Liputan6.com, Jakarta - Kepergian keluarga tercinta selalu menyisakan duka mendalam bagi siapa pun, terlebih jika yang berpulang adalah pasangan hidup. Kesedihan itu menjadi semakin menyentuh ketika publik mendengarkan kabar atas berpulangnya suami dari wartawan senior sekaligus pendiri Narasi, Najwa Shihab.
Namun, di tengah suasana duka itu, muncul satu hal yang menjadi perhatian publik yaitu ketika Najwa tidak ikut mengantarkan jenazah sang suami Ibrahim Sjarief Assegaf ke pemakaman, Rabu (21/5/2025). Kabar tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, mengundang beragam reaksi dari masyarakat.
Ada yang memahami dan menghormati keputusan tersebut, tetapi tak sedikit pula yang mempertanyakan, bahkan mengaitkannya dengan syariat agama.
Selama ini, pemakaman kerap dianggap sebagai ruang yang lebih banyak diisi oleh laki-laki, baik sebagai penggali kubur, pembaca talqin, maupun pengiring jenazah.
Di sejumlah masyarakat, bahkan masih berkembang pandangan bahwa perempuan sebaiknya tidak hadir di pemakaman karena dianggap bisa memperkeruh suasana duka atau karena alasan lain yang bersifat agama atau budaya.
Namun, benarkah demikian? Apakah hal tersebut jelas dilarang oleh syariat Islam? Berikut penjelasan selengkapnya mengutip dari laman NU Online, pada Rabu (21/5).
Saksikan Video Pilihan ini:
Alquran Kuno Peninggalan Pasca-Perang Diponegoro Ditemukan di Pegunungan Cilacap
Penafsiran tentang Larangan Mengiringi Jenazah bagi Perempuan
Pada masa dahulu masyarakat menganggap tabu ketika kaum perempuan mengiringkan jenazah hingga ke pemakaman. Bisa jadi mereka pernah mendengar sebagian ustadz atau ustadzah di pengajian bahwa agama melarang perempuan ikut ke pemakaman.
Sebenarnya para ustadz atau ustadzah itu tidak salah juga ketika mereka menyampaikan larangan bagi perempuan untuk mengantarkan jenazah ke pemakaman. Mereka mungkin saja mengetahui larangan tersebut secara lisan atau membaca sendiri hadis riwayat Ummi Athiyyah RA.
عن أم عطية رضي الله عنها قالت نهينا عن اتباع الجنائز ولم يعزم علينا
Artinya, “Dari Ummi Athiyyah RA, ia berkata, ‘Kami dilarang untuk mengiringi jenazah dan larangan itu tidak dikuatkan atas kami,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini mayoritas ulama memutuskan bahwa larangan pengiringan jenazah oleh kaum perempuan bersifat makruh tanzih, tidak sampai makruh tahrim.
نهانا رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو الآمر الناهي والنهي للتنزيه عند جمهور أهل العلم وما تقدم من التحريم فهو عرضي
Artinya, “Rasulullah SAW yang bersifat amar makruf dan nahi mungkar melarang kami. Larangan ini bersifat tanzih (makruh yang menyalahi keutamaan) menurut mayoritas ulama. Putusan yang lalu berupa pengharaman bersifat aksiden” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 187).
Pentingnya Memerhatikan Adab saat Hadir di Pemakaman
Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki menambahkan bahwa larangan untuk mengiringi jenazah ke pemakaman tidak sekeras larangan atas perbuatan lainnya. Larangan ini bagi perempuan bersifat longgar.
ولم يعزم علينا أي لم يؤكد علينا في المنع كما أكد علينا في غيره من المنهيات فكأنها قالت كره لنا اتباع الجنائز من غير تحريم، والقول بالكراهة هو قول الجمهور وحملوا أحاديث التشديد على اختلاف حالات النساء
Artinya, “Larangan itu tidak dikuatkan pada kami, yaitu tidak ditekankan atas kami dalam pelarangannya sebagaimana larangan lain yang ditekankan atas kami. Seolah Athiyyah RA mengatakan, kami dimakruh untuk mengiringi jenazah tanpa keharaman. Pernyataan makruh ini dipegang oleh mayoritas ulama. Mereka menafsirkan hadits yang menyulitkan itu pada kondisi perempuan yang berbeda,” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 187).
Dari sini kita dapat memahami bahwa fenomena perempuan yang mengiringi jenazah ke pemakaman bukan larangan keras dalam agama, bahkan dapat dibilang partisipasi perempuan dalam mengiringi jenazah yang sudah sangat lazim di zaman sekarang ini dapat dibenarkan karena memang terdapat hajat.
Hal yang dapat disarankan bagi siapa saja baik laki-laki maupun perempuan tetap menjaga adab di jalan, adab di makam, dan adab keluar rumah sepanjang upacara pemakaman jenazah berlangsung.