Buya Yahya, Benarkah Suro Bulan Keramat dan Penuh Malapetaka? Ini Jawabannya Menurut Islam

12 hours ago 3

Liputan6.com, Bogor - Kalender Jawa dan Islam sedikit memiliki kemiripan. Salah satu kesamaannya adalah pergantian tahunnya. Namun, kalender Jawa diawali dengan bulan Suro sedangkan Hijriah dimulai Muharram.

Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa, Suro yang bertepatan Muharram adalah bulan keramat dan penuh sial. Bahkan, ada tanggal-tanggal tertentu yang tidak diperkenankan untuk bepergian jauh karena bisa mendatangkan malapetaka.

Meski begitu, sebagian muslim menyadari bahwa percaya pada hal-hal tersebut tidak diperkenankan. Untuk memastikan, seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya tentang Suro atau Muharram yang diyakini sebagai bulan keramat dan banyak sialnya.

“Buya, sudah menjadikan keyakinan bagi sebagian masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa bahwa bulan Muharram atau Suro dalam istilah Jawa adalah bulan keramat,” katanya dikutip dan disajikan dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Senin (30/6/2025).

“Pada tanggal-tanggal tertentu mereka menghentikan aktivitas-aktivitas yang bersifat hajatan besar, menghindari perjalanan jauh, sebab hari itu mereka anggap hari nahas atau hari sial,” sambungnya.

Buya Yahya kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan gamblang. Simak penjelasannya di bawah ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Aneh tapi Nyata, Pegunungan Sumbang Banyumas di Kaki Gunung Slamet Banjir Bandang

Penjelasan Buya Yahya tentang Suro Adalah Bulan Sial

Buya Yahya mengatakan, semua hari Allah termasuk pada Muharram atau Suro adalah baik. Hari jelek hanya satu yakni ketika seseorang melakukan maksiat dan melanggar Allah.

Buya Yahya membantah bahwa Muharram atau Suro adalah bulan penuh kesialan dan malapetaka. Justru sebaliknya, bulan tersebut sangat dimuliakan. Apalagi Muharram merupakan salah satu bulan haram dalam Islam.

“Semua bulan itu adalah bulan baik, bulan mulia. Jangan percaya yang demikian itu. Itu kan bulannya dukun. Semua hari adalah baik untuk ibadah dan sebagainya. Hari jelek adalah hari kita melakukan kemaksiatan,” tutur Buya Yahya.

Buya Yahya mengatakan, Muharram adalah bulan istimewa. Pada bulan tersebut umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan amalan sunnah.

Salah satu amalan di bulan Muharram adalah puasa. Dalam hadis nabi disebutkan bahwa sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.

Amalan-Amalan Muharram

Mengutip NU Online Lampung, setidaknya ada 12 amalan yang dianjurkan dilakukan pada bulan Muharram. Berikut daftarnya.

1. Melakukan sholat

2. Berpuasa

3. Menyambung silaturahim

4. Bersedekah

5. Mandi

6. Memakai celak mata

7. Berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal)

8. Menjenguk orang sakit

9. Menambah nafkah keluarga

10. Memotong kuku

11. Mengusap kepala anak yatim

12. Membaca Surat al-Ikhlas sebanyak 1000 kali

Untuk mempermudah ingatan, sebagian ulama mengawetkannya dalam bentuk nadham, sebagaimana yang dilakukan Syekh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad'iyyati Tasyrahus Shudur. 

 فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ

صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ

وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ   

Artinya, "Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, sholatlah,sambung silaturahmi, ziarah orang alim, menjenguk orang sakit dan celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca surah al-Ikhlas 1000 kali."

Wallahu a’lam.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |