Kamu Suka Mengeluh Hidup Sulit? Ini Komentar Menohok Buya Yahya, Harusnya Begini

2 weeks ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Hidup memang tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya seseorang merasa kesulitan meskipun sudah berusaha menjalani perintah agama. Namun, menurut KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, mengeluh atas takdir justru mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap hikmah dari musibah yang sedang terjadi.

Keluhan seperti "Kenapa hidupku selalu susah?" atau "Sudah sholat tapi tetap diuji terus" kerap muncul dari lisan orang yang tengah dirundung masalah. Buya Yahya menyebut, sikap tersebut menunjukkan lemahnya iman seseorang terhadap rencana Allah yang lebih besar.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menyampaikan bahwa orang yang terus mengeluh saat tertimpa musibah seperti anak kecil yang tak mengerti pentingnya obat yang pahit. Anak kecil yang sakit, biasanya akan menolak disuntik atau diberi jamu, padahal di balik rasa sakit atau pahit itu ada kesembuhan.

“Kalau anak kecil disuruh minum obat yang pahit, pasti nangis. Tapi orang dewasa yang paham, malah cari obat meskipun rasanya tak enak,” kata Buya Yahya.

Pendakwah kharismatik yang juga pengasuh LPD Al-Bahjah ini menegaskan, orang beriman seharusnya memiliki kesadaran yang lebih tinggi, sehingga bisa melihat bahwa di balik musibah terdapat balasan dan hikmah dari Allah.

Manusia yang lemah imannya tidak bisa membedakan antara ujian dan azab. Ia langsung berprasangka buruk kepada Allah hanya karena hidup terasa tidak sesuai harapan.

Dikutip Liputan6.com, Sabtu (19/04/2025), dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menjelaskan pentingnya menguatkan iman dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Simak Video Pilihan Ini:

Misteri Makam Keramat Ragasemangsang yang Tak Bisa Dipindah dari Tengah Jalan Kota Purwokerto

Pentingnya Kesadaran Iman

Menurutnya, orang yang memiliki kesadaran iman yang tinggi akan memahami bahwa semua hal yang terjadi dalam hidup bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari rencana Allah yang Maha Mengetahui.

Buya Yahya menggambarkan bahwa manusia beriman yang diuji akan tetap tenang karena tahu bahwa Allah tidak mengambil sesuatu kecuali akan mengganti dengan yang lebih baik.

Allah bukan seperti manusia yang mengambil lalu tidak mengembalikan. Ketika Allah mengambil sesuatu dari hamba-Nya, itu bukan karena butuh, tapi karena akan mengganti dengan sesuatu yang lebih mulia.

Sebagaimana orang dewasa yang kehilangan obatnya justru mencari-cari, karena tahu di balik rasa pahitnya ada manfaat, orang beriman juga mencari-cari hikmah di balik musibah yang datang.

Dalam pandangan Buya Yahya, musibah yang dihadapi oleh seorang hamba tidak akan sia-sia. Akan selalu ada balasan dari sisi Allah yang lebih besar daripada apa yang telah hilang.

Ia juga menekankan bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Terpuji. Bahkan saat mengambil sesuatu dari hamba-Nya, Allah tetap dalam keadaan terpuji karena pengambilan itu bukan untuk merugikan, melainkan untuk mengganti.

Orang yang tidak memahami hal ini akan mudah marah dan kecewa kepada takdir. Padahal, marah kepada takdir hanya menunjukkan bahwa hatinya belum tenang menerima ketentuan dari Allah.

Inilah Sikap Terbaik

Buya Yahya menganalogikan, sebagaimana anak kecil belum paham manfaat obat sehingga meronta-ronta, orang yang imannya lemah juga tidak tahu bahwa musibah bisa menjadi jalan kemuliaan.

Maka dari itu, ia mengajak umat untuk memperbanyak ilmu dan keimanan agar bisa bersikap tenang dan yakin bahwa setiap kejadian pasti mengandung hikmah yang besar.

Bahkan, rasa pahit yang dirasa hari ini bisa menjadi penebus dosa, pengangkat derajat, atau jalan menuju kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.

Sikap terbaik saat diuji menurut Buya Yahya adalah bersabar, ridha, dan terus memperkuat hubungan dengan Allah, serta jangan sekali-kali berprasangka buruk terhadap-Nya.

Ceramah Buya Yahya ini menjadi pengingat bagi umat Islam agar tidak terperosok dalam keluhan dan keputusasaan, namun justru belajar untuk semakin yakin dan tawakal dalam setiap ujian hidup.

Ia menyimpulkan bahwa musibah bukanlah akhir dari segalanya, tetapi bagian dari proses panjang menuju kedewasaan iman dan pengakuan bahwa hanya Allah yang mengetahui segala kebaikan tersembunyi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |