Buya Yahya Tak Suka Anak Yatim Diundang Acara Santunan, Lebih Bermartabat Begini

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan menyentuh disampaikan pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya terkait fenomena anak yatim yang kerap diundang ke rumah-rumah orang kaya untuk acara syukuran. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan agar niat baik jangan sampai melukai dan mengorbankan pendidikan anak-anak tersebut.

Dalam konteks ini, diketahui pada bulan Muharram banyak lembaga atau perorangan yang membagikan santunan. Terutama, pada 10 Muharram yang disebut pula dengan Hari Anak Yatim.

Fenomena ini menurutnya bukan hanya tentang sedekah atau santunan, tetapi soal bagaimana memperlakukan anak yatim dengan cara yang bermartabat. Ia menilai, banyak anak yatim harus menempuh perjalanan jauh hanya demi hadir ke acara yang pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara lebih bijaksana.

Buya Yahya menyampaikan pesan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak yatim yang terkadang harus meninggalkan aktivitas belajar dan mengaji demi memenuhi undangan yang sebenarnya bisa disalurkan melalui cara lain yang lebih tepat.

“Sebetulnya kami lebih senang kalau di pondok saja,” ucap Buya Yahya mengisahkan pengalaman saat menghadiri acara syukuran yang dihadiri anak-anak yatim dari luar kota.

Dikutip Jumat (04/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menjelaskan bahwa perjalanan panjang yang ditempuh para anak yatim, disertai rasa lelah dan waktu belajar yang hilang, tidak sebanding dengan sekadar memenuhi undangan ke rumah orang kaya.

Simak Video Pilihan Ini:

Operasi Pemberantasan Premanisme

Banyak yang Tak Paham Cara Menyantuni Anak yatim

Menurutnya, banyak orang kaya belum memahami dampak dari undangan mereka terhadap anak-anak yatim yang datang dari pesantren atau panti asuhan. Ia menyayangkan jika mereka harus meninggalkan aktivitas utama hanya untuk acara syukuran.

“Waktu itu saya tanya, dari mana anak-anak ini? Kata ustadznya, dari kota yang butuh waktu dua jam perjalanan. Kalau pulang pergi, berarti empat jam. Makannya dua jam. Total enam jam sehari anak-anak ini tinggalkan sekolah dan ngaji,” kisah Buya Yahya dalam ceramahnya.

Ustadz yang mendampingi pun mengaku kelelahan harus menemani anak-anak tersebut dalam perjalanan panjang. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Buya Yahya yang menilai cara seperti itu bukan hanya kurang tepat, tapi juga bisa menghilangkan esensi dari menyantuni anak yatim.

Ia menyarankan agar orang-orang yang ingin berbuat baik bisa menyalurkan bantuannya langsung ke pesantren atau panti asuhan, tanpa perlu membawa anak-anak yatim ke rumah mereka. Menurutnya, itu justru akan jauh lebih bermanfaat.

“Anda ingin memuliakan anak yatim? Kirimkan saja makanannya ke sana. Uangnya juga. Bahkan biaya mobil bisa jadi uang untuk beli buku mereka,” ujarnya tegas.

Buya Yahya menekankan bahwa niat baik harus disalurkan dengan cara yang benar. Ia tidak menyalahkan sepenuhnya para pengundang, tetapi lebih ingin mengedukasi agar kebaikan yang dilakukan benar-benar membawa manfaat tanpa mengorbankan pendidikan dan waktu anak-anak yatim.

Seringnya Ustadz Tidak Bisa Menolak

Ia mengungkapkan bahwa para ustadz pun sering kali tak mampu menolak undangan karena khawatir jika tidak hadir, mereka tak mendapat bayaran untuk kebutuhan anak-anak di pondok.

“Kami pun kadang tak bisa menolak. Kalau tidak datang, anak-anak ini nanti tidak dapat makan. Jadi kami datang demi mereka,” ujar Buya Yahya menggambarkan dilema yang dihadapi para pendamping anak yatim.

Ia pun menyampaikan keprihatinan bahwa hal ini kerap terjadi, tanpa ada pemikiran lebih lanjut dari pihak pengundang. Padahal, maksudnya ingin berbuat baik, namun caranya belum tentu benar.

“Kalau Anda niatnya ingin menyantuni, jangan bawa mereka jauh-jauh. Mereka bisa kehilangan waktu belajar, ngaji, dan bahkan lelah sampai ketiduran,” tambah Buya Yahya.

Menurutnya, niat baik tetap harus dibarengi dengan pertimbangan yang matang agar tidak berubah menjadi beban bagi yang menerima. Apalagi jika menyangkut anak-anak yang sedang dalam masa belajar dan tumbuh.

Dengan cara yang lebih efektif, seperti mengirim langsung bantuan, maka manfaatnya akan lebih besar dan tidak menimbulkan kerugian waktu dan tenaga bagi anak-anak yatim.

“Bukan salah mengundang anak yatim, tapi ada cara yang lebih baik. Kebaikan yang dilakukan dengan cara yang salah, bisa jadi tidak mendatangkan kebaikan,” tandas Buya Yahya dalam akhir ceramahnya.

Pesan ini diharapkan dapat membuka mata banyak pihak bahwa memperhatikan cara dalam berbuat baik itu sama pentingnya dengan niat itu sendiri. Memuliakan anak yatim adalah amal yang mulia, namun tetap harus dilakukan dengan kebijaksanaan.

Pendidikan, waktu belajar, dan kesehatan anak-anak yatim tak boleh dikorbankan hanya demi tradisi atau formalitas yang sebenarnya bisa disiasati. Buya Yahya mengajak semua pihak untuk merenung dan memperbaiki cara dalam menyantuni anak-anak yatim.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |