Liputan6.com, Jakarta - Menikah adalah salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Namun, ada anggapan yang beredar bahwa pernikahan seharusnya berjalan mulus tanpa adanya konflik. Benarkah pandangan tersebut?
Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pandangan tegas mengenai hal ini. UAH menyampaikan bahwa mustahil ada rumah tangga tanpa masalah. Setiap pasangan yang menikah pasti akan menghadapi tantangan dalam kehidupan bersama.
UAH menegaskan bahwa rumah tangga adalah bagian dari kehidupan yang penuh dinamika. Tidak mungkin seseorang menikah dan sama sekali tidak menghadapi persoalan. Justru, masalah dalam pernikahan merupakan hal yang wajar terjadi.
Dikutip Rabu (07/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @AAAOfficial_1989, UAH menjelaskan bahwa sejak akad nikah diucapkan, seseorang sudah harus siap menghadapi berbagai persoalan yang mungkin muncul.
"Kalau Anda berumah tangga enggak pengin punya masalah, itu mustahil," ujar UAH.
Menurutnya, sejak seseorang memutuskan untuk menikah dengan mengucapkan ijab kabul, artinya sudah siap memasuki bahtera rumah tangga dengan segala suka dukanya.
UAH juga menggarisbawahi bahwa tidak mungkin ada rumah tangga yang berjalan mulus tanpa konflik. Bahkan para nabi yang mulia dan dijamin masuk surga pun tetap menghadapi masalah dalam rumah tangga.
Simak Video Pilihan Ini:
Kecelakaan Maut Truk Rem Blong Tabrak Angkot Rombongan Guru, 11 Orang Meninggal
Nabi Saja Ada Masalah
"Nabi saja yang dijamin masuk surga, dekat dengan Allah, dipuji oleh Allah, akhlaknya adalah Al-Qur'an, tetap ada masalah," jelas UAH. Hal ini menunjukkan bahwa masalah dalam pernikahan bukanlah tanda keburukan, tetapi justru bagian dari proses kehidupan.
Menurut UAH, ketika seseorang menikah dan menghadapi masalah, itu artinya rumah tangga tersebut berjalan sesuai kodratnya sebagai manusia biasa. Tidak ada pasangan yang sempurna dan tidak ada rumah tangga yang tanpa ujian.
UAH juga menekankan bahwa seseorang yang menikah harus menyadari bahwa konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Yang penting adalah bagaimana pasangan suami istri bisa menyelesaikan persoalan tersebut dengan baik dan bijak.
Lebih lanjut, UAH mengingatkan bahwa kehidupan rumah tangga bukanlah tentang menghindari masalah, melainkan tentang kemampuan menyelesaikan masalah bersama-sama. "Menikah, siap menghadapi masalah. Jadi, kalau ada masalah, artinya rumah tangga kita benar menurut kodrat manusia," jelasnya.
UAH mengajak para pasangan untuk tidak terlalu khawatir ketika menghadapi konflik. Sebaliknya, jadikan masalah sebagai kesempatan untuk belajar dan memperkuat ikatan pernikahan.
Menurut UAH, ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari setiap masalah dalam pernikahan. Ketika pasangan saling mendukung dan mencari solusi bersama, justru akan memperkuat cinta dan keharmonisan rumah tangga.
UAH juga menyoroti bahwa anggapan tentang pernikahan yang harus selalu harmonis tanpa konflik merupakan pandangan yang kurang realistis. Hal ini justru bisa membebani pasangan ketika kenyataan tidak sesuai harapan.
Jangan Hindari Masalah
Oleh karena itu, UAH mengingatkan agar setiap pasangan tidak menghindari masalah, melainkan mencari solusi dengan penuh kebijaksanaan. Jangan sampai konflik kecil justru merusak keharmonisan rumah tangga.
Selain itu, UAH menekankan pentingnya komunikasi dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Dengan berbicara dari hati ke hati, pasangan akan lebih mudah memahami satu sama lain dan menemukan solusi terbaik.
UAH juga menyarankan agar pasangan tidak langsung mengambil keputusan besar saat emosional. Menurutnya, lebih baik menenangkan diri terlebih dahulu agar pikiran lebih jernih dalam mencari solusi.
Dalam ceramahnya, UAH juga mengingatkan bahwa tidak ada rumah tangga yang sepenuhnya sempurna. Setiap pasangan pasti memiliki kekurangan, tetapi hal tersebut justru harus menjadi alasan untuk saling melengkapi, bukan saling menyalahkan.
Sebagai penutup, UAH berpesan agar setiap pasangan tetap menjaga kesabaran dan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang bijak. "Jangan biarkan masalah kecil menjadi besar hanya karena ego dan keengganan untuk berdiskusi," ujarnya.
UAH juga mengajak pasangan untuk memperkuat pondasi rumah tangga dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dengan menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan, rumah tangga akan lebih mudah menghadapi ujian.
Dalam kehidupan rumah tangga, kata UAH, penting untuk selalu memohon bimbingan dan pertolongan dari Allah. Dengan begitu, masalah apa pun yang datang bisa diselesaikan dengan baik dan tidak sampai merusak keharmonisan.
UAH menutup pembahasannya dengan mengingatkan bahwa tujuan pernikahan bukan hanya untuk mencapai kebahagiaan dunia, tetapi juga meraih kebahagiaan akhirat. "Bersabarlah dalam menghadapi ujian rumah tangga, karena itu bagian dari perjuangan menuju surga," tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul