Doa Istinja yang Dianjurkan, Ketahui Pengertian dan Keutamaannya dalam Islam

12 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Banyak umat Islam masih belum memahami pentingnya doa istinja sebagai bagian dari adab bersuci setelah buang hajat. Padahal, istinja bukan sekadar bersih secara fisik, tetapi juga menjadi bentuk ibadah untuk menjaga kesucian lahir dan batin.

Dalam kitab Fiqh al-Mazâhib al-Arba‘ah karya Syaikh Abdurrahman al-Juzairi dijelaskan, istinja adalah kewajiban bersuci dari najis yang keluar dari dua jalan, dengan air atau benda kesat, demi kesucian yang menjadi syarat sah sholat. Kitab ini juga menegaskan pentingnya istinja sebagai wujud ketaatan kepada Allah dalam menjaga kebersihan yang dicintai-Nya.

Kebiasaan membaca doa setelah istinja menjadi adab yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk permohonan ampunan dan penjagaan diri dari perbuatan keji. Doa ini menjadi pengingat untuk senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin setiap saat.

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang doa istinja dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (10/7/2025).

Kumpulan doa Ramadan hari ini berisi doa yang kita baca ketika sedang turun hujan.

Doa Istinja dan Pengertian Istinja

1. Pengertian Istinja

Secara etimologis, kata istinja berasal dari bahasa Arab najâ’ yanjû (نَجَا – قَطَعَ) yang berarti “melepaskan” atau “memotong” sesuatu. Dalam konteks fikih, istilah ini bermakna melepaskan diri dari najis yang keluar dari kubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang).

Menurut ulama Syafiiyah, sebagaimana disebutkan dalam Kitab al-Tausyîh ‘alâ Ibni Qâsim karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani, istinja adalah:

"Membersihkan sesuatu yang keluar dari dua jalan (kubul dan dubur) dengan air atau batu, untuk menghilangkan najisnya."

Sementara itu, dalam Kitab Fiqh al-Mazâhib al-Arba‘ah karya Syaikh Abdurrahman al-Juzairi, istilah ini juga dikenal dengan nama lain, seperti istijmâr (jika menggunakan batu saja) dan istithâbah. Penggunaan istilah-istilah tersebut menunjukkan fleksibilitas dalam cara bersuci selama prinsip kebersihan terpenuhi.

2. Hukum Istinja

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum istinja, namun sepakat bahwa ia adalah bagian dari syarat sahnya ibadah.

Dalam Fiqh al-Mazâhib al-Arba‘ah, Syaikh Abdurrahman al-Juzairi menjelaskan bahwa:

Mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali mewajibkan istinja setiap kali buang hajat, baik besar maupun kecil.

Mazhab Hanafi memandang istinja sebagai sunnah muakkadah, tetapi menjadi wajib ketika akan shalat, sebab kebersihan merupakan syarat utama dalam ibadah.

Dalil utamanya terdapat dalam Surat At-Taubah ayat 108:

"Allah mencintai orang-orang yang bersuci."

Ayat ini menjadi dasar umum tentang pentingnya menjaga kebersihan jasmani dalam Islam. Lebih jauh, dalam Kitab Kifâyatul Akhyâr karya Taqiyyuddin Abu Bakar al-Hishni, disebutkan bahwa meninggalkan istinja dengan sengaja setelah buang hajat dapat menyebabkan salatnya tidak sah karena masih membawa najis.

3. Doa Istinja

Doa saat bersuci atau istinja bukanlah rukun atau syarat sah istinja, namun disunnahkan sebagai bagian dari adab dan kesopanan dalam berdoa kepada Allah.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam kitabnya Adz-Dzikr wa Ad-Du‘â’ menyebutkan doa yang diriwayatkan dari Salman al-Farisi, berdasarkan hadits sahih Muslim, yang berbunyi:

اللَّهُمَّ حَصِّنْ فَرْجِي مِنَ الْفَوَاحِشِ، وَطَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ

"Allāhumma ḥaṣṣin farjī minal fawāḥisy, wa ṭahhir qalbī minan nifāq." “Ya Allah, peliharalah kemaluanku dari perbuatan keji dan sucikanlah hatiku dari kemunafikan.”

Doa ini bisa dibaca saat memulai atau setelah selesai melakukan istinja sebagai bentuk permohonan perlindungan terhadap maksiat dan kemunafikan. Doa tersebut menegaskan dimensi spiritual dari kebersihan fisik, yakni keterkaitan antara jasmani dan rohani dalam ajaran Islam.

Keutamaan Istinja

Istinja’, sebagai bagian dari thaharah (bersuci), memiliki kedudukan yang sangat penting dalam syariat Islam. Lebih dari sekadar praktik kebersihan jasmani, istinja’ merupakan bentuk kepatuhan terhadap ajaran Allah SWT dalam menjaga kesucian diri, baik secara fisik maupun spiritual. Keutamaannya tercermin dalam banyak sumber otoritatif Islam, baik dari Al-Qur’an, hadits, maupun literatur fikih klasik.

1. Bukti Kecintaan kepada Thaharah yang Dicintai Allah

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. At-Taubah: 108)

Ayat ini menjadi dasar utama pentingnya menjaga kebersihan, termasuk dengan melakukan istinja’. Dalam kitab Kifâyatul Akhyâr karya Syaikh Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini ad-Dimasyqi, disebutkan bahwa menjaga kebersihan setelah buang air adalah bagian dari adab seorang muslim yang mendapat pujian langsung dari Allah SWT. Kitab ini menjelaskan bahwa thaharah, termasuk istinja’, adalah bentuk pengamalan lahiriah dari iman batin ([al-Husaini, Kifâyatul Akhyâr, hal. 32]).

2. Dasar Fondasi Sahnya Ibadah

Istinja’ merupakan bagian awal dari proses thaharah yang menjadi syarat sahnya ibadah, terutama salat. Dalam kitab Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, dijelaskan bahwa seorang muslim tidak sah salatnya jika najis belum dihilangkan dari tubuh atau pakaian, termasuk najis akibat buang air kecil atau besar. Karena itu, istinja’ adalah keutamaan yang langsung berhubungan dengan diterimanya ibadah oleh Allah SWT ([Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 1, hal. 20]).

Jurnal Al-Makrifat Vol. 8 No. 2 (2023) juga menegaskan bahwa thaharah bukan hanya aspek teknis, melainkan representasi kesiapan spiritual seseorang untuk berhadapan dengan Allah dalam ibadah. Maka, istinja’ menjadi langkah awal dari bentuk kedekatan spiritual dengan Tuhan.

3. Penjagaan dari Gangguan Jin dan Doa yang Diterima

Dalam Fathul Mu’in oleh Syaikh Zainuddin al-Malibari, disebutkan bahwa kebiasaan menjaga kebersihan—termasuk istinja’—dapat menghindarkan seseorang dari gangguan jin dan makhluk halus yang suka tinggal di tempat-tempat kotor. Selain itu, istinja’ juga merupakan bagian dari adab sebelum membaca doa atau Al-Qur’an. Orang yang masih dalam keadaan hadas kecil atau terkena najis tidak disunnahkan berdzikir secara aktif.

4. Menjaga Kesehatan Jasmani dan Mencegah Penyakit

Buku Ensiklopedi Thaharah oleh Dr. Yusuf al-Qaradawi menyoroti dimensi kesehatan dari praktik bersuci. Istinja’, menurutnya, adalah bentuk perlindungan tubuh dari paparan bakteri dan kuman yang tersebar dari sisa najis, terutama jika tidak dibersihkan dengan sempurna. Hal ini secara medis dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, penyakit kulit, dan berbagai gangguan kebersihan lainnya ([Yusuf al-Qaradawi, Ensiklopedi Thaharah, hal. 57–60]).

Dalam konteks ini, istinja’ tidak hanya menjadi ibadah, tapi juga cara Islam menjaga kesehatan umatnya secara preventif.

5. Cermin Akhlak Mulia dan Ketinggian Martabat Muslim

Keutamaan istinja’ juga terkait dengan pembentukan karakter dan adab. Dalam kitab Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, disebutkan bahwa salah satu tanda keimanan seseorang adalah menjaga kebersihan dirinya. Orang yang konsisten melakukan istinja’ dengan benar mencerminkan ketekunan, kedisiplinan, dan kesalehan pribadi.

Sebagaimana disebut dalam hadits Nabi ﷺ:

“Kebersihan adalah separuh dari iman.” (HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa praktik seperti istinja’ bukanlah tindakan sepele, melainkan bagian dari iman yang kokoh.

Baca Doa Masuk & Keluar Toilet

Doa Masuk Toilet

Doa yang dianjurkan ketika hendak memasuki toilet adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Allāhumma innī a‘ūdzu bika minal-khubutsi wal-khabā’its

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”

Doa ini bersumber dari Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 142 dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 375. Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa ini kepada para sahabat agar senantiasa berlindung dari gangguan makhluk halus yang biasa berada di tempat-tempat kotor, seperti kamar mandi atau toilet.

Dalam kitab Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, dijelaskan bahwa "al-khubuts wal-khabā’its" adalah jin jahat dari golongan laki-laki dan perempuan. Tempat seperti toilet dianggap najis dan kotor secara syar’i, sehingga rawan menjadi tempat tinggal setan.

Doa Keluar Toilet

Setelah keluar dari toilet, Rasulullah SAW membaca doa singkat:

غُفْرَانَكَ

Ghufrānaka

“Aku memohon ampunan-Mu (ya Allah).”

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud, no. 30; juga disebutkan dalam Sunan Ibn Majah, no. 300. Penjelasan mengenai makna doa ini dibahas oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar, di mana beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan permohonan ampunan ini sebagai bentuk tawadhu’ dan rasa syukur setelah terhindar dari bahaya yang mungkin timbul dari buang hajat.

QnA Seputar Doa Istinja

1. Apa itu doa istinja dan mengapa disunnahkan membacanya?

Jawaban: Doa istinja adalah doa yang dibaca setelah selesai bersuci (membersihkan najis) dari buang air besar atau kecil. Dalam Islam, istinja bertujuan menjaga kebersihan lahir dan batin, serta melatih kesadaran adab dalam semua aktivitas. Doa ini disunnahkan sebagai bentuk pengharapan kepada Allah agar dihilangkan kotoran jasmani maupun ruhani, sebagaimana riwayat yang dijelaskan dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi.

2. Apakah ada doa istinja khusus setelah buang air besar dan buang air kecil?

Jawaban: Tidak ada perbedaan doa antara selesai buang air besar atau kecil. Umumnya, doa yang dibaca setelah istinja adalah:

غُفْرَانَكَ (Ghufranaka) artinya: “Aku memohon ampunan-Mu, ya Allah.” Doa ini berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah yang menunjukkan Rasulullah ﷺ membaca “Ghufranaka” setelah keluar dari kamar mandi, sebagai pengingat akan kelemahan manusia dan kebutuhan ampunan Allah setiap waktu.

3. Apakah anak-anak perlu diajarkan doa istinja sejak kecil?

Jawaban: Ya, sangat baik anak-anak diajarkan doa istinja sejak kecil agar terbiasa dengan adab bersuci dan menjadikan aktivitas bersih-bersih sebagai ibadah. Orang tua dapat mengenalkan dengan cara sederhana: setelah mencuci diri, ajarkan anak mengucapkan “Ghufranaka” sambil menjelaskan artinya, agar mereka tumbuh memahami kebersihan bagian dari iman.

4. Bolehkah membaca doa istinja di dalam toilet?

Jawaban: Menurut mayoritas ulama, tidak dianjurkan membaca doa atau dzikir dengan lisan di dalam toilet karena tempat tersebut tidak suci, namun dibolehkan membaca dalam hati tanpa melafalkannya. Oleh karena itu, doa istinja dapat dibaca setelah keluar dari toilet sambil melangkah keluar atau setelah selesai membersihkan diri.

5.  Apa hikmah spiritual dari membaca doa istinja?

Jawaban: Hikmahnya adalah sebagai latihan kesadaran akan ketergantungan manusia kepada Allah dalam segala hal, bahkan urusan kecil seperti bersuci. Doa istinja juga menjadi bentuk syukur atas nikmat sehat dan kemampuan buang hajat dengan lancar, serta sebagai pengingat akan kebersihan lahir dan batin sebelum melakukan ibadah seperti sholat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |