Doa I’tidal dalam Sholat, Perhatikan Tata Caranya

20 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Dalam setiap gerakan salat, terdapat tata cara dan bacaan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Salah satunya adalah gerakan i’tidal, yaitu berdiri tegak setelah ruku’. Meskipun terkesan singkat, i’tidal merupakan salah satu rukun salat yang wajib dilakukan. Tidak sempurna bahkan bisa batal salat seseorang apabila tidak melakukannya dengan benar.

Mengutip buku Ritual Shalat Rasulullah SAW Menurut 4 Mazhab karya Isnan Ansory, i’tidal secara bahasa berarti istiqamah (lurus) dan istiwa’ (tegak lurus). Sementara secara istilah, ia adalah gerakan bangkit dari ruku' menuju posisi berdiri tegak. Para ulama sepakat bahwa i’tidal disyariatkan dalam salat, sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Humaid As-Sa’idi RA, “Bila Rasulullah SAW mengangkat kepalanya, beliau berdiri tegak hingga tulang-tulang punggungnya kembali ke tempatnya.” (HR Bukhari).

Para ulama menjelaskan bahwa bacaan tasmi’ (سَمِعَ اللّٰهُ لِمَنْ حَمِدَهُ) dan tahmid (رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ) adalah bagian dari sunnah muakkadah, bahkan dalam mazhab Hambali dan sebagian pendapat Syafi’iyyah, hukumnya wajib bagi imam dan orang yang salat sendirian, sedangkan makmum hanya membaca tahmid.

Bacaan doa i’tidal tidak hanya satu versi, tetapi terdapat beberapa riwayat shahih yang menunjukkan keberagamannya. Semua bacaan ini dapat diamalkan, dan perbedaan ini menunjukkan keluasan ajaran Islam. Berikut ulasan Liputan6.com, Sabtu (5/7/2025).

1. Bacaan I’tidal Pendek (Paling Shahih)

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Rabbanaa walakal ḥamdu

Artinya: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji. 

Sumber: HR. Bukhari dan Muslim.

2. Versi Singkat Tanpa Kata "wa"

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Rabbanaa lakal ḥamdu

Artinya: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.

Sumber: HR. Bukhari dan Muslim.

3. Dengan Tambahan “Allahumma” di Awal

اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Allāhumma rabbanaa walakal ḥamdu

Artinya: Wahai Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.

Sumber: HR. Bukhari.

4. Versi Tanpa “wa” dengan “Allahumma”

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Allāhumma rabbanaa lakal ḥamdu

Artinya: Wahai Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.

Sumber: HR. Bukhari dan Muslim.

5. Pujian Sepenuh Langit dan Bumi

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Rabbanaa lakal ḥamdu mil’as-samāwāti wal-arḍi wa mil’a mā shi’ta min shay’in ba’d

Artinya: Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, sepenuh langit dan bumi serta sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki setelah itu.

Sumber: HR. Muslim.

6. Versi Panjang dengan “Allahumma”

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Allāhumma rabbanaa lakal ḥamdu mil’as-samāwāti wal-arḍi wa mil’a mā shi’ta min shay’in ba’d

Artinya: Wahai Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, sepenuh langit dan bumi serta sepenuh apa pun yang Engkau kehendaki setelah itu.

Sumber: HR. Muslim.

7. Bacaan Panjang 

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ... مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Rabbanaa lakal ḥamdu mil’as-samāwāti wal-arḍi wa mil’a mā shi’ta min shay’in ba’d, ahla-th-thanā’i wal-majdi, aḥaqqu mā qālal-‘abdu wa kullunā laka ‘abd, Allāhumma lā māni’a limā a’ṭaita wa lā mu‘ṭiya limā mana‘ta wa lā yanfa‘u dhāl-jaddi minkal-jadd

Artinya: Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, sepenuh langit dan bumi serta apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Engkau yang layak menerima pujian dan kemuliaan. Ucapan terbaik adalah yang diucapkan oleh hamba-Mu. Dan kami semua adalah hamba-Mu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan, dan kekayaan seseorang tidak dapat memberi manfaat apa pun terhadap-Mu.

Sumber: HR. Muslim.

8. Versi Lain dari Bacaan Panjang

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ... مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Allāhumma rabbanaa lakal ḥamdu mil’as-samāwāti wal-arḍi wa mil’a mā shi’ta min shay’in ba’d, ahla-th-thanā’i wal-majdi, lā māni‘a limā a‘ṭaita wa lā mu‘ṭiya limā mana‘ta wa lā yanfa‘u dhāl-jaddi minkal-jadd

Artinya: Wahai Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, sepenuh langit dan bumi serta apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Engkaulah yang layak menerima sanjungan dan kemuliaan. Tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau tahan. Kemuliaan tidak memberi manfaat apa pun di hadapan-Mu.

Sumber: HR. Muslim.

9. Bacaan I’tidal Qiyamul Lail

لِرَبِّيَ الْحَمْدُ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ

Li rabbīyal ḥamdu, li rabbīyal ḥamdu

Artinya: Segala puji hanyalah bagi Tuhanku, Segala puji hanyalah bagi Tuhanku.

Sumber: HR. An-Nasa’i dan Abu Dawud.

10. Bacaan dengan Pujian 

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Rabbanaa walakal ḥamdu, ḥamdan kathīran ṭayyiban mubārakan fīh

Artinya: Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji. Pujian yang banyak, yang baik, dan penuh berkah.

Sumber: HR. Bukhari dan Muslim.

Sikap Saat Membaca Doa I’tidal

1. Berdiri Tegak dengan Tumakninah

Gerakan i’tidal harus dilakukan dengan berdiri tegak dan tenang setelah bangkit dari ruku’. Rasulullah SAW bersabda:

“Kemudian angkat badanmu hingga berdiri lurus” (HR Bukhari & Muslim).

Dan dalam hadits Abu Humaid disebutkan:

“Hingga setiap ruas tulang punggung berada di tempatnya semula.” (HR Bukhari no. 828)

Tumakninah adalah keharusan. Salat tidak sah tanpa tumakninah dalam i’tidal, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Tidak sah salat orang yang tidak meluruskan tulang sulbinya dalam rukuk dan sujud.” (HR Tirmidzi no. 265)

2. Mengangkat Tangan

Rasulullah SAW mengangkat tangan saat bangun dari rukuk, sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar:

“Beliau mengangkat kedua tangan sejajar pundak saat mengangkat kepala dari rukuk.” (HR Bukhari no. 735)

Namun, ini bukan kewajiban mutlak. Beberapa sahabat kadang tidak melakukannya, seperti Ibnu Umar.

3. Bersedekap atau Melepas Tangan

Dua pendapat utama:

Mazhab Syafi’i dan mayoritas ulama: Melepas tangan ke samping badan (irsal). Hal ini khusus untuk berdiri setelah ruku’. “

Mayoritas ulama... berpendapat disunnahkannya melepas kedua tangan...” (Taudhihu al-Ahkam, Syaikh Abdullah al-Bassam)

Ulama lain seperti Syaikh bin Baz: Tetap bersedekap seperti saat berdiri awal.

“Tidak ada nash yang membedakan antara sebelum dan setelah ruku’, maka tetap bersedekap.” (Bin Baz)

Keduanya berdasarkan dalil shahih, sehingga tidak perlu saling menyalahkan.

FAQ Seputar Doa I’tidal

1. Apakah doa i’tidal wajib dibaca?

Tidak semua ulama mewajibkan. Dalam mazhab Hambali, bacaan tasmi’ dan tahmid wajib bagi imam dan orang salat sendiri, makmum hanya membaca tahmid. Sedangkan mazhab lain menganggapnya sunnah muakkadah.

2. Haruskah membaca “sami’allahu liman hamidah” bagi makmum?

Tidak. Hadits Muslim menjelaskan bahwa hanya imam dan munfarid yang membaca tasmi’, makmum cukup membaca tahmid (rabbana lakal hamdu).

3. Apakah boleh membaca doa i’tidal yang berbeda-beda?

Boleh. Semua doa i’tidal yang shahih dari Nabi SAW bisa diamalkan secara bergantian, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai kitab hadits dan fiqih.

4. Bagaimana sikap tubuh saat membaca doa i’tidal?

Berdiri tegak dengan tenang (tumakninah). Mengenai posisi tangan (bersedekap atau dilepas), kedua pendapat memiliki dasar dalil yang shahih.

5. Apakah sah salat jika lupa membaca doa i’tidal?

Jika doa i’tidal ditinggalkan karena lupa, salat tetap sah karena i’tidal itu rukun, bukan bacaan tertentu. Namun sebaiknya dibaca karena merupakan sunnah Rasulullah SAW.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |