Apa itu Ain? Waspadai Penyakit Berbahaya dalam Islam dan Cara Menghindarinya

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, terdapat konsep tentang penyakit 'ain yang disebabkan oleh pandangan mata yang disertai perasaan negatif. Penyakit ini sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan dijelaskan dalam berbagai hadis. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan mengenai bahaya yang disebabkan penyakit ain.

Penyakit 'ain bukanlah mitos, melainkan kenyataan yang diakui dalam Islam dan dijelaskan dalam kitab-kitab klasik seperti Zaad al-Ma'ad dan Thibb an-Nabawi karya Ibnu Qayyim, serta diperkuat oleh penelitian kontemporer. Penyebab utamanya adalah hasad, kekaguman tanpa dzikir, dan bisa terjadi bahkan dari orang yang tidak berniat buruk. Bahayanya meliputi gangguan fisik, mental, sosial, hingga menyebabkan kematian.

Penyakit 'ain bukanlah mitos, melainkan kenyataan yang diakui dalam Islam dan dijelaskan dalam kitab-kitab klasik. Penyebab utamanya adalah hasad, kekaguman tanpa dzikir, dan bisa terjadi bahkan dari orang yang tidak berniat buruk. Bahayanya meliputi gangguan fisik, mental, sosial, hingga menyebabkan kematian.

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang apa itu ain dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (11/7/2025).

Ratusan warga binaan Lapas Pemuda Kelas II A Tangerang, Banten, menggelar sholat gaib bagi warga korban gempa di Cianjur, Jawa Barat. Sementara di Depok, Jawa Barat, puluhan anak yatim dan polisi menggelar doa bersama.

Pengertian Ain dalam Islam

Dalam Islam, ‘Ain (‎العين) merujuk pada pandangan mata yang dapat menimbulkan dampak negatif kepada objek yang dipandang, biasanya disebabkan oleh rasa iri, dengki, atau bahkan kekaguman yang berlebihan tanpa menyebut nama Allah. Istilah ini sering dihubungkan dengan penyakit spiritual yang dapat berpengaruh pada fisik seseorang.

Syekh Al-Munawi dalam kitab Faid al-Qadir menjelaskan:

“‘Ain adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu dengan rasa takjub atau iri yang disertai dengan lalai berdzikir kepada Allah, sehingga dapat menimbulkan keburukan bagi yang dipandang.” (Faid al-Qadir, juz 15, hal. 474)

Ulama besar lainnya, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam kitab Fath al-Bari, menyebutkan bahwa ‘ain adalah sebab yang secara metafisik dapat menyebabkan penyakit atau bahkan kematian jika tidak ditangkal. Ia menegaskan bahwa pengaruh ‘ain merupakan kenyataan yang tidak bisa diabaikan.

Fenomena ‘ain disebut secara implisit dalam Al-Qur’an, antara lain dalam Surat Al-Qalam ayat 51:

  • “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur'an, dan mereka berkata: 'Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.’” (QS. Al-Qalam: 51)

Ayat ini digunakan oleh sebagian ulama tafsir, termasuk Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, sebagai indikasi bahwa pandangan mata dapat membawa pengaruh buruk jika disertai kebencian atau niat jahat.

Hadis sahih juga secara eksplisit menyebutkan bahwa ‘ain itu nyata. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

  • "Al-‘Ain haq (benar-benar ada). Andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, niscaya ‘ainlah yang bisa melakukannya." (HR. Muslim, no. 2188)

Bentuk dan Sumber ‘Ain

Dalam buku Tuhfatul Ahwadzi karya Al-Mubarakfuri, dijelaskan bahwa ‘ain tidak hanya bersumber dari pandangan orang yang dengki, tetapi juga bisa berasal dari orang baik yang kagum terhadap sesuatu tanpa memohon keberkahan kepada Allah. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk selalu mengucapkan doa atau menyebut nama Allah ketika melihat sesuatu yang menakjubkan.

Imam Nawawi juga mengutip dalam Syarah Muslim bahwa ketika seorang sahabat bernama Amir bin Rabi’ah melihat Sahl bin Hunaif mandi dan memujinya tanpa menyebut nama Allah, maka Sahl jatuh sakit seketika. Rasulullah ﷺ pun bersabda:

  • "Mengapa engkau tidak memohon keberkahan untuknya? Sesungguhnya ‘ain itu benar adanya." (HR. Malik dalam Al-Muwatha’)

Penyebab Penyakit Ain

Penyakit 'ain adalah gangguan nyata yang timbul akibat pandangan mata yang disertai rasa iri, kagum berlebihan, atau hasad. Dalam kitab Zaad al-Ma'ad karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 'ain dijelaskan sebagai “panah beracun yang keluar dari jiwa orang yang hasad atau kagum, mengenai objek yang dipandang dan bisa menyebabkan kerusakan nyata.” (Ibnu Qayyim, Zaad al-Ma'ad, Juz 4, hal. 170)

1. Hasad (Iri dan Dengki)

Hasad adalah penyebab utama penyakit 'ain. Seseorang yang tidak suka melihat nikmat pada orang lain, lalu memandang dengan kemarahan hati, bisa menyebabkan gangguan secara ruhani dan fisik. Dalam Zaad al-Ma'ad, Ibnu Qayyim menegaskan bahwa hasad bersifat menghancurkan, tidak hanya bagi yang dipandang tetapi juga jiwa si pemandang.

2. Kekaguman Tanpa Dzikir

Dalam kitab Fath al-Bari oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, disebutkan bahwa kekaguman terhadap seseorang atau sesuatu tanpa menyertakan ucapan seperti “Masya Allah” bisa menimbulkan ain, meskipun tanpa niat jahat. Ini berdasar pada hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Umamah: “Mengapa engkau tidak mengucapkan 'Masya Allah la quwwata illa billah', agar ia tidak terkena 'ain?” (HR. Ahmad, dalam Fath al-Bari, Juz 10, hal. 200)

3. Pandangannya Orang Baik

Bukan hanya orang hasad, bahkan orang baik pun bisa menimbulkan 'ain secara tidak sengaja. Penelitian oleh Ayunda Cahya Mufida dan Muhammad Hasnan Nahar dalam jurnal Alif Lam (2023) menunjukkan bahwa 'ain bisa muncul karena kekuatan batin yang kuat dari seseorang, tanpa niat buruk.

4. Media Sosial sebagai Sarana Modern Penyebab ‘Ain

Penelitian oleh Amelia Kemala Sari dkk. dalam Jurnal An-Nur (2021) menyoroti fenomena kekaguman dan iri hati yang muncul melalui unggahan di media sosial. Gambar atau video yang menampilkan kemewahan atau kebahagiaan dapat memicu ‘ain dari pemirsa yang tidak mampu menahan rasa hasad atau kagum.

Bahaya Penyakit Ain

Gejala umum yang dikaitkan dengan ‘ain meliputi lemas mendadak, wajah pucat, demam tanpa sebab, migrain, dan bahkan hilang kesadaran. 

1. Gangguan Fisik

Gejala umum yang dikaitkan dengan ‘ain meliputi lemas mendadak, wajah pucat, demam tanpa sebab, migrain, dan bahkan hilang kesadaran. Dalam kitab Thibb an-Nabawi karya Ibnu Qayyim, disebutkan bahwa 'ain dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit yang tidak bisa dijelaskan secara medis (Ibnu Qayyim, Thibb an-Nabawi, hal. 147).

2. Gangguan Psikis dan Emosional 

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Ushuluddin oleh Khadher Ahmad dan Mohamad Khairul Khadzali (2020) menunjukkan bahwa korban ‘ain kerap mengalami kecemasan berat, kesulitan tidur, perubahan suasana hati drastis, bahkan depresi, tanpa adanya riwayat psikologis sebelumnya.

3. Kerusakan Relasi Sosial 

Bahaya ‘ain tidak hanya berdampak pada tubuh, tetapi juga bisa merusak hubungan sosial. Orang yang terkena ‘ain bisa merasa dikucilkan, kehilangan semangat, bahkan menarik diri dari pergaulan. Hal ini dijelaskan dalam jurnal Riset Agama oleh Laelatul Azqia (2021), yang menyebut bahwa gejala-gejala ini sering diabaikan karena tidak kasat mata.

4. Risiko Kematian 

Dalam riwayat sahih disebutkan bahwa penyakit 'ain dapat menyebabkan kematian. Nabi SAW bersabda: 

“Sesungguhnya 'ain itu benar-benar bisa memasukkan seseorang ke dalam kubur dan unta ke dalam panci masak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dalam Shahih al-Bukhari, Kitab Thibb)

Cara Menghindari Penyakit Ain dalam Islam

Penyakit ‘ain dalam Islam dipahami sebagai gangguan nyata yang berasal dari pandangan takjub atau iri hati seseorang terhadap orang lain.  

1. Membaca Doa Perlindungan Sehari-hari

Salah satu cara utama menghindari ‘ain adalah membaca doa-doa perlindungan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Dalam buku "Induk Doa dan Dzikir" oleh Abu Anas Madani (Penerbit Darul Haq, 2016), disebutkan bahwa Nabi biasa mendoakan cucunya Hasan dan Husain dengan lafaz:

“U‘īdzukumā bikalimātillāhit-tāmmati min kulli syaiṭānin wa hāmmatin wa min kulli ‘ainin lāmmah.” (Aku mohon perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan, binatang beracun, dan pandangan mata yang jahat.)

Doa ini sangat dianjurkan dibaca untuk anak-anak maupun orang dewasa, terutama sebelum tidur.

2. Rutin Membaca Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nās)

Dalam kitab Sunan At-Tirmidzi, dijelaskan bahwa Nabi ﷺ menggunakan Surah Al-Falaq dan An-Nās sebagai pelindung diri dari bahaya jin dan ‘ain.

Buku “Ruqyah Syar’iyyah: Terapi dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah” karya Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2011) juga menjelaskan pentingnya membaca kedua surat ini pagi dan petang sebagai bentuk penjagaan harian.

3. Menghindari Sikap Pamer dan Hasad

Penyakit ‘ain sering kali muncul akibat pandangan takjub tanpa disertai doa keberkahan, atau dari sifat dengki (hasad). Dalam kitab Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, ditegaskan pentingnya menjaga lisan dan hati agar tidak menimbulkan gangguan terhadap sesama.

Dalam buku “Bahaya ‘Ain dan Pengaruh Hasad” oleh Dr. Sa’id bin Wahf Al-Qahtani (Darul Haq, 2009), penulis menekankan perlunya sikap tawadhu’ dan tidak memamerkan nikmat secara berlebihan, baik di dunia nyata maupun media sosial.

4. Mendoakan Keberkahan Jika Terkagum

Jika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan, Islam menganjurkan untuk segera mendoakan keberkahan agar tidak menimbulkan pengaruh ‘ain. Hal ini dijelaskan dalam kitab Sunan Ibnu Majah dan didukung oleh buku "Penangkal Hasad dan ‘Ain" karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid.

Doa yang dianjurkan antara lain:

“Bārakallāhu laka” atau “Māsyā’ Allāh, lā quwwata illā billāh.”

Kebiasaan ini merupakan upaya nyata dalam mencegah timbulnya rasa iri atau kekaguman yang berbahaya.

5. Menjalankan Ruqyah Syar’iyyah

Jika seseorang telah terkena pengaruh ‘ain, Islam memberikan solusi penyembuhan melalui ruqyah syar’iyyah. Buku "Terapi Sihir dan ‘Ain dengan Ruqyah Syar’iyyah" oleh Muhammad Mahmud An-Najdi (Penerbit Darul Haq, 2015), menyebutkan bahwa ruqyah dapat dilakukan dengan membaca:

  • Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
  • Al-Falaq dan An-Nās
  • QS. Al-Ikhlash
  • Disertai doa-doa dari hadis shahih

Penulis juga menyebutkan bahwa salah satu metode yang diajarkan Nabi SAW adalah mandi dengan air bekas wudhu orang yang diduga menyebabkan ‘ain, sebagaimana disebut dalam hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad.

6. Menjaga Dzikir Pagi dan Petang

Dalam buku "Dzikir Pagi Petang dan Sesudah Shalat Fardhu" karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dijelaskan bahwa dzikir rutin pagi dan petang adalah perisai dari berbagai gangguan, termasuk sihir dan ‘ain. Dzikir tersebut mencakup:

  • Membaca 3 Qul (Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Nās)
  • Membaca Ayat Kursi
  • Doa perlindungan seperti “Bismillahilladzi la yadurru…”

Kebiasaan ini melatih ruhani seseorang untuk tetap dalam penjagaan Allah sepanjang hari.

QnA Seputar Apa itu Ain

 1.  Apa itu ‘Ain dalam Islam?

‘Ain (العَيْن) secara bahasa berarti “mata”, namun dalam istilah syariat, ‘ain adalah pandangan iri atau kagum yang menimbulkan pengaruh buruk pada orang atau sesuatu yang dilihat. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Al-‘Ainu haqq (Ain itu benar-benar ada).”

Artinya, efek ‘ain bukan mitos, tetapi nyata terjadi dengan izin Allah.

2. Apakah ‘Ain hanya terjadi jika orang iri?

Tidak selalu. ‘Ain bisa terjadi meski orang tidak berniat jahat. Terkadang seseorang memuji sesuatu tanpa mengucapkan “Masya Allah” atau doa, sehingga pandangannya membawa pengaruh buruk.

Ibnu Qayyim menjelaskan, ‘ain dapat terjadi saat seseorang kagum dan hatinya tidak mengingat Allah, maka syaitan memanfaatkan celah ini untuk membahayakan yang dilihat.

3.  Apa contoh nyata terjadinya ‘Ain dalam kehidupan sehari-hari?

Contohnya:

- Anak tiba-tiba panas tinggi tanpa sebab setelah dipuji lucu oleh orang lain.

- Tanaman mendadak layu setelah dikagumi tetangga.

- Dagangan yang awalnya ramai pembeli mendadak sepi setelah dipuji.

Semua ini bisa jadi akibat ‘ain, dan perlu diobati dengan ruqyah syar’iyyah dan memohon perlindungan kepada Allah.

4. Apakah ‘Ain bisa mengalahkan takdir?

Tidak. ‘Ain tidak bisa mengalahkan takdir, namun ‘ain adalah bagian dari takdir itu sendiri. Jika Allah menetapkan seseorang terkena ‘ain, itu terjadi karena kehendak-Nya, dan Allah juga menyediakan sebab untuk mengobatinya. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa-doa perlindungan, seperti membaca Al-Mu’awwidzat (Al-Falaq dan An-Nas), agar terhindar dari ‘ain.

5. Bagaimana cara mencegah dan mengobati ‘Ain?

Cara mencegah:

- Membaca dzikir pagi-petang (Al-Falaq, An-Nas, Ayat Kursi)

- Mengucapkan Masya Allah Tabarakallah saat melihat sesuatu yang indah

- Membaca doa perlindungan untuk anak (seperti doa “U’idzuka bi kalimatillah...”)

Cara mengobati:

- Ruqyah syar’iyyah dengan membaca ayat-ayat perlindungan

- Meminta air bekas wudhu orang yang dianggap menyebabkan ‘ain, lalu digunakan mandi oleh yang terkena (dengan adab baik dan tanpa menuduh secara kasar).

Semua dilakukan dengan tawakkal kepada Allah, sebab hanya Allah yang memberi kesembuhan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |