Liputan6.com, Jakarta Surat Al Imran ayat 26-27 menjadi salah satu doa yang sering diamalkan umat Islam ketika ingin memohon perubahan nasib kepada Allah. Ayat ini menjadi pengingat bahwa segala bentuk kekuasaan, rezeki, dan kemuliaan hanya milik Allah semata.
Buku Tafsir Ibnu Kathir menjelaskan, ayat ini menjadi deklarasi tegas bahwa Allah-lah yang memiliki kerajaan dan kuasa mencabut serta memberikan kedudukan kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat menghalangi kehendak Allah dalam menggilir kekuasaan dan membolak-balikkan keadaan hamba-Nya.
Disebutkan dalam karya Jalālu’d-Dīn as-Suyūthī (Lubaab al‑Nuqul fī Asbāb an‑Nuzūl, hlm. 148–149), Allah menurunkan ayat 26 sebagai pengingat bahwa segala kekuasaan tercurah atas kehendak-Nya semata. Rasulullah ﷺ juga pernah mengajarkan ayat ini kepada para sahabat sebagai doa untuk memohon kemudahan rezeki dan pelunasan utang yang berat.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang surat al imran Ayat 26-27 dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (6/7/2025).
Salat Tarawih selama 8 jam dengan bacaan 30 juz Al-Qur'an yang digelar di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro, Magetan, Jawa Timur, kian diminati oleh masyarakat setempat dan luar daerah.
Teks Arab dan Terjemahan Surat Al Imran Ayat 26-27
Berikut adalah teks lengkap Surat Al Imran ayat 26-27 dalam bahasa Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan Kementerian Agama RI:
- Surat Āli ‘Imrān (3): Ayat 26
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Qulillāhumma mālika al-mulki tutil-mulka man tasyāu wa tanzi‘ul-mulka mimman tasyāu, wa tu‘izzu man tasyāu wa tużillu man tasyāu, biyadikal-khayr, innaka ‘alā kulli syaiin qadīr.
- Surat Āli ‘Imrān (3): Ayat 27
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Tūlijul-laila fin-nahāri wa tūlijun-nahāra fil-laili, wa tukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa tukhrijul-mayyita minal-ḥayyi, wa tarzuqu man tasyā`u bighairi ḥisāb.
Terjemahan:
Katakanlah: ‘Wahai Tuhan Yang memiliki kerajaan, Engkau beri kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki; Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan‑Mu semua kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam; Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mati dari yang hidup; dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.’
Makna Mendalam dan Tafsir Surat Al Imran Ayat 26-27
Surat Al Imran ayat 26-27 mengandung makna yang sangat dalam tentang kekuasaan Allah SWT atas segala sesuatu. Ayat ini juga memberikan pelajaran tentang pentingnya bersyukur, sabar, dan bertawakal dalam menghadapi segala kondisi kehidupan.
- Pengakuan Terhadap Kekuasaan Allah
Dalam Tafsir Ibnu Kathīr, ayat 26 dijelaskan sebagai bentuk pengakuan bahwa segala jenis kekuasaan, politik, sosial, moral, itu milik Allah semata. Manusia hanya sebagai sarana, bisa diberi atau dicabut kedudukan oleh-Nya. Ibnu Kathīr menambahkan bahwa ini termasuk anugerah besar pada Rasulullah ﷺ dan umat Islam yang tersebar ke penjuru dunia.
Imam Al-Qurtubī menegaskan pendekatan hukum syariah berdasarkan ayat ini: Allah memberikan dan mencabut kekuasaan sesuai hikmah, sehingga umat tidak boleh merasa aman saat berkuasa dan tidak putus asa saat berada di bawah.
- Tanda Kebesaran Ilahi Melalui Alam
Tafsir Al-Muyassar menjelaskan ayat 27 sebagai gambaran makhluk dan alam yang berubah-ubah: malam masuk ke siang, kehidupan muncul dari kematian, dan rezeki datang tanpa hitung. Semua itu menjadi fenomena ayat kauniyah, agar manusia menyadari kekuasaan Allah lewat alam semesta.
Sementara Tafsir al-Jalālayn menambahkan bahwa ungkapan “tūliju” (memasukkan) adalah bentuk kiasan eloquent tentang pergantian siang dan malam, sekaligus peringatan agar manusia merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah dalam rutinitas alam.
- Hikmah Peneguhan Ibadah dan Ketawakkalan
Tafsir al-Jalālayn memberi catatan bahwa lafaz “Qulillāhumma mālika al-mulki” adalah bentuk penyerahan dan tawakkal total. Manusia diingatkan agar tidak menyombongkan kekuasaannya karena bisa dicabut kapan saja.
Menurut Tafsir Al-Rāzī, ayat ini juga mengandung pelajaran mendalam: kekuasaan duniawi bersifat sementara dan tidak pasti. Maka yang berkuasa perlu bersyukur, sementara yang lemah perlu bersabar karena semua kembali pada kehendak Allah yang Maha Adil.
- Relevansi dan Aplikasi Spiritual
Imam Ghazālī menyarankan agar ayat ini dijadikan dzikir pagi dan sore, bersama salawat, sebagai fondasi spiritual untuk memohon kemuliaan, rezeki yang luas, dan keadilan, terutama bagi mereka yang tengah diuji posisi, jabatan, atau kebutuhan hidup.
Studi di Jurnal Al-Azhar University tahun 2019 menemukan bahwa pengamalan rutin Surat Āli ‘Imrān ayat 26–27 meningkatkan rasa tawakkal dan ketenangan emosional, sekaligus memperkuat niat moral untuk menerima pasang surut kehidupan dengan lebih ikhlas.
Keutamaan Membaca Surat Al Imran Ayat 26-27
Membaca Surat Al Imran ayat 26-27 memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
- Tradisi Zikir setelah Salat di Pesantren
Tesis Rifda Arfiya Faza (2024) mengungkapkan bahwa di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Bojong Pekalongan, Surat Āli ‘Imrān ayat 26–27 dijadikan zikir setelah salat Subuh secara berjamaah lima kali. Santri mengamalkan ayat ini untuk perantara memperlancar rezeki, memohon hajat, ampunan, dan keberkahan hidup. Tradisi ini dipahami mendalam oleh pengasuh lewat pendekatan tafsir dan pemaknaan personal terhadap kandungan spiritual ayat tersebut.
- Doa Pelunas Utang dan Kekayaan
Menurut buku Al‑Durrul Manṭūr dan 101 Doa Para Nabi & Rasul oleh Ustaz Hj Zahazan Mohamed, Rasulullah ﷺ mengajarkan ayat 26–27 kepada Mu‘ādh ibn Jabal r.a. saat beliau menghadapi utang besar. Ayat ini dimanfaatkan sebagai doa utama agar utang terbayar lunas bahkan jika besarnya seperti Gunung Uhud.
- “Ayat Kekuasaan” & Permohonan Raja
Laman resmi Alimaan Online menyebut ayat ini sebagai “Verses of Sovereignty”, doa utama untuk memohon kekuasaan dan bimbingan Allah. Alimaan menyitir riwayat Tabarani bahwa Nabi ﷺ berkata kepada Mu‘ādh, "Apakah aku ajarkan kepadamu doa yang jika engkau punya utang sebesar Gunung Uhud, Allah akan membayarnya?" kemudian mendiktekan ayat 26–27.
- Pengakuan Kekuasaan Mutlak & Syafaat
Hadits shahih dari Abu Umāmah al-Bāhilī menyebutkan bahwa Nabi ﷺ menganjurkan membaca Surah al-Baqarah dan Āli ‘Imrān secara rutin karena pada hari kiamat kedua surah ini datang seperti dua awan atau bayangan yang akan bersyafaat untuk pembacanya.
Asbabun Nuzul Surat Al Imran Ayat 26-27: Sebab Turunnya Ayat
Mengetahui asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat dapat membantu kita memahami konteks dan makna ayat tersebut dengan lebih baik. Berikut adalah asbabun nuzul Surat Al Imran ayat 26-27:
- Latar Belakang Turunnya Ayat 26
Menurut riwayat dari Ibnu Abī Ḥātim melalui Qatādah, Nabi Muhammad ﷺ pernah memohon kepada Allah agar dua kerajaan besar—Romawi dan Persia—menjadi bagian dari umat Islam. Karena permohonan tersebut, turunlah Surat Āli ‘Imrān ayat 26 sebagai pengingat bahwa semua kekuasaan—ada dan tiada—tergantung atas kehendak Allah semata.
Jalālu’ddīn as-Suyūthī dalam Kitab Lubaab al-Nuqūl fī Asbāb an-Nuzūl (1505) menguatkan riwayat ini dan menempatkan ayat tersebut sebagai bentuk respon ilahi atas doa Nabi, bukan sekadar pernyataan teologis.
- Kaitan dengan Peneguhan Doa untuk Kekuasaan
Dalam Muchlīs M. Hanāfī, editor karya Asbāb al-Nuzūl: Kronologi dan Sebab Turunnya Ayat Al‑Qur’ān (2017, Kemenag RI), dijelaskan bahwa ayat ini menjadi formulasi doa Nabi ﷺ yang mengandung prinsip: mohon dan serahkan urusan besar kepada Allah. Penurunan ayat ini memperjelas redaksional bagaimana adab dalam bermunajat yang benar.
- Ayat 27 Menegaskan Kekuasaan Allah Melalui Alam
Meskipun tidak terdapat narasi asbābun khusus di kitab klasik tentang ayat 27, ayat ini secara tematik menyambung ayat 26, menegaskan Allah sebagai Penguasa alam semesta. Buku dan jurnal tafsir modern seringmunculkan tafsir integratif di mana ayat ini dipahami sebagai kesaksian perintah-Nya lewat fenomena alam sebagai bentuk penegasan kekuasaan-Nya.
- Prinsip Keabsahan Riwayat dan Asbāb Anonim
Studi jurnal Setyaki (2023) di Jurnal Studi Keagamaan Islam menyoroti bahwa ketika satu-riwayat asbābshahīh, seperti dari Qatādah, maka cukup dijadikan pegangan untuk menentukan sebab turunnya. Model ini menjelaskan ayat 26 sebagai konsensus sebab dari narator terpercaya.
QnA Seputar Surat Al Imran Ayat 26-27
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban seputar Surat Ali Imran ayat 26-27:
1. Apa isinya?
Ayat ini menjelaskan Allah-lah yang memiliki kerajaan, memuliakan dan menghinakan siapa saja, menggilir siang dan malam, serta memberi rezeki tanpa batas kepada siapa pun yang Dia kehendaki.
2. Apa pesan utamanya?
Semua kekuasaan dan rezeki berasal dari Allah, bukan semata usaha manusia. Allah dapat membolak-balik keadaan manusia dengan mudah. Kita harus tetap bersyukur, sabar, dan bertawakal dalam setiap kondisi.
3. Apa manfaat membacanya?
Membaca ayat ini bisa menjadi doa untuk memohon kemudahan rezeki dan kelapangan urusan, serta menumbuhkan rasa yakin kepada kekuasaan Allah atas semua urusan kita.
4. Kapan waktu baik membacanya?
Saat selesai salat, ketika memohon kelapangan rezeki, saat menghadapi kesulitan, atau saat ingin meneguhkan tawakal dan keyakinan kepada Allah.
5. Apa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari?
Mengingatkan kita untuk tidak sombong jika sedang di atas, dan tidak putus asa saat diuji, karena semua keadaan bisa berubah atas izin Allah.