Liputan6.com, Cilacap - Iran, sebuah negara yang terletak di Timur Tengah, memiliki sejarah kompleks dengan Amerika Serikat yang berubah drastis dari waktu ke waktu. Dulu, Iran dianggap sebagai boneka Amerika, karena pengaruh besar AS terhadap pemerintahan Iran, terutama selama era Dinasti Pahlavi.
Namun, situasi ini berubah secara signifikan setelah Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini pada tahun 1979 berhasil menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi dan melahirkan Republik Islam Iran.
Sejak itu, Iran dan Amerika Serikat telah menjadi musuh bebuyutan dan rival berat. Perbedaan ideologi politik, agama dan kepentingan strategis yang memperdalam jurang antara keduanya.
Ulama kharismatik asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam sebuah kesempatan ceramahnya menyoroti tentang sejarah dan politik Iran. Dia juga mengungkapkan sisi historis dari perubahan dramatis dalam hubungan Iran-Amerika ini.
Gus Baha menyatakan bahwa ciri utama Iran adalah keberaniannya melawan Amerika Serikat. Pernyataan yang ia sampaikan dan membuat terkejut orang yang mendengarnya.
“Ciri utamanya Iran itu berani melawan Amerika,” tegas Gus Baha, seperti dikutip dari tayangan YouTube Short @santri_onlinegusbaha, Rabu (09/07/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Pejabat Jatuh dari Kuda di Kirab Hari Jadi Banyumas
Iran vs Amerika Serikat
Merujuk pada sejarah Iran yang pernah dipimpin oleh Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi, yang menurut Gus Baha ia adalah boneka Amerika.
Namun, situasi berubah drastis setelah Shah digulingkan dalam Revolusi Iran yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Ayatollah Ali Khamenei dan Ali Syariati.
Sejak saat itu, Iran dikenal karena keberaniannya menentang Amerika Serikat yang di mulai dari era Revolusi Iran di bawah pimpinan Khamenei. Gus Baha menegaskan bahwa keberanian Iran melawan AS telah menjadi ciri khas negara tersebut sejak lama.
“Iran itu pernah memiliki pemimpin Shah Iran. Shah Iran itu Pahlevi. Pahlevi itu bonekanya Amerika,” ungkap Gus Baha.
“Lalu (Pahlevi) digulingkan oleh monarkinya Khumaeni dan Ali Syariati. Semenjak itu Iran identik berani kepada Amerika, di mulai zaman era revolusi sinten? Khomaeni,” ujar Gus Baha.
“Mulai dulu Iran itu punya ciri khas berani sama Amerika,” tegasnya.
Dipicu Perebutan Pengelolaan Tambang Minyak Bumi
Mengutip laman BBC, sejak 1950, hubungan kedua negara tersebut sudah rumit, yang dipicu oleh perebutan hak pengelolaan tambang minyak bumi. Perdana Menteri Iran pada waktu itu, Mohammad Mossadeq berniat menasionalisasi tambang minyak bumi, yang sebagian besar dikuasai perusahaan Inggris.
Guna mencegah hal tersebut, intelijen Inggris dan AS berniat melakukan kudeta dan menggulingkan pemerintahan Mossadeq. AS mendukung Mohammad Reza Shah sebagai pemimpin, menggantikan Mossadeq.
Rakyat yang tidak puas dengan rezim baru, memunculkan rival politik anyar, Ayatollah Khomeini.Gerakan yang dipimpin Khomeini dianggap sebagai pemberontakan dan sang ayatollah diasingkan.
Pada 1979, setelah Ayatollah Khomeini kembali ke Iran, revolusi pun pecah dan rezim Reza Shah digulingkan. Iran berubah jadi Negara Islam dan Reza Shah diasingkan. Namun Reza memilih pergi ke AS dengan dalih menjalani pengobatan, keputusan yang semakin membuat rakyat Iran murka.
Sentimen anti-AS pun semakin mengemuka. Perang sipil yang terjadi antara Irak dan Iran pada 1980 semakin memperkeruh suasana, karena AS memberikan dukungan militer pada Irak. Pada 1981 terjadi konflik penyanderaan di mana mahasiswa pro-Khomeini menyerbu Kedutaan AS di Teheran dan menyandera 52 warga AS selama 444 hari.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul