, yang hanya mendapat nilai 2,53. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja tetap lebih memilih interaksi dengan sesama manusia.

Kekhawatiran terbesar yang muncul dalam laporan ini menyangkut pemakaian AI secara tidak etis oleh sejumlah pihak atau organisasi, yang mendapat skor 3,79. Meski begitu, skor 2,79 datang dari responden tidak sepakat jika AI dianggap sebagai teknologi jahat. Mereka cenderung menilai layanan pintar itu bersifat netral.

Ada pula kerisauan ihwal dampak AI terhadap keberlangsungan karier para pekerja, khususnya pekerja lepas. Isu efisiensi dan potensi pengurangan tenaga kerja manusia karena dianggap lebih mahal menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, pembuatan reguluasi tentang batasan penggunaan AI dalam industri kreatif sudah urgen.

Dalam industri jurnalistik, AI bisa digunakan mengubah hasil rekaman wawancara ke dalam teks demi mempercepat proses penulisan berita. Sementara di sektor desain dan ilustrasi, perangkat visual seperti Midjourney dan DALL-E kerap digunakan sebagai alat bantu membuat model awal untuk referensi.

Laporan ini juga menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan AI, terutama dalam hal plagiarisme, pelanggaran hak cipta, serta perlindungan data pribadi. Ada juga perhatian soal kejujuran dan transparansi pemanfaatan AI untuk produksi karya publik. Panduan etis dinilai dapat membantu mengurangi risiko penyalahgunaan teknologi ini.

“Panduan etika semacam ini dianggap dapat mengurangi potensi penyalahgunaan teknologi tersebut untuk hal-hal yang kontraproduktif,” begitu bunyi kajian tersebut.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |