Konflik Berdarah India Pakistan, Hikayat Misi Menangkal Islam Radikal?

5 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Konflik senjata antara India dan Pakistan kembali memuncak, memunculkan kekhawatiran akan pecahnya perang besar di kawasan Asia Selatan. Dalam beberapa pekan terakhir, serangkaian serangan udara dan baku tembak di wilayah perbatasan memperlihatkan eskalasi serius antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.

Di balik aksi militer India yang termasuk agresif, muncul pertanyaan. Apakah target utamanya sekadar membalas serangan teroris, atau ada misi strategis lain, yakni menangkal penyebaran ideologi radikal Islam ke wilayahnya? 

Konflik antara India dan Pakistan ini dimulai setelah terjadinya serangan di Lembah Baisaran, Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India pada 22 April 2025. Dalam serangan itu, sekelompok pria bersenjata membunuh 26 orang, termasuk 25 wisatawan dan satu penunggang kuda lokal, setelah memisahkan mereka dari perempuan.

India menuduh Pakistan secara aktif mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap sebagai pemicu kekacauan dan kekerasan di wilayah Kashmir. Tuduhan ini mencakup klaim bahwa Pakistan memberikan pelatihan militer, perlengkapan senjata, dan perlindungan logistik kepada para militan. Sebaliknya, Pakistan membantah tudingan tersebut dan menyatakan bahwa mereka hanya memberikan dukungan moral serta diplomatik terhadap perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri.

Ketegangan ini kembali memuncak setelah serangan berdarah yang terjadi bulan lalu. India secara terbuka menuding kelompok bernama The Resistance Front (TRF) sebagai pelaku serangan tersebut.

Foto Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif (kiri) dan Perdana Menteri India Narendra Modi yang beredar di pemberitaan dunia. Tempo/Gunawan Wicaksono 

Menurut India, TRF bukan hanya bertanggung jawab atas aksi kekerasan itu, tetapi juga diduga kuat beroperasi dengan bantuan dari pihak Pakistan.

Mengutip laporan dari Deccan Herald, TRF dikenal sebagai kelompok militan yang memiliki keterkaitan erat dengan organisasi teroris Lashkar-e-Taiba (LeT), yang dipimpin oleh Hafiz Saeed — sosok yang sudah lama menjadi buruan internasional karena perannya dalam berbagai aksi teror, termasuk serangan Mumbai 2008. TRF sendiri disebut dipimpin oleh Sheikh Sajjad Gul, yang merupakan salah satu komandan militan berpengaruh dalam kelompok tersebut.

Pakistan mengutuk keras serangan tersebut, namun secara tegas membantah terlibat dan mendesak agar dilakukan penyelidikan yang "transparan, kredibel, dan tidak memihak", demi mengungkap kebenaran insiden itu tanpa prasangka.

Sementara itu, India merespons dengan ancaman balasan. Negara tersebut sebelumnya telah dua kali melancarkan serangan ke wilayah Pakistan—pada 2016 dan 2019—setelah insiden serupa. Kali ini, Perdana Menteri Narendra Modi menegaskan bahwa India akan mengejar para pelaku serangan di Kashmir "hingga ke ujung dunia".

Namun, lebih dari dua pekan sejak kejadian, pasukan India masih menyisir hutan-hutan Kashmir untuk mencari pelaku. Meski telah melancarkan serangan balasan ke seberang perbatasan, hasilnya masih belum membuahkan penangkapan yang signifikan.

Hubungan antara India dan Pakistan memang telah lama diliputi ketegangan, permusuhan diplomatik, dan ketidakpercayaan yang dalam—terutama terkait sengketa berkepanjangan di wilayah Kashmir.

Selama puluhan tahun, kelompok-kelompok pemberontak bersenjata di wilayah Kashmir terus melawan kekuasaan India. Gerakan perlawanan ini banyak didukung oleh sebagian besar penduduk Kashmir yang beragama Islam, yang menginginkan pemisahan dari India. Sebagian dari mereka menyerukan agar Kashmir bergabung dengan Pakistan, sementara lainnya menginginkan pembentukan negara merdeka yang berdiri sendiri.

Pemerintah India secara konsisten menuduh Pakistan berada di balik dukungan terhadap para pemberontak tersebut—baik dalam bentuk pelatihan, pendanaan, maupun persenjataan. Namun, tuduhan ini selalu dibantah oleh pihak Islamabad, yang mengklaim hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir.

Konflik berkepanjangan ini telah memakan korban dalam jumlah besar. Puluhan ribu nyawa telah melayang, termasuk warga sipil tak bersenjata, anggota kelompok militan, serta pasukan keamanan pemerintah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |