Liputan6.com, Jakarta Dalam percakapan sehari-hari umat Muslim, ungkapan tabarakallah sering terdengar. Menurut Dr. Fathurrahman dan Moh. Syarif Hidayat dalam jurnal "Makna Tabarakallah dan Penggunaannya dalam Interaksi Sosial Masyarakat Muslim" ungkapan ini sering diucapkan dalam konteks kekaguman atau pujian terhadap ciptaan Allah atau terhadap nikmat yang diterima.
Tabarakallah adalah ungkapan dalam bahasa Arab yang memiliki arti mendalam. Secara harfiah, kata ini dapat diterjemahkan sebagai 'Maha Suci Allah' atau 'Maha Berkah Allah'. Namun, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih luas dan dalam.
Tabarakallah merupakan ungkapan pujian, penghormatan, dan pengagungan terhadap Allah SWT. Kata ini berasal dari akar kata baraka (berkah), yang dalam bentuk tabāraka menunjukkan bentuk intensif atau makna penguatan, yakni Allah yang Maha Sumber segala keberkahan dan kemuliaan.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang tabarakallah artinya dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (1/7/2025).
Penjelasan Tabarakallah Artinya Maha Suci Allah
Kata Tabarakallah (تبارك الله) merupakan ungkapan dalam bahasa Arab yang sering digunakan dalam konteks pujian, penghormatan, dan pengagungan terhadap Allah SWT. Kata ini berasal dari akar kata baraka (berkah), yang dalam bentuk tabāraka menunjukkan bentuk intensif atau makna penguatan—yakni Allah yang Maha Sumber segala keberkahan dan kemuliaan.
Dalam buku "Al-Mufradat fi Gharib al-Qur'an" karya Raghib al-Isfahani (1992), disebutkan bahwa akar kata baraka berkaitan dengan keberkahan yang menetap dan terus berkembang. Menurut al-Isfahani, kata tabarak adalah bentuk tafa'ul yang mengindikasikan kemuliaan dan kebesaran yang bersifat tetap dan tak berubah.
Ungkapan ini bermakna sebagai pengakuan terhadap kemuliaan dan keagungan Allah SWT yang telah menciptakan sesuatu yang indah atau menakjubkan.
Lebih lanjut, dalam buku "Ensiklopedi Al-Qur'an: Kajian Kosa Kata" karya M. Quraish Shihab (2007), dijelaskan bahwa bentuk kata tabaāraka hanya digunakan dalam konteks keilahian dan tidak disandarkan kepada makhluk. Ini menunjukkan bahwa keberkahan dalam makna ini adalah mutlak milik Allah dan tidak bisa disamakan dengan bentuk keberkahan lainnya.
Dalam konteks penggunaannya dalam Al-Qur’an, kata tabarak muncul dalam beberapa ayat, misalnya dalam QS. Al-Mulk ayat 1: "Tabāraka alladhī biyadihi al-mulku..." yang berarti "Maha Suci (dan penuh berkah) Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan..."
Menurut tafsir Al-Maraghi oleh Ahmad Mustafa al-Maraghi (2001), ungkapan ini menunjukkan kekuasaan dan kemuliaan Allah yang mutlak atas segala sesuatu.
Perbedaan Tabarakallah dengan Masyaallah
Setelah mengetahui ungkapan tabarakallah, kini membahas kata yang sering diucapan yakni Masyaallah. Ungkapan "Masya Allah" berasal dari bahasa Arab ما شاء الله, yang secara harfiah berarti "apa yang Allah kehendaki". Ungkapan ini sering digunakan dalam konteks kekaguman atau pujian terhadap ciptaan Allah.
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan Umat (Lentera Hati, 2007), "Masya Allah" mencerminkan pengakuan bahwa segala hal yang terjadi adalah atas kehendak dan izin Allah. Shihab menekankan bahwa ungkapan ini bukan hanya ekspresi spontan, melainkan pernyataan iman dan tauhid yang mendalam.
Dalam konteks linguistik, Mahmud Yunus dalam Kamus Arab-Indonesia (Hidakarya Agung, 2009), menyatakan bahwa "Masya Allah" digunakan sebagai bentuk takjub atas sesuatu yang baik, namun juga bisa dipakai untuk menghindari ‘ain (mata jahat) dengan menyandarkan segala keindahan kepada kehendak Allah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Azizah dan Siti Nur Khasanah dalam jurnal At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah (2020), menyebut bahwa "Masya Allah" mengandung dimensi spiritual dan sosial. Secara spiritual, ucapan ini mendidik umat Islam untuk selalu mengingat Allah dalam setiap momen kehidupan. Sementara secara sosial, ungkapan ini berfungsi sebagai bentuk pujian yang sopan tanpa menimbulkan rasa iri atau dengki dari orang lain.
Sementara itu, dalam studi semiotika religius, Ahmad Syaikhu dalam artikelnya yang dimuat di Jurnal Ilmiah Ushuluddin (2019), menjelaskan bahwa kata "Masya Allah" memiliki makna simbolik yang berfungsi sebagai pengingat kepada kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu. Menurutnya, penggunaan ungkapan ini menjadi sarana internalisasi nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim.
Buku Tafsir Ibnu Katsir karya Ibnu Katsir, yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i (2012), juga menyebutkan "Masya Allah" dalam tafsir QS. Al-Kahfi ayat 39. Dalam tafsirnya, disebutkan bahwa ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan pada dirinya atau orang lain, maka sebaiknya ia mengucapkan
"Masya Allah, la quwwata illa billah" sebagai bentuk syukur dan pengakuan bahwa semua itu terjadi hanya karena kehendak Allah, bukan karena kekuatan dirinya sendiri.
Keutamaan Mengucapkan Tabarakallah
Ucapan "Tabarakallah" berasal dari bahasa Arab yang berarti “Maha Suci dan Maha Berkah Allah”. Kalimat ini sering diucapkan sebagai bentuk pengagungan terhadap nikmat Allah yang tampak pada sesuatu yang baik, indah, atau luar biasa, terutama ketika melihat sesuatu yang mengesankan atau menakjubkan. Selain itu, keutamaan mengucapkan kalimat tabarakallah antara lain:
1. Pengakuan akan keesaan dan kekuasaan Allah
Dalam buku Tafsir al-Mazhari karya Qadi Thanaullah al-Pani Patti (wafat 1225 H), disebutkan bahwa kata "Tabarak" dalam Al-Qur’an selalu merujuk kepada keagungan dan keberkahan Allah, sebagaimana tercantum dalam ayat seperti "Tabarakalladzi bi yadihi al-mulk" (QS. Al-Mulk: 1). Kalimat ini dipandang sebagai pengakuan akan keesaan dan kekuasaan Allah atas segala sesuatu yang indah dan mengagumkan.
2. Mendoakan keberkahan kepada orang lain
Dalam buku "Al-Adzkar" karya Imam an-Nawawi (wafat 676 H), ucapan seperti "Tabarakallah" disebut sebagai bagian dari dzikir yang disunnahkan dalam berbagai keadaan, termasuk saat melihat sesuatu yang menakjubkan, agar terhindar dari ‘ain (pandangan hasad atau mata jahat). An-Nawawi mengutip hadits Nabi SAW yang menganjurkan umat Islam mendoakan keberkahan kepada orang lain saat melihat sesuatu yang indah dari mereka.
3. Menenangkan psikologis
Penelitian dalam jurnal ilmiah juga membahas peran dzikir termasuk ucapan "Tabarakallah". Dalam jurnal Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis oleh M. Rafiq Hidayat (2019) berjudul "Fungsi Kalimat Dzikir dalam Meningkatkan Kesehatan Spiritual", disebutkan bahwa kalimat dzikir seperti "Subhanallah", "Alhamdulillah", dan "Tabarakallah" memiliki efek menenangkan psikologis dan memperkuat kesadaran tauhid dalam kehidupan sehari-hari.
4. Melindungi dari keburukan
Lebih lanjut, Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir (2001) menjelaskan bahwa kata “Tabarak” adalah bentuk mubalagah dari baraka, yang menunjukkan intensitas keberkahan yang datang dari Allah. Maka dari itu, saat seorang Muslim mengucapkan “Tabarakallah”, ia secara tidak langsung meminta agar keberkahan itu terus mengalir dan melindungi dari keburukan.
5. Perlindungan dari penyakit ‘ain
Dalam praktik sosial, penggunaan kalimat ini dianggap membawa energi positif dan sebagai bentuk perlindungan dari keburukan atau rasa iri. Dalam buku Ruqyah: Antara Mitos dan Realita karya Dr. Fadhl Ilahi (2014), disebutkan bahwa “Tabarakallah” juga termasuk dalam doa yang dapat dibaca sebagai bentuk perlindungan dari penyakit ‘ain, berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad dan lainnya.
Kata Tabarakallah Dalam Al-Quran
Berikut adalah beberapa ayat dalam Al-Quran yang mengandung kata Tabarakallah:
- Surat Al A’raf ayat 54: …تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ (Tabārakallāhu rabbul-‘ālamīn) Artinya: Terbekatilah Allah, Tuhan semesta alam.
- Surat Al Furqan ayat 1: تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِۦ لِيَكُونَ لِلْعَٰلَمِينَ نَذِيرًا (Tabārakallażī nazzalal-furqāna ‘alā ‘abdihī liyakụna lil-‘ālamīna nażīrā) Artinya: berbahagialah Dia yang menurunkan pembeda pada hamba-hamba Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan untuk semesta alam.
- Surat Ar Rahman ayat 78: تَبٰرَكَاسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ (Tabaraarak asmu rabbika zil jalaali wal ikraam) Artinya: Maha Suci nama Tuhan kamu, pemilik keagungan serta kehormatan.
- Surat Al Mu’min ayat 14: فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَۗ … (Fa tabārakallāhu aḥsanul-khāliqīn) Artinya: Maha suci Allah, pencipta yang paling baik.
- Surat Al Mulk ayat 1: تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ (Tabārakallażī biyadihil-mulku wa huwa ‘alā kulli syai`ing qadīr) Artinya: Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan ada, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatunya.
QnA Seputar Tabarakallah
Q: Apa arti kata “Tabarakallah” secara harfiah dan dalam konteks Al-Qur’an?
A: Tabarakallah berasal dari akar kata Arab baraka yang berarti “berkah.” Secara harfiah, Tabarakallah berarti “Maha Berkah Allah” atau “Allah adalah Sumber segala keberkahan.” Dalam Al-Qur’an, kata ini muncul dalam bentuk pujian, seperti pada Surah Al-Mulk ayat 1: "Tabaarakalladzi biyadihil mulku...", yang menekankan kemuliaan dan keagungan Allah sebagai pemilik segala kekuasaan.
Q: Kapan biasanya umat Muslim mengucapkan “Tabarakallah” dalam kehidupan sehari-hari?
A: Kata “Tabarakallah” sering diucapkan sebagai bentuk pujian atau kekaguman terhadap sesuatu yang indah, baik itu pencapaian seseorang, kecantikan, atau hal luar biasa lainnya. Contohnya saat melihat anak kecil yang lucu atau seseorang yang sukses, orang bisa berkata, “Tabarakallah,” sebagai bentuk penghormatan sekaligus doa agar tidak terkena ‘ain (pandangan iri atau dengki).
Q: Apa perbedaan antara “Tabarakallah” dan “Barakallah”?
A: Meskipun sama-sama berasal dari akar kata baraka, “Barakallah” biasanya digunakan dalam konteks doa, seperti mendoakan seseorang agar diberkahi oleh Allah. Sementara “Tabarakallah” adalah bentuk pujian atau pengakuan atas keberkahan dan keagungan Allah itu sendiri. Jadi, “Barakallah” lebih kepada permohonan berkah, sedangkan “Tabarakallah” adalah pengakuan atas sumber keberkahan.
Q: Apakah ada adab atau etika saat mengucapkan “Tabarakallah”?
A: Ya. Dalam Islam, mengucapkan “Tabarakallah” sebaiknya disertai dengan niat baik dan tidak berlebihan. Ucapan ini tidak boleh digunakan sebagai basa-basi kosong atau untuk pencitraan. Dianjurkan pula menyebutkan nama Allah dengan penuh rasa takzim (hormat). Saat melihat sesuatu yang membanggakan, Rasulullah SAW pun mengajarkan untuk mendoakan kebaikan bagi pemilik nikmat tersebut, salah satunya dengan mengucap “Tabarakallah.”
Q: Apakah “Tabarakallah” bisa mencegah penyakit ‘ain?
A: Dalam tradisi Islam, diyakini bahwa ucapan “Tabarakallah” bisa membantu menghindarkan seseorang dari ‘ain (pengaruh buruk dari pandangan penuh iri). Jika seseorang takjub terhadap kecantikan, kesuksesan, atau kelebihan orang lain tanpa mengucapkan pujian atau doa seperti “Tabarakallah” atau “Masha Allah,” maka itu bisa menimbulkan ‘ain. Karenanya, Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar memuji dengan menyebut nama Allah agar tidak membahayakan orang yang dipuji.