TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid memperkirakan konsumsi energi untuk pusat data secara global akan terus meningkat signifikan. Konsumsi energi pada 2023 berkisar 79 gigawatt, kemudian meningkat 90 gigawatt pada 2024, lalu diprediksi menembus 180 gigawatt pada 2030.
“Angka ini mencerminkan ketergantungan dunia yang semakin besar terhadap arsitektur data yang kuat,” katanya saat memberi sambutan dalam acara Microsoft AI Tour di Jakarta, Selasa, 27 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meutya, mengutip berbagai studi, mengungkapkan nilai pasar pusat data Indonesia akan tumbuh dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 3,79 miliar pada 2030. Pertumbuhan nilai tidak hanya didorong oleh permintaan global, namun juga kebutuhan layanan digital domestik yang tinggi.
Posisi geografis Indonesia juga dianggap strategis karena berada di jangka utama konektivitas, dengan potensi besar energi terbarukan, berupa 207 gigawatt tenaga surya dan 29 gigawatt dari panas bumi. “Membuka peluang besar bagi pengembangan pusat data yang berkelanjutan, dan juga yang paling penting, ramah lingkungan,” ujar Meutya.
Politisi Partai Golkar ini menyebut Indonesia sebagai pasar domestik yang besar dengan penetrasi digital yang masif. Keadaan ini membuat investasi pusat data di Indonesia tidak hanya melayani kebutuhan global, namun juga skala lokal yang terus tumbuh.
Berdasarkan standar Global Connectivity Index, kata Meutya, setiap kenaikan 20 persen dalam investasi sektor digital akan menambah pertumbuhan PDB satu persen. Infrastruktur digital merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional.
Microsoft kini berkomitmen menanam investasi senilai US$ 1,7 miliar di Indonesia untuk pusat data, pelatihan talenta digital, dan pengembangan AI. Pusat data pertama Microsoft untuk Indonesia, Indonesia Center Cloud Region, juga dibangun dengan pendanaan tersebut.
“Tentu kami berharap investasi ini dapat berdampak kepada ekonomi sebesar US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 41 triliun dalam empat tahun ke depan,” tutur Meutya.
Dia menyebut Indonesia berada di posisi strategis pintu gerbang ekonomi digital Asia Pasifik. Nilai bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital tumbuh dari US$ 80 miliar pada 2023 menjadi US$ 90 miliar pada 2024. Tahun ini angkanya diproyeksi menembus US$ 130 miliar.